share
BALUCHISTAN, RABU — Warga mengais mencari barang yang
bisa diselamatkan dari balik reruntuhan rumah mereka, Rabu (25/9),
sehari setelah gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah pedalaman Provinsi
Baluchistan, Pakistan. Gempa bumi berkekuatan 7,8 skala Richter itu
menyebabkan sedikitnya 327 orang tewas dan 400 orang terluka.
Pemerintah Pakistan mengerahkan 1.000 tentara dan helikopter militer untuk menjangkau lokasi bencana yang terisolasi dan sulit dijangkau.
Kepala Staf Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Gempa Bumi Pakistan Brigadir Jenderal Syed Wajid Raza mengemukakan, kemungkinan jumlah korban terus bertambah karena masih banyak korban terperangkap di bawah reruntuhan bangunan ambruk.
”Sebagian besar rumah di sana terbuat dari lumpur. Mayoritas korban tewas karena tertimpa atap rumah,” ujarnya.
Minimnya peralatan, ditambah jalan yang rusak atau tertutup puing-puing bangunan, menyulitkan tim penyelamat menyisir lokasi. Kondisi tersebut menghambat proses evakuasi korban. ”Kami telah meminta pemerintah pusat menerjunkan tambahan tentara untuk membantu kami,” kata Raza.
Sejauh ini petugas telah mengevakuasi 174 korban selamat. Mereka dilarikan ke rumah sakit terdekat, seperti di Quetta, ibu kota Baluchistan, dan Karachi.
Juru bicara Pemerintah Provinsi Baluchistan, Jan Buledi, mengemukakan, pemerintah setempat benar-benar kesulitan menangani korban yang terus berdatangan. ”Sejumlah rumah sakit lokal rusak. Rumah sakit di wilayah lain tidak lagi cukup menampung korban luka. Kami sangat membutuhkan tenda, makanan, dan tambahan dokter. Banyak korban yang masih telantar,” kata Buledi.
Pada Rabu pagi, 60 truk militer yang membawa makanan, obat- obatan, dan tenda meninggalkan Karachi menuju Awaran, kota yang paling parah terdampak gempa.
Baluchistan adalah provinsi terluas di Pakistan, mencakup 44 persen luas negeri itu. Penduduknya tercatat 8 juta jiwa tersebar di daerah pedalaman yang sulit dijangkau.
Pusat gempa
Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, gempa bumi itu terjadi di kedalaman 23 kilometer, sekitar 233 km tenggara Dalbandin, Baluchistan.
Awaran, kota kecil berpenduduk 200.000 jiwa yang lokasinya sekitar 50 km dari pusat gempa, rusak parah. Gedung dan rumah- rumah hancur rata dengan tanah. Jalan utama dan penghubung antardesa retak dan terbelah sehingga tidak dapat dilewati.
Noor Ahmed (45), petani, mengatakan, guncangan gempa berlangsung hingga 2 menit. Dalam sekejap desanya berubah menjadi tumpukan debu. ”Kami kehilangan semua, bahkan makanan kami tertimbun reruntuhan. Air dari saluran bawah tanah kini tak dapat diminum karena salurannya retak akibat gempa,” ujarnya.
Gempa tersebut juga dirasakan masyarakat di Gwadar, Khuzdar, Chagai, Hyderabad, dan Karachi yang berada ratusan kilometer dari pusat gempa. Bahkan, guncangan terasa hingga New Delhi, ibu kota India.
Wakil Komisioner Awaran Abdul Rasheed Gogazai mengatakan, pemerintah menetapkan Distrik Awaran dalam kondisi darurat. ”Dari sedikitnya 327 korban tewas, 285 korban berasal dari pusat kota Awaran. Korban lain ditemukan di Kaich, tak jauh dari kota Awaran,” katanya.
Sekitar 90 persen rumah penduduk di Awaran hancur. ”Banyak korban selamat yang kini tak punya tempat berteduh. Mereka membutuhkan bantuan banyak tenda, makanan, dan minuman,” kata Rasheed Gogazai.
