23.17 WIB: "Bagimu Negeri" dinyanyikan. Terima kasih
telah mengikuti live blog kami. Semoga rangkaian debat ini bisa menjadi
bahan pemikiran Anda dalam menentukan pilihan capres-cawapres 9 Juli
nanti.
23.15 WIB: Pernyataan penutup dari Prabowo-Hatta.
Prabowo
yang bicara. “Malam ini kita mengakhiri kampanye politik yang cukup
panjang, sebagai bagian dari tanggung jawab konstitusi kita, kita ingin
membangun demokrasi yang kuat. Pada 9 Juli nanti, rakyat akan memilih
presiden. Jika kita mendapat mandat, kami ingin bekerja keras
menyejahterakan, membangun bangsa yang terhormat, berdiri di atas kaki
sendiri, produktif, tidak hanya membeli dari bangsa lain, tapi
bermartabat menjual dan membuat barang-barang sendiri. Kami akan
berjuang agar seluruh rakyat Indonesia bisa hidup layak, sejahtera,
seperti dicita-citakan oleh pendiri bangsa Indonesia. Kami juga akan
menghormati keputusan rakyat Indonesia demi negara, bangsa, dan rakyat
kita yang kita cintai.”
23.12 WIB: Pernyataan penutup dari Jokowi-JK.
Kata
Jokowi, “Kita tahu semuanya Indonesia mengalami masalah, problem yang
banyak, tapi setiap problem ada jalan keluarnya, kita punya pakar di
bidang itu. Yang selalu menghalangi adalah kelompok-kelompok kepentingan
tadi, mafia tadi. Kerjasama koalisi tanpa syarat. Kami ingin hadir
untuk membawa perubahan, membawa terobosan, membawa langkah-langkah
nyata. Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh kader, relawan, yang
sudah bekerjakeras untuk cita-cita bersama. Kami lahir, dididik, bekerja
di Indonesia. Kami hanya tunduk pada Konstitusi Indonesia dan kehendak
rakyat dan selalu setia pada Indonesia.”
23.04 WIB: Setiap
perpanjangan kontrak, banyak sekali justru perpanjangan itu merugikan
kita? Seperti Freeport, yang sahamnya bisa dapat 51% hilang, atau
kontrak-kontrak migas lain. Perlukah ada investigasi?
Jawaban
Jusuf Kalla. “Saya sangat setuju untuk dibikin investigasi, siapa yang
pernah memiliki saham Freeport, dan ke mana saham itu. Saham Newmont, ke
mana dan siapa yang punya? Berapa dividen yang masuk?”
Tanggapan
Jokowi. “Investigasi perlu. Banyak kelompok kepentingan dalam tambang.
Orang sudah mengerti siapa yang dapat. Tapi kita punya niat, kemauan
nggak untuk menyelesaikan. Kalau hanya renegosiasi bisa-bisa saja, tapi
kalau kelompok-kelompok kepentingan itu masih ada dan mengatur, sampai
kapanpun kita akan seperti ini terus. Koalisi kami adalah tanpa syarat,
komitmen di depan yang ingin kami ajukan sehingga kami tak ingin
tersandera, terbebani dengan masa lalu, kontrak-kontrak yang sudah
disebutkan.”
Tanggapan Hatta Rajasa. “Artinya bapak setuju dengan
renegosiasi. Persoalannya adalah bagaimana renegosiasi itu bisa
menguntungkan sebesar-besarnya buat kita? KAlau kita bilang ada kelompok
kepentingan, maka tidak berjalan. Kita berupaya keras agar ada
renegosiasi kontrak, menyangkut sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Siapapun yang merugikan kepentingan negara harus kita sikat.”
Tanggapan
Prabowo. “Saya ingin memberi tanggapan dan mengucapkan terima kasih
pada Presiden SBY sehingga renegosiasi kontrak blok Tangguh sehingga
mendapat tambahan Rp250 T.”
Tanggapan balik dari Jusuf Kalla.
“Pertama soal Newmont, keputusan kita saham diberikan ke negara, BUMN,
menurut informasi Menko Perekonomian memberi saham ke pemerintah dan
swasta. Sehingga saya setuju sekali.”
“Blok
Tangguh, tiap 4 tahun harus dinegosiasi. Pada 2008, saya berbicara
dengan Presiden Cina Hu Jintao siap negosiasi, begitu saya tinggalkan
tidak ada negosiasi. Itulah bunyi kontrak yang saat itu, jadi tidak ada
yang spesial. Jika naiknya iya. Kita berterimakasih.”
