share
Mengirimkan Surat Lamaran kerja lewat email
Tuesday 9 April 2013
Monday 8 April 2013
Seperti Film 'Armageddon', NASA Akan Hampiri Asteroid
share
Pemerintah AS siap mengalokasikan US$100 juta.
ddd
Senin, 8 April 2013, 10:55
Muhammad Chandrataruna
(NASA)
VIVAnews - Badan
Antariksa Amerika Serikat, NASA, kemungkinan akan mendapat dana hibah
dari pemerintah AS sebesar US$100 juta, setara Rp974 miliar, untuk
merealisasikan proyek pengerjaan pesawat robotik khusus.
Kabarnya, pesawat itu akan dipakai untuk "menjebak" asteroid dan memboyongnya ke orbit bulan pada tahun 2019 mendatang. "Ini adalah bagian dari apa yang akan menjadi program yang lebih luas," kata Senator Bill Nelson, seperti dilansir The Verge, 8 April 2013.
"Misi ini menggabungkan ilmu tentang penambangan asteroid sekaligus mempelajari bagaimana cara membelokkannya, juga semakin mengembangkan kemungkinan-kemungkinan manusia untuk pergi ke Mars," jelasnya.
Setelah itu, pada tahun 2021, astronot akan mengirimkan kapsul Orion NASA dan Sistem Roket Peluncuran Luar Angkasa ke asteroid untuk memulai riset dan eksplorasi objek tersebut.
Washington Post mengabarkan, misi ini bahkan bisa dimulai lebih cepat dari yang dijadwalkan, mungkin akan maju pada awal tahun 2017.
Terdengar seperti adegan di dalam film Armageddon, box office yang diperankan Bruce Willis tahun 1998 silam. Jika melihat misi NASA, aktivitas yang akan terjadi tampaknya kurang lebih memang seperti di dalam film tersebut.
Modul Panel Surya
Kabarnya, pesawat itu akan dipakai untuk "menjebak" asteroid dan memboyongnya ke orbit bulan pada tahun 2019 mendatang. "Ini adalah bagian dari apa yang akan menjadi program yang lebih luas," kata Senator Bill Nelson, seperti dilansir The Verge, 8 April 2013.
"Misi ini menggabungkan ilmu tentang penambangan asteroid sekaligus mempelajari bagaimana cara membelokkannya, juga semakin mengembangkan kemungkinan-kemungkinan manusia untuk pergi ke Mars," jelasnya.
Setelah itu, pada tahun 2021, astronot akan mengirimkan kapsul Orion NASA dan Sistem Roket Peluncuran Luar Angkasa ke asteroid untuk memulai riset dan eksplorasi objek tersebut.
Washington Post mengabarkan, misi ini bahkan bisa dimulai lebih cepat dari yang dijadwalkan, mungkin akan maju pada awal tahun 2017.
Terdengar seperti adegan di dalam film Armageddon, box office yang diperankan Bruce Willis tahun 1998 silam. Jika melihat misi NASA, aktivitas yang akan terjadi tampaknya kurang lebih memang seperti di dalam film tersebut.
Modul Panel Surya
Tujuan dari projek ini adalah "menjaring" sebuah asteroid dengan panjang 25 meter, yang diperkirakan beratnya mencapai 500 ton.
Donald Yeomans, kepala program Objek Dekat Bumi milik NASA mengatakan, pesawat robotik akan "menjala" asteroid seperti menjala sebuah kantong dengan tali laso.
"Setelah bisa dikendalikan, Anda hanya perlu memasang modul propulsi berbasis tenaga surya untuk menghentikan putaran asteroid pada porosnya, lalu membawanya ke tempat yang Anda inginkan," ujar Yeomans, dilansir Associated Press.
Terdengar cukup mudah. Namun, untuk melakukan itu, "proyek membutuhkan mesin berbasis tenaga surya mutakhir yang baru," ungkap Robert Braun, direktur teknologi NASA.
Dana sebesar US$100 juta akan diambil dari anggaran pemerintahan Obama di tahun 2014, yang akan diumumkan pada pekan ini. Jika melihat misinya, ada kemungkinan proyek ini akan memakan dana lebih besar lagi.
Proposal asli Keck Institute memperkirakan proyek antariksa ini akan memakan biaya US$2,6 miliar, setara Rp25,3 triliun, kurang lebih serupa dengan pendanaan proyek Curiosity ke Mars. (sj)
Donald Yeomans, kepala program Objek Dekat Bumi milik NASA mengatakan, pesawat robotik akan "menjala" asteroid seperti menjala sebuah kantong dengan tali laso.
