yunusst memberikan inspirasi kepada anda

Tutorial

Thursday 31 October 2019

Kampung Ramah Lingkungan di Bogor, Selokan Berair Jernih dan Penuh Ikan


Suara gemericik air terdengar jelas saat ratusan ikan saling berkejaran di selokan depan rumah warga Kampung Naringgul Ciasin, Desa Bendungan, Bogor, Jawa Barat.
Tampak ratusan ikan memenuhi selokan itu yang merupakan hasil kreatifitas warga Kampung Naringgul Ciasin.
"Iya benar kang di sini (selokan yang ada ikannya)," kata seorang warga, Sri Suyatmi (47) saat ditemui Kompas.com di ujung gang.
Selokan sepanjang 300 meter yang memisahkan dua desa di kawasan Puncak Bogor ini memang sangat berbeda.
Jika selokan biasanya identik dengan sampah, mampet, bau, di sini justru tak ada satu pun sampah yang tersangkut terbawa arus.
Air selokan ini jernih mengalir tanpa henti melewati sekat-sekat besi yang dipasang di selokan depan rumah penduduk desa.
Gang di perkampungan ini memang sempit, namun berkat kebersihan lingkungannya, permukiman itu menjadi enak dipandang mata.
Selain itu, tak ada jentik nyamuk yang berani hidup di selokan ini sehingga menambah kenyamanan orang untuk duduk-duduk di depan rumah sambil menikmati udara segar Puncak Bogor.
Rindangnya pohon di gang-gang sempit itu seakan membuat pengunjung ingin berlama-lama. Uniknya, tak ada plang larangan membuang sampah di kampung ini karena kesadarannya sudah tinggi.
Tak ayal, daya tarik desa ini menarik perhatian wisatawan luar negeri dan lokal. Selain itu, banyak pula warga yang ingin belajar ecovillage atau pengelolaan kampung ramah lingkungan.
"Iya sudah pada sadar (buang sampah), ditambah banyaknya pengunjung (wisatawan) ada yang dari Jepang dan orang lokal, pelajar," timpal saudari Sri, Tuti Mulyanti (49), Selasa (30/10/2019).
Kompas.com kembali melanjutkan perjalanan, tampak ikan-ikan di dalam selokan itu muncul ke permukaan seakan hendak menyapa warga yang melintasi jalan.
Meski demikian, Tuti mengakui bahwa kondisi selokan tidak seperti tiga tahun lalu. Dulu, saking banyaknya tumpukan sampah, selokan itu menyebabkan banjir.
"Iya dulu banyak (sampah) enggak seperti sekarang," ucap Tuti sembari menunjukkan rumah pengurus ecovillage di Desa Bendungan.
Rasa tanggung jawab, kata Tuti, muncul dari dalam diri warga setelah menanam bibit ikan di selokan rumah mereka.
Terdapat 40 kepala keluarga dan setiap kepala keluarga di desa ini memiliki lapak di dalam selokan dengan ukuran sekatan 2 sampai 5 meter.
Tak lama kemudian, salah seorang warga terlihat melemparkan pakan ikan ke dalam selokan, dan seketika suara air terdengar berisik dari dalam selokan tersebut.
"Iya, ini pakan ikan, selain itu biasanya dikasihsisa makanan dari dapur (nasi) juga berguna, jadi dibuang enggak sia-sia," ucap Irfah Satiri.
Ketua Ecovillage Bendungan Asri Ramah Berbudaya Lingkungan (Baraya) Irfah Safitri menunjukkan sembari memberi makan ikan di dalam selokan depan rumahnya di Kampung Naringgul Ciasin, Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Selasa (29/10/2019)
Pria berusia 52 tahun ini adalah Ketua Ecovillage Bendungan Asri Ramah Berbudaya Lingkungan (Baraya).
Menurutnya, pengembangan ecovillage Baraya ini diprakarsai oleh swadaya masyarakat desa. Ia pun dipercaya menjadi ketua organisasi tersebut.
Irfah mengaku bahwa ide selokan itu berawal dari keresahannya terhadap selokan yang dipenuhi tumpukan sampah.
Share:

Saturday 26 October 2019

Download Kalender 2020

download kalender terbaru 2020 versi template undangan.

harga kalender per pcs Rp 10.000
untuk pemesanan kalender 1 lusin per pcs cuma Rp 6.000
hub. 08811445388

Share:

Wednesday 23 October 2019

Tito Karnavian, Jenderal Intelektual Dengan Segudang Prestasi


Sejak mulai dibangku sekolah, Jenderal Tito Karnavian sudah menunjukan keunggulan akademisnya. Saat di SMP dan SMA ia telah menjadi bintang kelas. Ranking satu dan dua jadi langganan bagi Perwira Tinggi Polri ini.
 