23.03 WIB: Bagaimana menghentikan laju kerusakan hutan di Indonesia?
Prabowo
menjawab. “Strateginya adalah mengikutsertakan rakyat yang tinggal di
hutan, di pinggir-pinggir hutan, memberdayakan dalam program ekonomi,
pemberdayaan mereka, diberi penyuluhan hidup sehingga tidak merambah
hutan. Perlu ada pengetatan pengawasan melalui satelit, mengawasi
illegal logging, penambangan liar, dan sanksi keras pada perusahaan yang
melanggar tata kelola hutan. Juga aparat-aparat penegak hukum perlu
kita tatar kembali untuk menjaga hutan, masa depan kita semua, harus ada
intervensi pemerintah secara besar-besaran, untuk kita benahi hutan dan
lingkungan hidup kita.”
Tanggapan Jokowi-JK. Jokowi bicara,
“Tata ruang kita sebetulnya hampir selesai dan harus segera
diselesaikan, jadi jelas mana yang hutan lindung, alam, produksi, dan
konversi. Karena kita tidak punya kebijakan satu peta, jadi tumpang
tindih. Hutan lindung diberi konsesi, produksi, pertambangan, dan
perkebunan. One map policy ini sangat penting. Suatu provinsi di
Kalimantan, ada 753 kasus, hutan kita akan digerus karena peta di
lapangan tidak ada kejelasan. Di peta bisa terpaut 1 cm, tapi di
lapangan bisa berhektar-hektar hutan di lapangan rusak karena gambar
yang dibikin tangan.”
Hatta memberi tanggapan. “Tadi Pak Jokowi
bilang banyaknya izin di hutan lindung. Tahun 2003 ada 13 perusahaan
asing yang mendapat izin hutan lindung, apa pendapat Bapak? Bahwa ada
perusahaan asing yang mendapat izin hutan lindung, apa bapak setuju?
Akan mencabut atau renegosiasi kembali?”
Tidak ada kesempatan menjawab karena ini adalah sesi tanggapan.
22.46 WIB: Pertanyaan
JK buat Prabowo-Hatta. “Saya ingin menanyakan pidato Anda soal
kleptokrasi, ada maling-maling. Saya ingin jelaskan, tidak ada maling di
bidang energi, dan pangan dalam partai pendukung kami. Karena tidak ada
maling minyak, mafia minyak, mafia daging, beras, gula, haji. Pidato
bapak ditujukan buat siapa?”
Prabowo menjawab. “Yang saya maksud
adalah proses demokrasi kita, terjadi jual beli suara, macam-macam,
bahwa roh dari demokrasi sedang dirusak dari macam-macam. Saya tidak
mengatakan bahwa dari partai saya tidak ada maling. Yang saya maksud
adalah fenomena dari bangsa kita. Siapa tahu di pihak partai bapak ada
juga, di partai A dan B ada juga. Saya ingin masyarakat menjaga
demokrasi, tidak ikut dalam permainan-permainan yang terjadi di
lapangan.”
Hatta menambahkan. “Sebetulnya kalau kita menjalankan
demokrasi dan penegakan hukum, maka mafia apapun kita serahkan pada
penegakan hukum. Tidak perlu kita melontarkan sesuatu yang tidak ada
datanya. Jadi bisa di-trace siapa yang disebut Pak JK itu.”
Tanggapan
JK. “Karena pidato bapak, ada pihak, sedangkan kita berkampanye ada dua
pihak. Minyaknya di KPK, dagingnya di KPK, hajinya di KPK, Qurannya di
KPK.”
Tanggapan Jokowi, “Supaya pertanyaannya dikaitkan dengan
energi, daging, bukan soal siapa mafia beras, minyak, daging. Prabowo
sudah menjelaskan dengan jelas, jadi terima kasih.”
Kata
Prabowo, “Bukan maksud kami menyebut soal maling-maling. Tapi kita
sebagai bangsa ada kelemahan-kelemahan, kalau tidak punya kelemahan, ada
dosa terhadap rakyat. Kalau ada pemerintah yang menandatangani kontrak
yang merugikan negara selama puluhan tahun, itu bagaimana? Tolonglah
kita mawas diri, introspeksi. Saya ingin mengingatkan rakyat, jangan
sampai demokrasi yang sudah kita bangun, kita rusak sendiri.”
Hatta menjawab. “Saya bersyukur, renegosiasi kontrak, bahwa blok Tangguh sudah naik jadi 12 saat ini.”
22.41 WIB: Pertanyaan
Prabowo-Hatta buat Jokowi-JK. Prabowo yang menanyakan. “Inti dari
pangan adalah sawah kita berkurang drastis. 2015, defisit sawah kita
adalah 750 ribu hektar. Kami punya lahan menambah 2,5 juta hektar lahan
untuk sawah? Apakah bapak setuju ekstensifikasi besar-besaran di atas 1
juta, mengarah ke 2 juta atau lebih?”
Jokowi menjawab. “Tambahan
sawah sangat diperlukan. Tapi harus dilihat dulu, airnya dari mana. Di
Papua, sudah dibuka, tapi dibiarkan begitu saja, karena tidak pernah
dipikirkan airnya dari mana, bendungannya dibangun di mana. Yang
pertama, tentukan dulu, ada airnya atau tidak, sungai yang bisa
dibendung atau tidak? Pertama buat bendungan dulu. Baru buat irigasi
dulu. Baru itu membuat sawah akan berhasil. Jangan kebalik-balik. Kita
tidak ingin ada kegagalan sudah terlanjur hutan ditebang, tapi sawah
tidak bisa dikerjakan lagi. Oleh sebab itu, semuanya harus dikalkulasi,
dihitung, yang dikerjakan ini bukanlah sebuah proyek, tapi program yang
bermanfaat bagi negara, bagi rakyat, karena rakyat dapat pembagian lahan
dan kesejahteraan petani akan meningkat.”
Tanggapan Prabowo.
“Tentunya di abad 21 ada teknologi, ada sistem manajemen, tentu harus
direncanakan dengan baik. Tapi bapak belum menjawab, setuju atau tidak
dengan penambahan jumlah sawah kita? Saya mengerti, membuat sawah harus
ada sumber air. Tidak ada air, tidak ada tanaman yang hidup.”
Tanggapan
Jokowi. “Saya rasa tidak perlu dijawab, karena dalam visi misa kita
jelas, kita ingin membangun 1 juta hektar per tahun, jelas. Yang ingin
saya tekankan adalah penerapannya, sekarang yang ada membuat visi misi,
tidak diimplementasikan, tapi tidak dilakukan, tidak segera dilakukan.
Kalau hanya ingin, akan, akan, banyak sekali. Yang penting bagaimana
mengimplementasikan ini, membuat manajemen perencanaan, riil, konkret,
nyata yang betul-betul dirasakan oleh rakyat. Yang penting adalah
pengawasan, seperti di Papua, atau sejuta lahan gambut. Tidak hanya
sekali atau dua kali mengalami kesalahan. Jangan mengulangi kesalahan,
jangan mengulangi kesalahan, jangan mengulangi kesalahan.”
22.34 WIB: Pertanyaan
dari Jokowi-JK buat Prabowo-Hatta. “Menjelang Lebaran, harga daging
sapi selalu makin mahal. Tadi pagi ke pasar, harganya Rp120 ribu per kg.
Mestinya dengan impor, harga daging sapi bisa stabil, lebih murah.
Bagaimana dengan kebijakan impor daging sapi?”
Prabowo menjawab.
“Masalah kenaikan harga pangan menjelang puasa, selalu menjadi masalah
buat kita. Masalah daging adalah salah satu daripada komoditas pangan
yang selalu naik menjelang bulan puasa. Untuk meningkatkan kemampuan dan
kapasitas petani-petani kita menambah jumlah ternak yang ada di
Indonesia, menambah pengusaha-pengusaha yang akan menjalankan pabrik
pemotongan sapi, dan memperlancar distribusi sapi yang ada di Indonesia.
Indonesia menghasilkan banyak ternak sapi. Kadang mendatangkan sapi
dari NTT lebih susah daripada mendatangkan dari Australia.
Masalah-masalah inilah yang harus kita perbaiki bersama. Bagaimana kita
memperlancar produksi pertanian, peternakan di segala bidang, terutama
daging, susu, dan sumber protein lainnya. Perlu pendekatan komprehensif,
besar-besaran, memperbaiki dari hulu ke hilir, memperbaiki mindset dari
neoliberal.”