"Setelah bisa dikendalikan, Anda hanya perlu memasang modul propulsi berbasis tenaga surya untuk menghentikan putaran asteroid pada porosnya, lalu membawanya ke tempat yang Anda inginkan," ujar Yeomans, dilansir Associated Press.
Terdengar cukup mudah. Namun, untuk melakukan itu, "proyek membutuhkan mesin berbasis tenaga surya mutakhir yang baru," ungkap Robert Braun, direktur teknologi NASA.
Dana sebesar US$100 juta akan diambil dari anggaran pemerintahan Obama di tahun 2014, yang akan diumumkan pada pekan ini. Jika melihat misinya, ada kemungkinan proyek ini akan memakan dana lebih besar lagi.
Proposal asli Keck Institute memperkirakan proyek antariksa ini akan memakan biaya US$2,6 miliar, setara Rp25,3 triliun, kurang lebih serupa dengan pendanaan proyek Curiosity ke Mars. (sj)
Thursday 4 April 2013
Cukup nabung Rp 10 Juta, GRATIS Gadget Membahana!
share
Cukup nabung Rp 10 Juta, GRATIS Gadget Membahana! adalah kata-kata yang saya dapat dari status BB temanku, cukup menggiurkan khan?
Ternyata ini adalah program dari Bank Sinar Mas dengan nama Simas Super Bonus. Kita harus menabung sebanyak 12 juta kemudian 10 juta di lock selama 10 tahun, saya ulangi 10 tahun … kemudian kita diminta untuk mengikuti layanan auto debit bill payment selama 1 tahun. Oh ya jika kita ingin mengambil uang kita yang 10 juta sebelum 10 tahun maka akan terkena pinalti.
Saya rasa jika kita mempunyai uang nganggur, ini adalah kesempatan yang langka, karena besarnya hadiah ini melebihi bunga deposito.
Misalkan jika kita deposito sebanyak 10 juta selama 10 tahun dengan bunga 6% maka kita akan mendapatkan sekitar 6 Juta (ini hitungan kasar, belum dikurangi dengan pajak) Sedangkan jika kita mengikuti simas super bonus ini, kita mendapatkan gadget senilai 7,5 juta rupiah.
Simas Super Bonus ini dimulai dari tanggal 1 Maret 2013 – 31 Desember 2013
Jika tertarik langsung hubungi Bank Sinar Mas terdekat, atau hubungi Bank Sinarmas CARE: 500 153 atau (021) 501 88888. Website Bank Sinar Mas: www.banksinarmas.com
Ini nomor telpon teman saya Ferdy jika ingin tanya via sms/bbm 089 9886 6229 / 088 9760 27259 Pin BB: 30BBB345
Setelah ini saya ingin membahas tentang program sejenis dari bank yang berbeda semoga informasinya berguna.
Cukup nabung Rp 10 Juta, GRATIS Gadget Membahana! adalah kata-kata yang saya dapat dari status BB temanku, cukup menggiurkan khan?
Ternyata ini adalah program dari Bank Sinar Mas dengan nama Simas Super Bonus. Kita harus menabung sebanyak 12 juta kemudian 10 juta di lock selama 10 tahun, saya ulangi 10 tahun … kemudian kita diminta untuk mengikuti layanan auto debit bill payment selama 1 tahun. Oh ya jika kita ingin mengambil uang kita yang 10 juta sebelum 10 tahun maka akan terkena pinalti.
Saya rasa jika kita mempunyai uang nganggur, ini adalah kesempatan yang langka, karena besarnya hadiah ini melebihi bunga deposito.
Misalkan jika kita deposito sebanyak 10 juta selama 10 tahun dengan bunga 6% maka kita akan mendapatkan sekitar 6 Juta (ini hitungan kasar, belum dikurangi dengan pajak) Sedangkan jika kita mengikuti simas super bonus ini, kita mendapatkan gadget senilai 7,5 juta rupiah.
Simas Super Bonus ini dimulai dari tanggal 1 Maret 2013 – 31 Desember 2013
Jika tertarik langsung hubungi Bank Sinar Mas terdekat, atau hubungi Bank Sinarmas CARE: 500 153 atau (021) 501 88888. Website Bank Sinar Mas: www.banksinarmas.com
Ini nomor telpon teman saya Ferdy jika ingin tanya via sms/bbm 089 9886 6229 / 088 9760 27259 Pin BB: 30BBB345
Setelah ini saya ingin membahas tentang program sejenis dari bank yang berbeda semoga informasinya berguna.