Di tengah berlangsungnya sidang umum tahunan di New York, AS, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan simpati atas gempa bumi di Pakistan. PBB siap memberikan bantuan yang diperlukan untuk penanganan gempa itu.
Pulau baru muncul
Di kota pelabuhan Gwadar di pesisir Pakistan, sebuah pulau baru muncul beberapa jam setelah gempa bumi. Pulau yang muncul dari dasar laut itu diduga terbentuk dari lapisan tanah yang berasal dari kawah lumpur.
Hal itu menarik warga yang tinggal di sepanjang pesisir pantai. Mereka takjub dan heran, dan berbondong-bondong melihat gundukan batu dan lumpur itu dari tepi pantai.
Kepala Badan Survei Geologi Pakistan Zahid Rafi menegaskan, pulau baru itu muncul karena gempa. Saat ini sejumlah peneliti mencoba menentukan bagaimana hal itu terjadi.
Menurut Zahid Rafi, gundukan batu dan lumpur tersebut terbentuk akibat gerakan gas yang terkunci atau terjebak di dalam bumi di bawah laut. Karena guncangan gempa, ”pintu” gas itu terbuka. Gas mendorong lumpur dan bebatuan laut sehingga muncul ke permukaan yang menyerupai gunung lumpur.
Ahli geologi Angkatan Laut Pakistan, Muhammed Danish, mengatakan, gundukan lumpur dan batu itu tingginya 18 meter. Gundukan tersebut memiliki panjang 30 meter dan lebar 76 meter.
”Gundukan itu didominasi bebatuan dan lumpur. Kami telah meminta warga setempat tidak berkunjung ke pulau baru itu karena gas masih terpapar,” kata Danish.
Pakistan juga pernah diguncang gempa berkekuatan 7,6 skala Richter pada tahun 2005. Gempa yang mengguncang
Kashmir tersebut menewaskan sedikitnya 73.000 orang. (REUTERS/AFP/AP/BBC/ Bloomberg/AL Jazeera/HEN)
Sumber : Kompas Cetak
Foto ini menunjukkan apa yang tampak
sebagai sebuah pulau baru di lepas pantai Pakistan setelah gemba besar
pada 24 September 2013 mengguncang negara itu. | ABC
Pemerintah Pakistan mengerahkan 1.000 tentara dan helikopter militer untuk menjangkau lokasi bencana yang terisolasi dan sulit dijangkau.
Kepala Staf Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Gempa Bumi Pakistan Brigadir Jenderal Syed Wajid Raza mengemukakan, kemungkinan jumlah korban terus bertambah karena masih banyak korban terperangkap di bawah reruntuhan bangunan ambruk.
”Sebagian besar rumah di sana terbuat dari lumpur. Mayoritas korban tewas karena tertimpa atap rumah,” ujarnya.
Minimnya peralatan, ditambah jalan yang rusak atau tertutup puing-puing bangunan, menyulitkan tim penyelamat menyisir lokasi. Kondisi tersebut menghambat proses evakuasi korban. ”Kami telah meminta pemerintah pusat menerjunkan tambahan tentara untuk membantu kami,” kata Raza.
Sejauh ini petugas telah mengevakuasi 174 korban selamat. Mereka dilarikan ke rumah sakit terdekat, seperti di Quetta, ibu kota Baluchistan, dan Karachi.
Juru bicara Pemerintah Provinsi Baluchistan, Jan Buledi, mengemukakan, pemerintah setempat benar-benar kesulitan menangani korban yang terus berdatangan. ”Sejumlah rumah sakit lokal rusak. Rumah sakit di wilayah lain tidak lagi cukup menampung korban luka. Kami sangat membutuhkan tenda, makanan, dan tambahan dokter. Banyak korban yang masih telantar,” kata Buledi.
Pada Rabu pagi, 60 truk militer yang membawa makanan, obat- obatan, dan tenda meninggalkan Karachi menuju Awaran, kota yang paling parah terdampak gempa.