Berkat kepandaianya itu, mengantarkan Tito menembus empat perguruan tinggi ternama yakni Fakultas Kedokteran Universitas Sriwjaya, Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada, dan Sekolan Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta. Namun, ia lebih memilih Akabri bagian Akademi Kepolisian tahun 1987. Dimana ia berada, sama seperti saat sekolah, Tito meraih Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akpol 1987.
 
Untuk mengisi wawasan akademisnya, kemudian dia melanjutkan pendidikan di Universitas Exter di Inggris di tahun 1993 dengan gelar MA bidang Kepolisian.
 
Lalu tahun 1996 ia memperoleh gelar Strata 1 di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dengan predikat Bintang Wiyata Cendikia alias lulusan terbaik PTIK. Begitupun saat dirinya menempuh pendidikan di Lemhanas di tahun 2011 juga mendapat predikat lulusan terbaik.
 
Melengkapi  sisi intelektual, Jenderal Polisi asal Palembang, Sumatera Selatan ini meraih gelar Profesor dibidang terorisme dan dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kepolisian Studi Strategis Kajian Kontra Terorisme di STIK-PTIK di tahun 2017.
 
Jejak karir cemerlang  Tito tak lepas dari torehan prestasinya saat menjadi Perwira Kepolisian dalam mengungkap kasus besar. Di tahun 2000 hingga 2002 saat ia menjabat Kasat Serse Polda Metro Jaya berhasil mengungkap kasus bom di Kedubes Philipina (2000), bom Bursa Efek Jakarta (2001), bom malam natal (2001) dan bom di Plaza Atrium Senen.
 
Ketika Tito dengan pangkat Kompol , dia memimpin tim kecil bernama Cobra yang berhasil menangkap otak pelaku pembunuhan hakim Saifudin Kartasasmita. Ketika itu, Kapolri Jenderal Surojo Bimantoro menaikan pangkat Tito satu tingkat menjadi AKBP.
 
Dengan pangkat AKBP ia kemudian menjabat Kasat Serse Keamanan Negara (Kamneg) di Polda Metro Jaya. Pengungkapan besar seperti bom digedung DPR MPR (2003), bom di Bandara Soekarno Hatta (2003), bom JW Marriot (2003), kasus pembunuhan Direktur PT Asaba oleh kelompok Gunawan Santosa, bom di Cimanggis Depok (2004), bom di Kedubes Australia (2004) bom Bali II (2005) dan bom di pasar Tentena, Poso (2005) berhasil dia ungkap.
 
Puncaknya, saat bersama kompatriotnya Idham Aziz yang saat ini menjabat Kabareskrim berhasil melumpuhkan gembong teroris Azhari Husin alias Dr Azhari di Batu, Malang, Jawa Timur pada 9 November 2005. Saat itu Tito kembali mendapatkan lagi Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Komisaris Besar (Kombes) dari Kapolri Jenderal Sutanto.
 
Pengakuan dunia internasional juga diraihnya ketika menjabat sebagai Kepala Sub Detasemen (Kasubden) Intelijen Densus 88 Antiteror Mabes Polri ditahun 2006 hingga 2009). Sebut saja, Terorism Course British High Commissioner di Singapura (2005); Maritime Security Conference and Course di Kuala Lumpur, Malaysia (2006); National Tactical Officers Association (NTOA) Conference and Course di Los Angles (2006); Short Course on Radicalisation by Australian Forgein Affairs and Trade, Sydney Australia (2010).
 
Dari banyak catatan, melejitnya karir Tito di Kepolisian sejalan dengan kemampuannya menggalang kerjasama tim untuk mengungkap berbagai kejahatan. Sebut saja kasus korupsi Bulogate, hingga kasus pengemboman dan tindak pidana terorisme. Mulai dari bom buku sampai bom di Kedubes Australia sampai membongkar jaringan terorisme di Poso dan separatis Papua.

Saat menjadi Kapolri, kebijakan mendasar Promoter (Profesional Modern dan Terpercaya) dilakukannya dan ini sangat berpengaruh di internal Kepolisian. Tito paham betul bagaimana meningkatkan kompetensi SDM Polri agar kian berkualitas melalui kapasitas pendidikan dan pelatihan berdasarkan prosedur baku yang sudah dipahami, dilaksanakan dan dapat diukur keberhasilannya.
 
Tito mendorong Kepolisian modern. Melakukan modernisasi dalam layanan publik yang didukung teknologi sehingga semakin mudah dan cepat diakses oleh masyarakat ,termasuk kebutuhan Alat Material Khusus (Almatsus) dan Alat Perlengkapan Keamanan (Alpakam) yang modern. Reformasi internal dilakukan demi menuju polisi yang bersih dan bebas dari KKN sehingga terwujudnya penegakan hukum yang objektif, transparan, akuntabel dan berkeadilan
Share:

Tuesday 22 October 2019

23 Calon Menteri yang Dipanggil Jokowi, Ini Nama-namanya

Sudah 23 Calon Menteri yang Dipanggil Jokowi, Ini Nama-namanyaCalon Menteri Jokowi (Foto: Antara Foto)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memanggil calon-calon menterinya jelang pelantikan esok hari. Total 23 orang berkemeja putih yang sudah dipanggil.

Pemanggilan itu berlangsung sejak Senin (21/10/2019) kemarin hingga hari ini, Selasa (22/10). Para tokoh yang dipanggil kompak mengenakan kemeja putih.


Di hari pertama, tokoh yang dipanggil di antaranya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud Md; founder Gojek, Nadiem Makarim; dan Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Tetty Paruntu. Untuk nama ketiga, ada 'drama' yang menyertainya. Meski sudah memakai kemeja putih ke Istana, ternyata Tetty tak jadi bertemu dengan Jokowi. Dia hanya bertemu dengan Ketum Golkar Airlangga Hartarto, lalu pulang dari pintu samping
Hingga pukul 14.20 WIB, sudah ada 23 calon menteri (tanpa Tetty Paruntu) yang dipanggil Jokowi. Pemanggilan masih akan berlangsung hari ini. Mereka yang dipanggil bisa saja menjadi menteri, wakil menteri, ataupun pejabat setingkat menteri.

Sudah 23 Calon Menteri yang Dipanggil Jokowi, Ini Nama-namanyaSri Mulyani / Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Rencananya, para menteri akan diperkenalkan secara lengkap oleh Jokowi pada Rabu (23/10) pagi. Selanjutnya, mereka dilantik pada pukul 10.00 WIB.


Berikut ini nama-nama calon menteri yang telah dipanggil Jokowi:

1. Mahfud Md 
2. Nadiem Makarim 
3. Wishnutama
4. Erick Thohir
5. Tito Karnavian
6. Airlangga Hartarto
7. Pratikno
8. Fadjroel Rachman 
9. Nico Harjanto
10. Prabowo Subianto
11. Edhy Prabowo 
12. Sri Mulyani
13. Syahrul Yasin Limpo 
14. Agus Gumiwang Kartasasmita 
15. Juliari Batubara 
16. Siti Nurbaya Bakar 
17. Suharso Monoarfa
18. Basuki Hadimuljono
19. Fachrul Razi 
20. Ida Fauziah 
21. Bahlil Lahadalia
22. Zainuddin Amali
23. Abdul Halim Iskandar
Share:

Friday 11 October 2019

Potret Islami Keluarga Wiranto


Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menjadi korban penusukan di Pandeglang, Banten pada Kamis siang, 10 Oktober 2019. 

Polisi menyebut pelaku penyerangan diduga terpapar ISIS. Padahal sebenarnya keluarga Wiranto sangat religius dan islami.

Potret islami keluarga Wiranto tersiar saat pemakaman cucunya, Ahmad Daniyal Al Fatih pada akhir 2018 lalu. Dalam foto terlihat putri-putri dan menantu juga cucu-cucunya mengenakan busana muslim yang bercadar dan berserban.

Melihat penampilan tersebut ada netizen yang menyebut keluarga Wiranto terpapar paham radikal. Wiranto merasa perlu meluruskan tudingan tersebut. Kepada Tim Blak blakan detikcom, mantan Panglima ABRI itu mengaku memberikan kebebasan putra putrinya dalam memilih model busana yang dikenakan. 

"Kamu boleh kenakan baju apa saja, selama kamu merasa nyaman tetapi yang penting janganlah penampilanmu hanya untuk pamer tentang ke-Islamanmu, karena kedalaman agamamu bukan diukur dari pakaianmu atau penampilanmu, tetapi akhlak dan perilakumulah yang lebih utama," ujar Wiranto pada 19 November 2018. 

Berikut potret islami keluarga Wiranto:





1. Anak Keluar dari UGM dan Belajar Islam di Afsel

Putra bungsu mantan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Zaenal Nurrizki, keluar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) lalu belajar Islam di sekolah tinggi ilmu Islam di Johannesburg, Afrika Selatan (Afsel). Di Afsel, Zaenal tinggal di asrama kampus.

Suami Rugaiya Usman Wiranto ini membenarkan anaknya keluar dari UGM dan memilih belajar Islam di Afsel. Menurut Wiranto, anaknya itu dengan kesadaran sendiri minta izin keluar dari UGM dan belajar Islam di UGM. 

"Padahal dengan kesadarannya sendiri dia minta izin untuk keluar dari Universitas Gadjah Mada yang sangat bergengsi itu karena keprihatinan dan kesadarannya melihat perilaku sebagian generasi muda yang tidak lagi memiliki kepribadian yang terpuji," ujar Wiranto. 

Wiranto menyebut, anaknya itu mendalami Al Quran untuk memantapkan akhlak dan moralnya sebagai basis pengabdiannya sebagai generasi penerus. Lewat internet, dia memilih tempat belajar Al Quran yang bebas politik, Ponpes Internasional di wilayah Land Asia Afrika Selatan yang khusus untuk memantapkan pemahaman Al Quran yang mengedepankan persaudaraan dan kedamaian, bukan sekolah teroris. 

Namun baru setahun belajar di Afsel, anaknya sakit demam. Anak Wiranto meninggal dan dimakamkan di Afsel. Zaenal masih berusia 23 tahun dan baru menikah awal tahun 2013 dengan Salsabila. Salbila saat menikah dengan Zaenal berumur 15 tahun dan merupakan salah satu murid dari Perguruan Tinggi Ilmu Agama Islam Darul Uloom Zakariyya, di mana Zainal bersekolah di sana. 

"Dia meninggal di sana karena sakit, di saat membaca ayat-ayat suci. Maka saat ada orang yang mencibir dan memfitnah, sayapun hanya tertawa, karena memang tidak perlu saya layani," tutur Wiranto.



2. Anak Perempuannya Pakai Cadar

Potret islami keluarga Wiranto lainnya yakni dari ketiga anaknya, Wiranto memiliki 2 anak perempuan. 2 Anak perempuannya bernama Lia Wiranto dan Maya Wiranto. 

2 Anak perempuannya juga sangat religius. Bahkan memakai cadar dan itu terlihat saat pemakaman cucu Wiranto, Ahmad Daniyal Al Fatih. 

Dalam penjelasannya, Wiranto menekankan kepada anak-anaknya untuk memberi kebaikan kepada negara, bukan merepotkan. Kebebasan kepada anak-anaknya juga bersyarat, yaitu tidak boleh keluar dari pesan-pesan di atas itu.

"Saya memberikan kebebasan kepada keluarga saya untuk menjadi apa saja dan melakukan apa saja sepanjang tidak keluar dari rambu-rambu kehidupan yang telah saya pesankan kepada mereka itu. Saya selalu menekankan kepada mereka untuk berusaha memberikan kebaikan kepada negeri ini dan bukan malah merepotkan negeri ini," paparnya. 

3. Menantunya Berjenggot

Potret islami keluarga Wiranto berikutnya yakni menantunya berjenggot. Menantunya Wiranto yang dua-duanya laki-laki tampil berjenggot. Hal itu terlihat jelas di foto pemakaman cucu Wiranto, Ahmad Daniyal Al Fatih. 
Share:

Wednesday 9 October 2019

Dede Yusuf: Iuran BPJS Kelas III Tidak Naik


Di lansir KOMPAS.com - Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf menyampaikan bahwa sejauh ini DPR dan pemerintah sepakat tidak menaikkan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk kelas III.
"Pemerintah kan sudah menaikkan, DPR setelah berdiskusi panjang dengan pemerintah akhirnya sepakat untuk kelas III tidak naik," kata Dede Yusuf selepas acara Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Kemenkominfo, Senin (16/9/2019).
Dia mengatakan, iuran BPJS kelas III tidak dinaikkan terlebih dahulu karena hampir 60 persen peserta BPJS merupakan masyarakat dari ekonomi bawah.
Sementara itu, untuk kelas I dan kelas II, pihaknya menyerahkan kepada pemerintah untuk mencari solusi terbaik.
Pilihan untuk menaikkan iuran kelas I dan II pun dianggap sebagai solusi terbaik dalam rangka menyiasati defisit BPJS Kesehatan yang setiap tahun terjadi.
"Tapi setelah dikaji, kalaupun naik juga sebetulnya memang kebutuhan kita untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif lebih mahal daripada untuk biayai JKN. Jadi memang ada mindset yang perlu diubah, tapi kami perlu proteksi kelas III-nya tadi," ucap dia.
Pemerintah akan menaikkan iuran BPJS Kesehatan kelas I dan II mulai 1 Januari 2020.
Kelas I yang sebelumnya Rp 80.000 per bulan akan naik menjadi Rp 160.000 per bulan.
Sementara itu, iuran kelas II dari sebelumnya Rp 51.000 per bulan naik menjadi Rp 110.000 per bulan.

Share:

Wapres Kalla: Beli Pulsa dan Rokok Banyak, Tapi BPJS Naik Ngeluh... Selasa, 8 Oktober 2019

Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantornya
Penulis: Rakhmat Nur Hakim
 | 
Editor: Fabian Januarius Kuwado
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla melontarkan sindiran kepada pihak-pihak yang mengkritik kenaikan premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Kalla menyebut, pihak yang mengkritik kenaikan tarif BPJS Kesehatan tersebut justru mampu membeli rokok dan pulsa dalam jumlah besar.
"Siapa yang khawatir ( iuran BPJS naik)? Hanya ngomong saja, padahal beli pulsa tiga kali lipat daripada itu, beli rokoknya lebih dari itu (iuran BPJS)," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Kalla menyatakan, kenaikan premi BPJS Kesehatan tidak terhindarkan lantaran saat ini tarifnya terlalu rendah. Dengan tarif yang terlalu rendah, BPJS Kesehatan tidak bisa melayani pasien secara prima.
Lagi pula, menurut Kalla, kenaikan iuran BPJS Kesehatan tak akan membebani masyarakat miskin. Sebab, iuran masyarakat miskin sudah ditanggung negara lewat APBN.
Demikian pula para pekerja semestinya tidak perlu khawatir lantaran iuran BPJS Kesehatannya ditanggung perusahaan.
"Perlu diketahui bahwa naiknya tarif itu tidak akan membebani orang miskin karena PBI (Peserta Bantuan Iuran) itu yang dibiayai oleh pemerintah itu lebih dari 100 juta orang. Sebenarnya ini hanya cara pergantian defisit, karena kalau BPJS defisit pemerintah juga bayar," ujar Kalla.
"Tapi kalau ini naik tarif, pemerintah juga yang bayar yang lebih 120 juta orang itu. Hanya memang peserta yang bukan orang miskin kemudian bukan pegawai negeri, bukan karyawan, yang bayar sendiri itu memang bayar sendiri. Tapi itu kita anggap relatif lebih mampu," lanjut dia.
Karena itu, Kalla pun meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Ia meyakini kenaikan iuran BPJS Kesehatan justru dapat memberikan pelayanan prima kepada pesertanya.
SCROLL UNTUK LANJUT BACA
Pada 2018 lalu, defisit keuangan lembaga tersebut mencapai Rp 18,3 triliun. Bahkan, di tahun ini defisit keuangan BPJS Kesehatan diperkirakan membengkak menjadi Rp 32 triliun.
Diharapkan, dengan kenaikan iuran tersebut pemerintah tak perlu lagi menyuntikan dana ke BPJS Kesehatan.
Saat ini, untuk peserta kelas III dikenakan iuran Rp 25.500 per bulannya. Jika dinaikkan, maka peserta harus membayar Rp 42.000.
Lalu, untuk peserta kelas II saat ini dikenakan iuran sebesar Rp 51.000 per bulannya. Setelah dinaikkan, peserta harus membayar Rp 110.000.
Selanjutnya, bagi peserta kelas I saat ini harus merogoh kocek Rp 80.000 per bulannya. Nantinya, iuran tersebut akan naik menjadi Rp 160.000 per bulannya.
Rencana kenaikan tersebut mendapat penolakan dari masyarakat. Kenaikan iuran itu dianggap membebani dan menurunkan daya beli masyarakat. 
Share:

Friday 4 October 2019

Nih Rincian Gaji dan Tunjangan Anggota DPR


Jakarta - Kemarin 575 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dilantik. Wakil rakyat ini nantinya akan mendapat gaji yang bisa dibilang tidak besar-besar amat.

Eits, tapi jangan salah, anggota DPR bakal mendapat tunjangan yang luar biasa besar.

Berdasarkan catatan detikcom, gaji dan tunjangan anggota DPR dimuat dalam Surat Edaran Setjen DPR RI No. KU.00/9414/DPR RI/XII/2010. Selain itu, diatur pula dalam Surat Menteri Keuangan Nomor S-520/MK.02/2015

Di situ disebutkan, gaji pokok anggota sebesar Rp 4.200.000. Selain mendapat gaji pokok, anggota juga mendapat sejumlah tunjangan, yakni tunjangan istri Rp 420.000, tunjangan anak Rp 168.000, uang sidang/paket Rp 2.000.000, tunjangan jabatan Rp 9.700.000, tunjangan beras Rp 198.000, dan tunjangan PPH Rp 1.729.608.

Bukan hanya itu, DPR masih punya tunjangan lain di mana tunjangan ini mengalami kenaikan berdasarkan Surat Menteri Keuangan No S-520/MK.02/2015 dengan hal Persetujuan prinsip tentang kenaikan indeks tunjangan kehormatan, tunjangan komunikasi intensif, tunjangan peningkatan fungsi pengawasan dan anggaran, serta bantuan langganan listrik dan telepon bagi anggota DPR RI tanggal 9 Juli 2015.
Rincian Tambahan Tunjangan:

1. Tunjangan Kehormatan
A) Ketua badan/komisi: Rp 4.460.000 naik menjadi Rp 6.690.000
B) Wakil ketua badan/komisi: Rp 4.300.000 naik menjadi Rp 6.450.000
C) anggota: Rp 3.720.000 naik menjadi Rp 5.580.000

2. Tunjangan Komunikasi Intensif
A) Ketua badan/komisi: Rp 14.140.000 naik menjadi Rp 16.468.000
B) Wakil ketua: Rp 14.140.000 naik menjadi Rp 16.009.000
C) Anggota: Rp 14.140.000 naik menjadi Rp 15.554.000

3. Tunjangan Peningkatan Fungsi Pengawasan dan Anggaran
A) Ketua badan/komisi: Rp 3.500.000 naik menjadi Rp 5.250.000
B) Wakil ketua badan/komisi: Rp 3.000.000 naik menjadi Rp 4.500.000
C) Anggota: Rp 2.500.000 naik menjadi Rp 3.750.000

4. Bantuan Langganan Listrik dan Telepon: Rp 5.500.000 naik menjadi Rp 7.700.000.

Share:

Translate

Arquivo do blog

Total Pageviews

Facebook