Ini pengakuan bule Belanda yang diajak damai polisi di Bali
share
Reporter : Ardini Maharani
Kamis, 4 April 2013 09:15:00
Kategori
Dunia
9
Seorang bule asal Belanda bernama Kees van Der Spek membuat sebuah
dokumentasi cukup menyentak. Dia berhasil menyorot tindakan polisi lalu
lintas yang menilangnya saat berada di Bali.
Tak hanya itu, Kees juga membuat dokumentasi mengenai kecurangan kasir money changer di Bali. Ironis memang. Pulau Dewata seharusnya nyaman bagi para turis sebab daerah wisata itu paling tersohor sejagat. Ini malah menjadi ajang sebagian oknum untuk memeras dan membohongi pelancong itu.
Merdeka.com berhasil mewawancarai Kees pada Rabu (3/4), si pembuat dokumentasi soal kebobrokan moral polisi lalu lintas memerasnya hingga Rp 200 ribu dan juga membongkar praktik kotor kasir penukaran mata uang asing.
Kees ternyata seorang jurnalis dari saluran televisi asal Belanda yakni SBS6. Dia membawakan acara berjudul Oplichters in het Buitenland. Tayangan dokumenter ini mewawancarai para turis asal Belanda yang bepergian ke pelbagai negara dan menjadi korban kejahatan di sana. Lalu Kees melakukan perjalanan ke negara yang dimaksud dan merelakan dirinya menjadi korban hanya untuk mengetahui bagaimana tindak kriminalitas itu bisa terjadi.
Berikut petikan wawancara dengan Kees.
Ceritakan bagaimana Anda bisa merekam kejadian tidak menyenangkan yang Anda alami di Bali?
Rekaman itu memang untuk kepentingan program acara televisi dimana saya menjadi pembawa acaranya, berjudul 'Oplichters in het Buitenland". Saya mencari tahu kriminalitas sering menimpa para turis, utamanya asal Belanda, dan saya rela menjadi korban untuk mengetahui kejahatan itu.
Kapan dan di mana Anda mengalami kejadian itu?
Saya memang merahasiakan nama jalan dan tempat. Tapi dokumentasi itu dibuat pada November 2012. Itu pengalaman pertama saya dan kunjungan pertama saya di Bali.
Apakah Anda tahu siapa nama polisi dan kasir di tempat penukaran mata uang asing itu?
Tidak. Saya tidak tahu nama mereka. Tapi wajah mereka tidak kami sensor dan cukup jelas terlihat.
Apa Anda tahu video dokumentasi Anda diunggah ke Youtube?
Saya tidak tahu. Tapi saya tidak masalah. Ini era modern dan banyak orang bisa mengunggah apapun yang mereka inginkan.
Apakah Anda tidak takut datang ke Bali lagi dengan pengalaman tidak menyenangkan itu?
Oh, sama sekali tidak. Saya tidak takut untuk datang ke Bali berkali-kali sebab tempat itu sangat indah. Banyak juga pengalaman yang menggembirakan di sana. Termasuk diajak minum bir oleh polisi yang menilang saya (tertawa).
Apa pesan dari program yang Anda bawakan itu?
Kami ingin memperingatkan pada para turis soal penipuan atau tindak kriminal yang bisa terjadi pada mereka kapan pun dan dimana pun, bukan hanya di Bali. Saya juga mengajak orang untuk berpikir, mereka yang melakukan penipuan sebenarnya mempermalukan diri sendiri. Itu sebabnya wajah mereka tidak disensor.
Secara umum saya menyukai Bali. Kami hanya ingin memperingatkan para pelancong di berbagai belahan dunia agar berhati-hati dengan bentuk kriminal itu dan tetap waspada.
Tak hanya itu, Kees juga membuat dokumentasi mengenai kecurangan kasir money changer di Bali. Ironis memang. Pulau Dewata seharusnya nyaman bagi para turis sebab daerah wisata itu paling tersohor sejagat. Ini malah menjadi ajang sebagian oknum untuk memeras dan membohongi pelancong itu.
Merdeka.com berhasil mewawancarai Kees pada Rabu (3/4), si pembuat dokumentasi soal kebobrokan moral polisi lalu lintas memerasnya hingga Rp 200 ribu dan juga membongkar praktik kotor kasir penukaran mata uang asing.
Kees ternyata seorang jurnalis dari saluran televisi asal Belanda yakni SBS6. Dia membawakan acara berjudul Oplichters in het Buitenland. Tayangan dokumenter ini mewawancarai para turis asal Belanda yang bepergian ke pelbagai negara dan menjadi korban kejahatan di sana. Lalu Kees melakukan perjalanan ke negara yang dimaksud dan merelakan dirinya menjadi korban hanya untuk mengetahui bagaimana tindak kriminalitas itu bisa terjadi.