Baluchistan adalah provinsi terluas di Pakistan, mencakup 44 persen luas negeri itu. Penduduknya tercatat 8 juta jiwa tersebar di daerah pedalaman yang sulit dijangkau.
Pusat gempa
Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, gempa bumi itu terjadi di kedalaman 23 kilometer, sekitar 233 km tenggara Dalbandin, Baluchistan.
Awaran, kota kecil berpenduduk 200.000 jiwa yang lokasinya sekitar 50 km dari pusat gempa, rusak parah. Gedung dan rumah- rumah hancur rata dengan tanah. Jalan utama dan penghubung antardesa retak dan terbelah sehingga tidak dapat dilewati.
Noor Ahmed (45), petani, mengatakan, guncangan gempa berlangsung hingga 2 menit. Dalam sekejap desanya berubah menjadi tumpukan debu. ”Kami kehilangan semua, bahkan makanan kami tertimbun reruntuhan. Air dari saluran bawah tanah kini tak dapat diminum karena salurannya retak akibat gempa,” ujarnya.
Gempa tersebut juga dirasakan masyarakat di Gwadar, Khuzdar, Chagai, Hyderabad, dan Karachi yang berada ratusan kilometer dari pusat gempa. Bahkan, guncangan terasa hingga New Delhi, ibu kota India.
Wakil Komisioner Awaran Abdul Rasheed Gogazai mengatakan, pemerintah menetapkan Distrik Awaran dalam kondisi darurat. ”Dari sedikitnya 327 korban tewas, 285 korban berasal dari pusat kota Awaran. Korban lain ditemukan di Kaich, tak jauh dari kota Awaran,” katanya.
Sekitar 90 persen rumah penduduk di Awaran hancur. ”Banyak korban selamat yang kini tak punya tempat berteduh. Mereka membutuhkan bantuan banyak tenda, makanan, dan minuman,” kata Rasheed Gogazai.
Di tengah berlangsungnya sidang umum tahunan di New York, AS, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan simpati atas gempa bumi di Pakistan. PBB siap memberikan bantuan yang diperlukan untuk penanganan gempa itu.
Pulau baru muncul
Di kota pelabuhan Gwadar di pesisir Pakistan, sebuah pulau baru muncul beberapa jam setelah gempa bumi. Pulau yang muncul dari dasar laut itu diduga terbentuk dari lapisan tanah yang berasal dari kawah lumpur.
Hal itu menarik warga yang tinggal di sepanjang pesisir pantai. Mereka takjub dan heran, dan berbondong-bondong melihat gundukan batu dan lumpur itu dari tepi pantai.
Kepala Badan Survei Geologi Pakistan Zahid Rafi menegaskan, pulau baru itu muncul karena gempa. Saat ini sejumlah peneliti mencoba menentukan bagaimana hal itu terjadi.
Menurut Zahid Rafi, gundukan batu dan lumpur tersebut terbentuk akibat gerakan gas yang terkunci atau terjebak di dalam bumi di bawah laut. Karena guncangan gempa, ”pintu” gas itu terbuka. Gas mendorong lumpur dan bebatuan laut sehingga muncul ke permukaan yang menyerupai gunung lumpur.
Ahli geologi Angkatan Laut Pakistan, Muhammed Danish, mengatakan, gundukan lumpur dan batu itu tingginya 18 meter. Gundukan tersebut memiliki panjang 30 meter dan lebar 76 meter.
”Gundukan itu didominasi bebatuan dan lumpur. Kami telah meminta warga setempat tidak berkunjung ke pulau baru itu karena gas masih terpapar,” kata Danish.
Pakistan juga pernah diguncang gempa berkekuatan 7,6 skala Richter pada tahun 2005. Gempa yang mengguncang
Kashmir tersebut menewaskan sedikitnya 73.000 orang. (REUTERS/AFP/AP/BBC/ Bloomberg/AL Jazeera/HEN)
Sumber : Kompas Cetak
Post a Comment
Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst