yunusst memberikan inspirasi kepada anda

Tutorial

Showing posts with label Kendaraan Listrik. Show all posts
Showing posts with label Kendaraan Listrik. Show all posts

Thursday 29 April 2021

Inilah 8 Negara Pengguna Mobil Listrik Terbanyak di Dunia


Penjualan mobil listrik secara global pada 2018 mencapai 5,1 juta unit. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 3 juta unit.

Menurut International Energy Agency (IEA), negara pengguna terbesar mobil listrik adalah Tiongkok dengan 2,24 juta unit. Amerika Serikat (AS) menjadi negara terbesar kedua dalam penggunaan mobil listrik dengan 1,13 juta unit.

Di Eropa, sepanjang tahun lalu penjualan mobil listrik mencapai 1,35 juta unit. Norwegia menjadi negara Eropa dengan penjualan mobil listrik terbanyak, yakni 296,2 ribu unit. Daftar 8 negara pengguna mobil listrik terbanyak di dunia bisa dilihat di grafik berikut ini.

 

(Baca Databoks: 2016, Jumlah Mobil Listrik Mencapai 2 Juta Unit)

Share:

Produksi Baterai Lithium untuk Mobil Listrik Terkonsentrasi di 4 Negara

 


Produksi baterai lithium-ion global untuk kendaraan listrik terkonsentrasi di empat negara, yakni Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Korea Selatan, dan Polandia. Tiongkok merupakan produsen terbesar baterai lithium ion dunia, dengan kapasitas 16,4 Gigawatt hour (GWh) pada 2016. Produksi baterai lithium-ion Tiongkok ini diprediksi akan mencapai 107,5 GWh pada 2020 atau tumbuh hampir enam kali lipat dibandingkan 2016.

Korea Selatan berada di posisi kedua pada 2016 dengan kapasitas produksi baterai lithium-ion 10,5 GWh. Pada 2020, total kapasitas produksi baterai tersebut akan mencapai 23 GWh atau dua kali lipat dari 2016. Namun, posisi Korsel pada 2020 akan digeser oleh AS.

Kapasitas produksi baterai lithium AS pada 2016 baru sebesar 1 GWh. Angka ini akan meningkat 37 kali lipat menjadi 38 GWh pada 2020 atau terbesar kedua di dunia.

Share:

Jepang Bakal Hapus Kendaraan Berbahan Bakar Bensin di 2035, Indonesia?


Jepang akan menghilangkan kendaraan bermotor bertenaga bensin dalam 15 tahun ke depan. Sebagai gantinya, pemerintah setempat mendorong pemakaian mobil listrik. Rencana ini sebagai upaya mencapai target bebas emisi karbon pada 2050.

Strategi pertumbuhan hijaunya fokus pada  industri hidrogen dan otomotif. Pemerintahan Perdana Menteri Yoshihide Suga, mengutip dari Reuters, Jumat (25/12), akan menjadikan investasi hijau sebagai prioritas utama untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang yang dilanda Covid-19. Target investasinya mencapai US$ 2 triliun per tahun atau sekitar Rp 28 ribu triliun. 

Langkah tersebut serupa dengan negara maju lainnya, termasuk Uni Eropa, Tiongkok, dan Korea Selatan. Mereka juga berencana menjadi bebas karbon pada pertengahan abad ini. “Membuat tujuan dan arah kebijakan yang jelas dalam strategi pertumbuhan akan memberi insentif perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi masa depan,” kata profesor dari Universitas Tokyo Yukari Takamura. 

Pemerintah Jepang menawarkan insentif pajak dan dukungan keuangan lainnya kepada perusahaan yang berinvestasi hijau. Target pertumbuhan ekonomi melalui investasi hijaunya bakal mencapai US$ 870 miliar  pada 2030 dan US$ 1,8 triliun pada 2050. 

Tokyo juga menyiapkan dana 2 triliun yen atau sekitar Rp 273 triliun untuk mendukung perusahaan berinvestasi dalam teknologi hijau. Termasuk di dalamnya untuk mengganti penjualan kendaraan berbahan bakar bensin menjadi listrik pada pertengahan 2030an.  Untuk mempercepat pengembangan mobil listrik, pemerintah menargetkan memangkas biaya baterai kendaraan lebih dari setengahnya menjadi 10 ribu yen (sekitar Rp 1,3 juta) atau kurang per kilowatt jam (kWh) pada 2030. 

Permintaan listriknya diperkirakan akan meningkat 30% hingga 50% dari level saat ini pada 2050. Elektrifikasi di sektor industri, transportasi, dan rumah tangga mendorong peningkatan tersebut.


Karena itu, Jepang menargetkan memasang pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai hingga 45 gigawatt (GW) pada 2040. Energi baru terbarukan atau EBT akan menjadi fokus pengembangan pemerintah. Dari pemakaian hanya 20% saat ini menjadi 50% hingga 60% pada 2050.

Sisanya akan berasal dari pembangkit listrik hidrogen dan amonia, yang menyumbang 10% dari listrik. Tenaga nuklir, bersama dengan pembangkit listrik tenaga fosil dengan teknologi penangkapan karbon, akan menyediakan 30% hingga 40% sisanya.

Tokyo ingin mencapai 20% pemakaian amonia sebagai bahan bakar campuran pembangkit listrik fosil pada 2030. Untuk konsumsi hidrogen targetnya mencapai 3 juta ton pada 2030 dan 20 juta ton pada 2050.

Pemerintahan Suga berkomitmen mengurangi ketergantungan pada tenaga nuklir. Pembangkitnya yang sudah ada akan dimaksimalkan, sambil mengembangkan reaktor generasi berikutnya. 



Share:

Translate

Arquivo do blog

Total Pageviews

Facebook