Berikut petikan wawancara dengan Kees.
Ceritakan bagaimana Anda bisa merekam kejadian tidak menyenangkan yang Anda alami di Bali?
Rekaman itu memang untuk kepentingan program acara televisi dimana saya menjadi pembawa acaranya, berjudul 'Oplichters in het Buitenland". Saya mencari tahu kriminalitas sering menimpa para turis, utamanya asal Belanda, dan saya rela menjadi korban untuk mengetahui kejahatan itu.
Kapan dan di mana Anda mengalami kejadian itu?
Saya memang merahasiakan nama jalan dan tempat. Tapi dokumentasi itu dibuat pada November 2012. Itu pengalaman pertama saya dan kunjungan pertama saya di Bali.
Apakah Anda tahu siapa nama polisi dan kasir di tempat penukaran mata uang asing itu?
Tidak. Saya tidak tahu nama mereka. Tapi wajah mereka tidak kami sensor dan cukup jelas terlihat.
Apa Anda tahu video dokumentasi Anda diunggah ke Youtube?
Saya tidak tahu. Tapi saya tidak masalah. Ini era modern dan banyak orang bisa mengunggah apapun yang mereka inginkan.
Apakah Anda tidak takut datang ke Bali lagi dengan pengalaman tidak menyenangkan itu?
Oh, sama sekali tidak. Saya tidak takut untuk datang ke Bali berkali-kali sebab tempat itu sangat indah. Banyak juga pengalaman yang menggembirakan di sana. Termasuk diajak minum bir oleh polisi yang menilang saya (tertawa).
Apa pesan dari program yang Anda bawakan itu?
Kami ingin memperingatkan pada para turis soal penipuan atau tindak kriminal yang bisa terjadi pada mereka kapan pun dan dimana pun, bukan hanya di Bali. Saya juga mengajak orang untuk berpikir, mereka yang melakukan penipuan sebenarnya mempermalukan diri sendiri. Itu sebabnya wajah mereka tidak disensor.
Secara umum saya menyukai Bali. Kami hanya ingin memperingatkan para pelancong di berbagai belahan dunia agar berhati-hati dengan bentuk kriminal itu dan tetap waspada.
[tts]
Monday 1 April 2013
Geger Penemuan Lele Raksasa di Bogor
share
Mereka juga menemukan enam lele dengan berat masing-masing 25-30 kg.
ddd
Senin, 1 April 2013, 15:46
Hadi Suprapto, Ayatullah Humaeni (Bogor)
(Istimewa)
VIVAnews -
Warga Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa
Barat, digemparkan dengan penemuan seekor lele raksasa dengan panjang
dua meter dan berat 50 kilogram. Tak cuma itu, mereka juga menemukan
enam ekor lain dengan berat masing-masing 25-30 kg.
Nunung, 36, seorang warga Tanah Sereal mengatakan, sekitar tiga minggu lalu, pegawai jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR) membawa enam lele raksasa. Warga yang melihat lele raksasa itu bukan main terkejut. Daging lele itu kemudian dibagikan kepada warga.
Nunung, 36, seorang warga Tanah Sereal mengatakan, sekitar tiga minggu lalu, pegawai jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR) membawa enam lele raksasa. Warga yang melihat lele raksasa itu bukan main terkejut. Daging lele itu kemudian dibagikan kepada warga.
"Tapi sebagian warga
tidak memakannya, karena takut dengan bentuk dan beratnya yang mencapai
30 kg," katanya, Senin 1 April 2013.
Namun, kata dia, sebagian warga tidak menampik rezeki itu dan memakannya. "Saya tidak makan, takut lele 'jadi-jadian'," katanya.
Meski tidak makan, Nunung sempat memperhatikan daging lele tersebut. Lele raksasa ini dagingnya hitam agak pucat, sedangkan lele yang biasa di makan dagingnya putih.
Dendi salah seorang mandor proyek itu mengatakan awal mula penemuan lele tersebut. Menurut dia, pegawainya saat itu hendak mengebor tanah untuk pondasi tiang tol.
Namun, kata dia, sebagian warga tidak menampik rezeki itu dan memakannya. "Saya tidak makan, takut lele 'jadi-jadian'," katanya.
Meski tidak makan, Nunung sempat memperhatikan daging lele tersebut. Lele raksasa ini dagingnya hitam agak pucat, sedangkan lele yang biasa di makan dagingnya putih.
Dendi salah seorang mandor proyek itu mengatakan awal mula penemuan lele tersebut. Menurut dia, pegawainya saat itu hendak mengebor tanah untuk pondasi tiang tol.
"Rupanya bornya tembus
gorong-gorong yang di dalamnya ada lele besar," katanya. Setelah dicek,
ternyata ada sekitar 7 lele, dengan berat bervariasi antara 20-50 kg.
Lele itulah yang kemudian dibagi-bagikan kepada warga sekitar.
Saturday 30 March 2013
Review Buku : Kangen Indonesia, Indonesia di Mata Orang Jepang by HISANORI KATO (åŠ è—¤ä¹…å…¸)
share
Saya barusan selesai membaca buku karangan KATO-san berjudul “Indonesia di Mata Orang Jepang”. Sebagai orang Indonesia, ada semacam rasa unik dan lucu melihat apa-apa yang biasa terjadi di sekitar kita ternyata merupakan suatu hal baru bagi orang asing yang pertama kali ke Indonesia. Lewat buku ini kita bisa mengetahui perspektif orang asing terhadap budaya sosial di Indonesia. KATO-san sendiri adalah profesor di bidang Sosiologi Agama yang melakukan penelitian tentang agama Islam di Indonesia.
Kisah KATO-san diawali dengan perjalanannya selepas tamat bangku kuliah, waktu tahun 1988 Jepang sedang kagum-kagumnya dengan Amerika. Bisa dikatakan kedua negara itu sangat dekat, lagu-lagu yang populer di Jepang adalah lagu Amerika, begitu juga tentang fashion, makanan dan sebagainya. Karena itu setamat kuliah, beliau lantas bekerja di Amerika selama setahun. Karena di Jepang sendiri Amerika sudah sangat populer, dan budaya kedua negara tidak jauh berbeda. Maka KATO-san merasa biasa saja sewaktu tinggal di Amerika. Hingga kemudian KATO-san merasa bosan dan memutuskan untuk pindah bekerja di Jakarta.
Setibanya di Jakarta, saat itu pula KATO-san merasakan culture shock. Beliau merasa sulit berkomunikasi dan kerap menjadi bulan-bulanan para penjahat. ”Di bus yang hampir tidak pernah digunakan orang asing, entah berapa kali dompet saya dicuri. Saya bahkan pernah ditodong dengan pisau, uang serta jam tangan saya diambil. Pernah juga uang saya dicuri oleh pembantu di rumah. Setiap kali saya mengalami peristiwa seperti itu, pikiran saya untuk meninggalkan negeri ini pun memenuhi benak saya,” jelasnya.
Karena merasa sering dizalimi, ide pun muncul pada suatu ketika KATO-san melihat pengamen di bis kota yang naik, ngamen dan turun lagi tanpa membayar. Niat balas dendam lantas muncul, dengan mengajak temannya yang juga orang Jepang, KATO-san kemudian mengamen di bis kota. Dari situ beliau heran melihat sambutan orang Indonesia yang luar biasa ketika melihat ada orang asing yang mengamen. Para penumpang pun memberikan uang dari 500 – 1000 rupiah padahal ongkos naik bis saat itu masih 200 rupiah. Dari situlah kemudian timbul rasa ketertarikan terhadap budaya Indonesia.
KATO-san juga pernah pura-pura tidak mendengar saat kondektur menagih, sehingga akhirnya dia turun tanpa membayar. Bagi KATO-san ini adalah suatu langkah agar bisa merasakan “dekat” dengan masyarakat Jakarta.
Keanehan yang lain adalah ketika dia melihat orang Indonesia yang gemar mengatakan ‘macet’ sebagai alasan. Walau terlambat berpuluh-puluh menit, setibanya di kantor kata pertama yang terucap adalah ‘macet’. Dan kemudian temannya pun cuma menimpali, ‘oh begitu’. Dari kacamata orang Jepang yang selalu tepat waktu, hal ini sangatlah aneh dan baginya alasan itu tentu tidak dapat diterima. Namun orang Indonesia bisa menerimanya dengan baik. Itu juga yang kemudian mengingatkannya pada realitas di Jepang dimana ada 30.000 orang bunuh diri setiap tahunnya, yang mungkin disebabkan oleh kurang bisanya memaafkan atau menerima kesalahan orang lain.
Ada lagi sikap orang Indonesia yang cenderung ‘bagaimana nanti’ terkesan menunda-nunda, berbeda dengan orang Jepang yang justru, ‘kalau tidak dikerjakan sekarang, nanti bagaimana?’ Hal ini dialaminya ketika mempersiapkan susunan acara sebuah seminar, ketika mengajak diskusi seorang pengajar tentang susunan acara. Si pengajar malah berkata, ‘nanti saja’, atau ‘kita lihat dulu’. Di sini terlihat bahwa melakukan sesuatu tanpa merencanakannya dengan rinci terlebih dahulu merupakan ciri khas orang Indonesia. Namun yang membuatnya tertarik, bahwa memang kita dirugikan dengan sikap, ‘tidak apa-apa’, tetapi kita juga bisa balik mengatakan ‘tidak apa-apa’ kepada lawan bicara dan kita pun akan dimaafkan.
Sekembalinya di Jepang, KATO-san juga menulis bahwa setelah sekian lama terbiasa dengan Indonesia dia malah mengalami culture shock. Susunan acara seminar di Jepang sangat tepat waktu, seperti misal pembukaan jam 07.00, kemudian pembacaan MC selesai pada pukul 07.03. Juga saat kereta terlambat 1 menit saja announcer langsung mengumumkan permohonan maaf dengan kata-kata ‘maaf menyusahkan’. Hal yang sangat berbeda dengan Indonesia.
Saya barusan selesai membaca buku karangan KATO-san berjudul “Indonesia di Mata Orang Jepang”. Sebagai orang Indonesia, ada semacam rasa unik dan lucu melihat apa-apa yang biasa terjadi di sekitar kita ternyata merupakan suatu hal baru bagi orang asing yang pertama kali ke Indonesia. Lewat buku ini kita bisa mengetahui perspektif orang asing terhadap budaya sosial di Indonesia. KATO-san sendiri adalah profesor di bidang Sosiologi Agama yang melakukan penelitian tentang agama Islam di Indonesia.
Kisah KATO-san diawali dengan perjalanannya selepas tamat bangku kuliah, waktu tahun 1988 Jepang sedang kagum-kagumnya dengan Amerika. Bisa dikatakan kedua negara itu sangat dekat, lagu-lagu yang populer di Jepang adalah lagu Amerika, begitu juga tentang fashion, makanan dan sebagainya. Karena itu setamat kuliah, beliau lantas bekerja di Amerika selama setahun. Karena di Jepang sendiri Amerika sudah sangat populer, dan budaya kedua negara tidak jauh berbeda. Maka KATO-san merasa biasa saja sewaktu tinggal di Amerika. Hingga kemudian KATO-san merasa bosan dan memutuskan untuk pindah bekerja di Jakarta.
Setibanya di Jakarta, saat itu pula KATO-san merasakan culture shock. Beliau merasa sulit berkomunikasi dan kerap menjadi bulan-bulanan para penjahat. ”Di bus yang hampir tidak pernah digunakan orang asing, entah berapa kali dompet saya dicuri. Saya bahkan pernah ditodong dengan pisau, uang serta jam tangan saya diambil. Pernah juga uang saya dicuri oleh pembantu di rumah. Setiap kali saya mengalami peristiwa seperti itu, pikiran saya untuk meninggalkan negeri ini pun memenuhi benak saya,” jelasnya.
Karena merasa sering dizalimi, ide pun muncul pada suatu ketika KATO-san melihat pengamen di bis kota yang naik, ngamen dan turun lagi tanpa membayar. Niat balas dendam lantas muncul, dengan mengajak temannya yang juga orang Jepang, KATO-san kemudian mengamen di bis kota. Dari situ beliau heran melihat sambutan orang Indonesia yang luar biasa ketika melihat ada orang asing yang mengamen. Para penumpang pun memberikan uang dari 500 – 1000 rupiah padahal ongkos naik bis saat itu masih 200 rupiah. Dari situlah kemudian timbul rasa ketertarikan terhadap budaya Indonesia.
KATO-san juga pernah pura-pura tidak mendengar saat kondektur menagih, sehingga akhirnya dia turun tanpa membayar. Bagi KATO-san ini adalah suatu langkah agar bisa merasakan “dekat” dengan masyarakat Jakarta.
Orang Indonesia yang luwes dan gampang menerima
Sebagai seorang Jepang yang selalu disiplin dan tepat waktu. KATO-san mengamati budaya Indonesia yang membuatnya tertarik. Diawali ketika dia tidak tidur karena semalaman membuat penelitian, keesokan harinya saat mau berangkat, dia bertanya ke tukang parkir kendaraan apa yang harus dinaiki supaya sampai ke tujuan. Saat itu dia curhat ke tukang parkir, “Saya sekarang sedang melakukan penelitian, tapi capek sekali dan kurang tidur.” Si tukang parkir itu menjawab, “Oh begitu. Kalau begitu sebaiknya Anda tidur karena di belakang sini ada tempat untuk istirahat.” Jawaban si tukang parkir membuat KATO-san kaget sekaligus tertarik, “Ketika itu saya sedikit mengerti kenapa saya tertarik pada Indonesia. Waktu saya mati-matian melakukan penelitian, mungkin orang Jepang akan berkata ‘berusahalah dengan baik!’ namun orang Indonesia mengatakan ‘jangan terburu-buru begitu!’”Keanehan yang lain adalah ketika dia melihat orang Indonesia yang gemar mengatakan ‘macet’ sebagai alasan. Walau terlambat berpuluh-puluh menit, setibanya di kantor kata pertama yang terucap adalah ‘macet’. Dan kemudian temannya pun cuma menimpali, ‘oh begitu’. Dari kacamata orang Jepang yang selalu tepat waktu, hal ini sangatlah aneh dan baginya alasan itu tentu tidak dapat diterima. Namun orang Indonesia bisa menerimanya dengan baik. Itu juga yang kemudian mengingatkannya pada realitas di Jepang dimana ada 30.000 orang bunuh diri setiap tahunnya, yang mungkin disebabkan oleh kurang bisanya memaafkan atau menerima kesalahan orang lain.
‘Tidak apa-apa’ dan ‘bagaimana nanti’
Saya bisa memahami kalau KATO-san yang seorang Jepang merasa sangat sulit beradaptasi dengan kebiasaan Indonesia yang tidak menepati waktu dan kurang teliti. Seperti yang ditulis pada bukunya, banyak hal yang baginya ‘apa-apa’ namun bagi orang Indonesia adalah ‘tidak apa-apa’. Contohnya mengomentari teman yang tidak menepati janji, bis yang terlambat datang, dan customer service saat menangani internet yang bermasalah. Pernah dia kaget ketika mendengar butuh waktu empat hari untuk memperbaiki modemnya. Customer service seakan-akan bersikap ‘tidak apa-apa’ terhadap masalah yang dialami KATO-san. Dan hal ini membuatnya perlu melatih ‘kesabaran’ untuk berhadapan dengan orang Indonesia.Ada lagi sikap orang Indonesia yang cenderung ‘bagaimana nanti’ terkesan menunda-nunda, berbeda dengan orang Jepang yang justru, ‘kalau tidak dikerjakan sekarang, nanti bagaimana?’ Hal ini dialaminya ketika mempersiapkan susunan acara sebuah seminar, ketika mengajak diskusi seorang pengajar tentang susunan acara. Si pengajar malah berkata, ‘nanti saja’, atau ‘kita lihat dulu’. Di sini terlihat bahwa melakukan sesuatu tanpa merencanakannya dengan rinci terlebih dahulu merupakan ciri khas orang Indonesia. Namun yang membuatnya tertarik, bahwa memang kita dirugikan dengan sikap, ‘tidak apa-apa’, tetapi kita juga bisa balik mengatakan ‘tidak apa-apa’ kepada lawan bicara dan kita pun akan dimaafkan.
Sekembalinya di Jepang, KATO-san juga menulis bahwa setelah sekian lama terbiasa dengan Indonesia dia malah mengalami culture shock. Susunan acara seminar di Jepang sangat tepat waktu, seperti misal pembukaan jam 07.00, kemudian pembacaan MC selesai pada pukul 07.03. Juga saat kereta terlambat 1 menit saja announcer langsung mengumumkan permohonan maaf dengan kata-kata ‘maaf menyusahkan’. Hal yang sangat berbeda dengan Indonesia.
Renungan untuk orang Indonesia
Ketika membaca buku ini, saya merasa lucu. Melihat bagaimana budaya kita dipandang lewat perspektif bangsa maju. Kadang ada hal-hal yang membuat saya ingin tertawa namun juga sekaligus sedih. Jika KATO-san mungkin merasa hal-hal tidak menepati waktu, dan menunda-nunda bangsa Indonesia adalah sesuatu yang unik dan menunjukkan sikap lapang dada bangsa Indonesia. Saya malah merasa bahwa sikap-sikap seperti itu memang suatu penyakit yang harus diubah oleh bangsa saya. Dan justru kita harus meniru bangsa Jepang yang selalu menepati janji dan disiplin. Saya ingin mengutip kata-kata terakhir KATO-san di bukunya, ‘kalau bisa seperti itu bagus, tapi kalau tidak bisa ya tidak apa-apa.’Jadwal Kereta Api Tujuan Jakarta-Jogja
share
JAKARTA-JOGJA
Eksekutif
1. Taksaka Pagi (dari Gambir jam 08.45, sampai Jogja jam 16.28)
2. Taksaka Malam (dari Gambir jam 20.45, sampai Jogja jam 04.30)
3. Argo Lawu (dari Gambir jam 20.00, sampai Jogja jam 03.42)
4. Argo Dwipangga (dari Gambir jam 08.00, sampai Jogja jam 15.15)
5. Gajayana (dari Gambir jam 17.30, sampai Jogja jam 01.30)
6. Bima (dari Gambir jam 17.00, sampai Jogja jam 00.47)
Bisnis
1. Fajar Utama Jogja (dari Pasar Senen jam 06.45, sampai Jogja jam 14.53)
2. Senja Utama Jogja (dari Pasar Senen jam 19.30, sampai Jogja jam 02.53)
3. Senja Utama Solo (dari Pasar Senen jam 20.15, sampai Jogja jam 05.17)
Ekonomi
1. Progo (dari Pasar Senen jam 21.00, sampai Lempuyangan jam 07.04)
2. Bengawan (dari Tanah Abang jam 19.30, sampai Lempuyangan jam 05.53)
3. Gaya Baru Malam Selatan (dari Jakarta Kota jam 12.00, Pasar Senen jam 12.30, sampai Lempuyangan jam 21.10)
kisaran harga tiket :
Eksekutif : 235-285 ribu
Bisnis : 120-155 ribu
Ekonomi : 35-40 ribu
kalo mau berangkat siang, saya bisa kasih alternatif lain, yaitu lewat Kutoarjo... berikut daftar KAnya...
Eksekutif/Bisnis
1. Sawunggalih (dari Pasar Senen jam 08.15, sampai Kutoarjo jam 16.06)
Ekonomi AC
1. Bogowonto (dari Pasar Senen jam 09.10, sampai Kutoarjo jam 16.28)
Ekonomi
1. Kutojaya Utara (dari Manggarai jam 07.12, sampai Kutoarjo jam 15.30)
dari Kutoarjo sambung naik Prambanan Ekspres (Prameks), bisa turun di Tugu, bisa juga di Lempuyangan...
kisaran harga :
Eksekutif : 165-185 ribu
Bisnis : 105-125 ribu
Ekonomi AC : 90-115 ribu
Ekonomi : 35-40 ribu
JAKARTA-JOGJA
Eksekutif
1. Taksaka Pagi (dari Gambir jam 08.45, sampai Jogja jam 16.28)
2. Taksaka Malam (dari Gambir jam 20.45, sampai Jogja jam 04.30)
3. Argo Lawu (dari Gambir jam 20.00, sampai Jogja jam 03.42)
4. Argo Dwipangga (dari Gambir jam 08.00, sampai Jogja jam 15.15)
5. Gajayana (dari Gambir jam 17.30, sampai Jogja jam 01.30)
6. Bima (dari Gambir jam 17.00, sampai Jogja jam 00.47)
Bisnis
1. Fajar Utama Jogja (dari Pasar Senen jam 06.45, sampai Jogja jam 14.53)
2. Senja Utama Jogja (dari Pasar Senen jam 19.30, sampai Jogja jam 02.53)
3. Senja Utama Solo (dari Pasar Senen jam 20.15, sampai Jogja jam 05.17)
Ekonomi
1. Progo (dari Pasar Senen jam 21.00, sampai Lempuyangan jam 07.04)
2. Bengawan (dari Tanah Abang jam 19.30, sampai Lempuyangan jam 05.53)
3. Gaya Baru Malam Selatan (dari Jakarta Kota jam 12.00, Pasar Senen jam 12.30, sampai Lempuyangan jam 21.10)
kisaran harga tiket :
Eksekutif : 235-285 ribu
Bisnis : 120-155 ribu
Ekonomi : 35-40 ribu
kalo mau berangkat siang, saya bisa kasih alternatif lain, yaitu lewat Kutoarjo... berikut daftar KAnya...
Eksekutif/Bisnis
1. Sawunggalih (dari Pasar Senen jam 08.15, sampai Kutoarjo jam 16.06)
Ekonomi AC
1. Bogowonto (dari Pasar Senen jam 09.10, sampai Kutoarjo jam 16.28)
Ekonomi
1. Kutojaya Utara (dari Manggarai jam 07.12, sampai Kutoarjo jam 15.30)
dari Kutoarjo sambung naik Prambanan Ekspres (Prameks), bisa turun di Tugu, bisa juga di Lempuyangan...
kisaran harga :
Eksekutif : 165-185 ribu
Bisnis : 105-125 ribu
Ekonomi AC : 90-115 ribu
Ekonomi : 35-40 ribu