Tanggapan Jokowi. “Mestinya kalau kita punya
strategi jangka panjang, mestinya kita bisa memulai, bakalan-bakalan
sapi diberikan di desa-desa, terpusat di satu kandang, gampang dicek,
dikontrol, semua petani ikut dalam program ini. Pertama, dapat pupuk
dari sana. Kedua, kita bisa mendapatkan energi dari kotoran sapi di
kandang itu. Ketiga, jangka panjang, kita akan punya stok sapi hidup
yang sewaktu-waktu bisa jadi suplai daging sapi. Jangan sampai impor
daging karena stok dalam negeri tidak cukup. Dalam waktu 5-6 tahun bisa
kita selesaikan impor. Dalam setahun, impor tidak dalam bentuk daging
fresh, tapi carcass, ada daging yang harganya Rp30 ribu, Rp40 ribu, Rp75
ribu, tukang bakso bisa hidup dari cara impor ini. Tidak seperti
sekarang semua harus beli yang harganya Rp120 ribu.”
Tangapan
Prabowo lagi. “Sebagian dari pandangan bapak soal ternak di desa saya
setuju. Sebagian. Di kandang, berkelompok, naga-naganya ke arah
koperasi. Saya mendukung koperasi ternak, petani. Kalau saya, jangankan
carcass, saya ingin itu ternak lahirnya di Indonesia, kalau perlu
carcass-pun kita tidak impor. Kita harus melipatgandakan jumlah ternak
kita, di semua desa di seluruh Indonesia, yang mampu membesarkan ternak
harus kita lakukan. Di ujungnya kita tidak perlu impor carcass
sekalipun.”
Hatta menambahkan. “Konsumsi daging sapi meningkat
2,2 kg, tapi impor kita menurun. Awalnya akan mahal harganya, tapi
menguntungkan peternak dan membuat rangsangan meningkatnya populasi
sapi, sehingga swasembada dan harganya turun.”
22.26 WIB: Kini memasuki segmen kelima. Para calon saling bertanya, menanggapi, dan menanggapi balik.
Sesi pertama, pasangan Prabowo-Hatta mengajukan pertanyaan lebih dahulu.
Hatta
Rajasa bertanya. “Kita semua ingin hidup dalam suasana bersih, hijau,
dan sehat. Penghargaan tertinggi adalah Kalpataru, banyak kota
menginginkan itu. Termasuk juga upaya membangun udara sehat, bersih. Apa
tanggapan Jokowi dan upaya mencapai itu?”
Jokowi menjawab.
“Kalpataru baik diberikan pada perseorangan dan lembaga, tapi tidak
hanya piala, tapi juga insentif, dana, dan anggaran agar dapat
mengembangkan apa yang kerjakan jadi lebih besar lagi. Piala, hanya
dapat barangnya. Kalau dapat dana, bisa lebih memperluas lagi,
memperbaiki DAS, area tangkapan, atau merawat desanya. Kalau hanya
piala, tapi akan lebih baiknya jika dapat dana atau anggaran. Agar semua
ingin memperbaiki desanya, daerah tangkapan air, memperbaiki kotanya,
dan memperbaiki negara yang kita cintai.”
Tanggapan
Prabowo-Hatta. Hatta Rajasa memberi tanggapan. “Bentuk penghargaan dalam
insentif atau piala bukan sesuatu yang terlalu prinsip. Yang penting
adalah penghargaan adalah refleksi membangun kotanya jadi bersih dan
sehat. Dari apa yang dijelaskan, kenapa DKI Jakarta tidak dapat? Padahal
biasanya dapat? Solo malah belum dapat? Apa yang salah?”
Jusuf Kalla bilang, “Pertanyaan Bapak bagus, tapi keliru. Itu bukan Kalpataru, tapi Adipura.”
Jokowi menambahkan, “Solo pernah mendapat penghargaan green city dari Kementerian Lingkungan Hidup. Silakan cek di sana.”
JK menjawab, “Karena pertanyaannya keliru, saya tidak bisa jawab.”
22.13 WIB: Pertanyaan
Prabowo buat Jokowi-JK. “Saya kaget dalam kampanye, bapak bilang petani
tidak perlu koperasi, padahal koperasi vital, sokoguru bagi kehidupan
petani dan nelayan kita?”
Jokowi yang menjawab. “Mungkin bapak
salah baca atau salah dengar. Saya kira semua orang tahu, koperasi
adalah sokoguru ekonomi kita. Tidak mungkin seorang Jokowi mengatakan
seperti itu. Hanya masalahnya di desa ada beberapa hal yang harus kita
tuntaskan, baik soal perangkat desa, kelembagaan yang ada di desa, baik
dana yang akan dikucurkan Rp1,4 miliar menurut UU Desa, perlu ada Badan
Usaha Desa, baik koperasi atau yang lainnya. Tapi lebih baik koperasi.
Desa harus bisa mandiri. Oleh sebab itu, kita ingin ternak yang ada di
desa, subsidi pemerintah dipusatkan pada satu tempat, satu kandang,
sehingga nantinya kotoran sapi ini diarahkan ke produksi energi,
sehingga desa bisa swasembada energi dan daging sendiri.
Pengelolaan-pengelolaan seperti inilah yang diperlukan, perlu memperkuat
perangkat desa.”
22.09 WIB: Pertanyaan dari
Jokowi-JK buat Prabowo-Hatta. JK yang memberi pertanyaan. “Energi kita
sangat kritis, impor terbesar kita dalam sejarah, subsidi kita naik
terbesar dalam sejarah, defisit kita terbesar dalam sejarah, listrik
kita mulai padam di mana-mana. Apa yang terjadi?”
Jawaban Hatta
Rajasa. “Sejak bapak wapres pun, terjadi declining produksi kita.
Sumur-sumur kita declining, tapi dipastikan awal 2015 jadi naik lagi.
Dari rencana pembangunan 10 ribu MW, tapi terhambat oleh tata kelola
yang terlalu terburu-buru. Banyak hal yang perlu kita jelaskan. Tapi
banyak yang jauh lebih baik. Kita akan mencapai lagi 1 juta barel dan 43
juta MW. Kita tidak boleh menggantungkan pada energi fosil, kuncinya
adalah insentif, feed in tarif agar energi terbarukan bisa berjalan
dengan baik.”
22.06 WIB: Pertanyaan Hatta Rajasa
buat Jokowi-JK. “Dunia mengakui Indonesia adalah champion dalam global
climate change, di Bali kita berhasil menambah deklarasi untuk Kyoto
Protocol. Bagaimana efektivitas Protokol Kyoto.”
“Indonesia
pendukung utama Protokol Kyoto, dunia harus bertanggung jawab terhadap
kerusakan lingkungan, hutan. Indonesia juga protes kenapa AS tidak
melakukan Protokol Kyoto. Di Bali, kita mendorong REDD. Pelaksanaannya
sangat lambat, Eropa dan AS tidak menjalankan dengan baik. Carbon credit
tidak berjalan dengan baik, insentif untuk menjaga hutan tidak terjadi.
Australia, Norwegia hanya berjanji memberi $1 miliar, tapi tidak ada.
Jadi kita harus berjuang sendiri.”
22.04 WIB: Segmen
4 debat, kandidat bisa saling bertanya. Jokowi-JK memberi pertanyaan
pertama buat Prabowo-Hatta. “Saat ini kita sebagai pengimpor beras
sangat besar, 2,7 juta ton, dan pernah swasembada pada 2008-2009.
Pertanyaan saya pada Hatta Rajasa sebagai Menko Perekonomian, apa yang
salah? Dan pada Prabowo sebagai Ketua HKTI, apa yang salah?”
Hatta
menjawab dulu. “Kalau melihat data impor dari 2000 sampai sekarang,
tidak pernah kita tidak mengimpor. Kita pernah swasembada, tapi
2007-2008, dunia mengalami krisis, tapi Indonesia mengalami surplus,
bahkan membantu negara tetangga kita, Filipina. Kita hanya mengimpor
jika betul-betul mengalami gangguan, iklim ekstrem, meningkatkan
tambahan dana buat petani kita, Rp2 T setahun agar bisa survive. Nah
impor yang selalu kita lakukan untuk beras-beras tertentu, beras untuk
masyarakat asing, dsb.”
Prabowo menjawab. “Sebagai Ketua Umum
HKTI saya selalu mengingatkan pemerintah, bahkan ditegur oleh Jusuf
Kalla karena statement saya menolak impor beras. Bapak sebagai Ketua
Umum Golkar, saya sebagai anggota Golkar, bapak memanggil saya karena
statement saya menolak impor beras.”
