share
Foto ini menunjukkan apa yang tampak
sebagai sebuah pulau baru di lepas pantai Pakistan setelah gemba besar
pada 24 September 2013 mengguncang negara itu. | ABC
BALUCHISTAN, RABU — Warga mengais mencari barang yang
bisa diselamatkan dari balik reruntuhan rumah mereka, Rabu (25/9),
sehari setelah gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah pedalaman Provinsi
Baluchistan, Pakistan. Gempa bumi berkekuatan 7,8 skala Richter itu
menyebabkan sedikitnya 327 orang tewas dan 400 orang terluka.
Pemerintah
Pakistan mengerahkan 1.000 tentara dan helikopter militer untuk
menjangkau lokasi bencana yang terisolasi dan sulit dijangkau.
Kepala
Staf Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Gempa Bumi Pakistan Brigadir
Jenderal Syed Wajid Raza mengemukakan, kemungkinan jumlah korban terus
bertambah karena masih banyak korban terperangkap di bawah reruntuhan
bangunan ambruk.
”Sebagian besar rumah di sana terbuat dari lumpur. Mayoritas korban tewas karena tertimpa atap rumah,” ujarnya.
Minimnya
peralatan, ditambah jalan yang rusak atau tertutup puing-puing
bangunan, menyulitkan tim penyelamat menyisir lokasi. Kondisi tersebut
menghambat proses evakuasi korban. ”Kami telah meminta pemerintah pusat
menerjunkan tambahan tentara untuk membantu kami,” kata Raza.
Sejauh
ini petugas telah mengevakuasi 174 korban selamat. Mereka dilarikan ke
rumah sakit terdekat, seperti di Quetta, ibu kota Baluchistan, dan
Karachi.
Juru bicara Pemerintah Provinsi Baluchistan, Jan Buledi,
mengemukakan, pemerintah setempat benar-benar kesulitan menangani
korban yang terus berdatangan. ”Sejumlah rumah sakit lokal rusak. Rumah
sakit di wilayah lain tidak lagi cukup menampung korban luka. Kami
sangat membutuhkan tenda, makanan, dan tambahan dokter. Banyak korban
yang masih telantar,” kata Buledi.
Pada Rabu pagi, 60 truk
militer yang membawa makanan, obat- obatan, dan tenda meninggalkan
Karachi menuju Awaran, kota yang paling parah terdampak gempa.
Baluchistan
adalah provinsi terluas di Pakistan, mencakup 44 persen luas negeri
itu. Penduduknya tercatat 8 juta jiwa tersebar di daerah pedalaman yang
sulit dijangkau.
Pusat gempaLembaga
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, gempa bumi itu terjadi
di kedalaman 23 kilometer, sekitar 233 km tenggara Dalbandin,
Baluchistan.
Awaran, kota kecil berpenduduk 200.000 jiwa yang
lokasinya sekitar 50 km dari pusat gempa, rusak parah. Gedung dan rumah-
rumah hancur rata dengan tanah. Jalan utama dan penghubung antardesa
retak dan terbelah sehingga tidak dapat dilewati.
Noor Ahmed
(45), petani, mengatakan, guncangan gempa berlangsung hingga 2 menit.
Dalam sekejap desanya berubah menjadi tumpukan debu. ”Kami kehilangan
semua, bahkan makanan kami tertimbun reruntuhan. Air dari saluran bawah
tanah kini tak dapat diminum karena salurannya retak akibat gempa,”
ujarnya.
Gempa tersebut juga dirasakan masyarakat di Gwadar,
Khuzdar, Chagai, Hyderabad, dan Karachi yang berada ratusan kilometer
dari pusat gempa. Bahkan, guncangan terasa hingga New Delhi, ibu kota
India.
Wakil Komisioner Awaran Abdul Rasheed Gogazai mengatakan,
pemerintah menetapkan Distrik Awaran dalam kondisi darurat. ”Dari
sedikitnya 327 korban tewas, 285 korban berasal dari pusat kota Awaran.
Korban lain ditemukan di Kaich, tak jauh dari kota Awaran,” katanya.
Sekitar
90 persen rumah penduduk di Awaran hancur. ”Banyak korban selamat yang
kini tak punya tempat berteduh. Mereka membutuhkan bantuan banyak tenda,
makanan, dan minuman,” kata Rasheed Gogazai.
Di tengah
berlangsungnya sidang umum tahunan di New York, AS, Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan simpati atas gempa bumi di Pakistan.
PBB siap memberikan bantuan yang diperlukan untuk penanganan gempa itu.
Pulau baru munculDi
kota pelabuhan Gwadar di pesisir Pakistan, sebuah pulau baru muncul
beberapa jam setelah gempa bumi. Pulau yang muncul dari dasar laut itu
diduga terbentuk dari lapisan tanah yang berasal dari kawah lumpur.
Hal
itu menarik warga yang tinggal di sepanjang pesisir pantai. Mereka
takjub dan heran, dan berbondong-bondong melihat gundukan batu dan
lumpur itu dari tepi pantai.
Kepala Badan Survei Geologi Pakistan
Zahid Rafi menegaskan, pulau baru itu muncul karena gempa. Saat ini
sejumlah peneliti mencoba menentukan bagaimana hal itu terjadi.
Menurut
Zahid Rafi, gundukan batu dan lumpur tersebut terbentuk akibat gerakan
gas yang terkunci atau terjebak di dalam bumi di bawah laut. Karena
guncangan gempa, ”pintu” gas itu terbuka. Gas mendorong lumpur dan
bebatuan laut sehingga muncul ke permukaan yang menyerupai gunung
lumpur.
Ahli geologi Angkatan Laut Pakistan, Muhammed Danish,
mengatakan, gundukan lumpur dan batu itu tingginya 18 meter. Gundukan
tersebut memiliki panjang 30 meter dan lebar 76 meter.
”Gundukan
itu didominasi bebatuan dan lumpur. Kami telah meminta warga setempat
tidak berkunjung ke pulau baru itu karena gas masih terpapar,” kata
Danish.
Pakistan juga pernah diguncang gempa berkekuatan 7,6 skala Richter pada tahun 2005. Gempa yang mengguncang
Kashmir tersebut menewaskan sedikitnya 73.000 orang. (REUTERS/AFP/AP/BBC/ Bloomberg/AL Jazeera/HEN)
Sumber : Kompas Cetak