21.52 WIB: Pertanyaan sama buat Prabowo-Hatta.
Prabowo
menjawab lebih dulu. “Masalah kerusakan lingkungan tidak lain juga
karena daya dukung Bumi kita, daya dukung wilayah teritorial bangsa kita
sudah sangat berat menampung ledakan penduduk. Jadi Indonesia tiap
tahun harus menerima tambahan 5 juta warga baru. Tambahan penduduk ini
berarti 5 juta mulut baru, siapkan makan, semua fasilitas yang
dibutuhkan oleh seorang warga negara. Ini yang mempercepat proses
kerusakan lingkungan. Juga dengan kurangnya regulasi atau pengawasan
tambah mempercepat rusaknya lingkungan.”
“Dilema bagi kita,
kalau kita tidak mempercepat pertumbuhan, bagaimana kita menciptakan
lapangan kerja? Bagaimana strategi kami? Strategi banyak jalur,
sekaligus dengan pendidikan bisa menanamkan pengertian hubungan antara
pembangunan ekonomi dan butuhnya kita menjaga lingkungan. Tidak bisa
tidak, kita harus mengejar pertumbuhan ekonomi. Pendidikan harus kita
dorong dan jadi sektor investasi yang besar. Jalur pembangunan yang
harus kita gunakan, baru keseimbangan bisa dicapai.”
Hatta menjawab. “Pada 2015 MDG akan berakhir, bersambut dengan sustainable development goals..” Sayang, waktu sudah habis.
21.48 WIB: Pertanyaan
buat Jokowi-JK. Menipisnya SDA dan meningkatnya kerusakan lingkungan
jadi indikasi belum terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Bagaimana
strategi Jokowi-JK dalam menserasikan pertumbuhan ekonomi, keadilan
sosial, dan pelestarian lingkungan?
Jokowi menjawab lagi.
“Mestinya kita harus menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi,
kelestarian lingkungan, dan hajat hidup orang banyak. Ketiganya harus
berjalan paralel untuk mendapat kemanfaatan bukan hanya ekonomi. Jangan
dinomorsatukan atau nomorduakan. Sekarang hutan kita rusak. DAS kita
juga rusak. Terumbu karang di pantai juga rusak. Karena kita terlalu
mengejar pertumbuhan ekonomi dan tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan. Ketiganya harus berjalan bersamaan, lingkungan harus dijaga
karena inilah yang akan kita beri ke anak cucu. Kita tidak lagi
berteori, apa yang kita ketahui harus segera kita kerjakan, kita
laksanakan, kita implementasikan. Kekurangan kita adalah melaksanakan.
Merencanakan kita sudah banyak sekali.”
JK dipersilakan menjawab.
“Antara ekonomi dan lingkungan harus disesuaikan dengan teknologi.
Kalau sawah 1 hektar bisa menghasilkan 1,5 ton padi, dengan teknologi
bisa 6-7 ton padi, biar hutan tetap terjaga. Sawit juga, kesejahteraan
ekonomi terjaga, tapi lingkungan tetap terjaga.”
21.44 WIB: Pertanyaan yang sama buat Jokowi-JK.
Jokowi
yang menjawab. “Sebetulnya energi yang kita punyai sangat melimpah,
baik minyak, gas, maupun panas bumi, dan terbarukan. Banyak kesempatan
yang bisa kita kelola dari situ. Pertama, menyangkut minyak dan gas dan
panas bumi, kita harus berani memutuskan, BBM harus dialihkan ke gas,
lebih murah dan stok yang ada bisa mengurangi beban dari BBM. Kedua,
infrastruktur terkait gas, pemipaan gas ke industri, perumahan, harus
segera dikerjakan. Pemipaan untuk gas bisa dikerjakan dalam 3 tahun,
kecepatan tinggi. Sangat menyedot banyak energi adalah kemacetan. Yang
ke depan, namanya transportasi publik harus dikerjakan secara baik di
kota-kota besar di seluruh Indonesia. Tidak ada kata tidak. Karena ini
menyangkut visi ke depan, agar energi bisa dipakai secara efisien.”
“Banyak
sekali lahan marjinal, tanaman, canthel atau sorgum bisa ditanam di
mana-mana, tidak ada riset yang baik, tidak ada insentif, dan tidak ada
pasarnya untuk biofuel. Pertamina harus membuka pasar. Jangan sampai
kita memberi insentif buat BBM tapi tidak memberi insentif buat biofuel
yang bisa dinikmati oleh petani.”
21.40 WIB: Segmen
ketiga adalah pendalaman tema debat. Masing-masing calon akan mendapat
dua pertanyaan yang sama. Pertanyaan pertama buat Prabowo-Hatta.
“Dalam
rangka mencapai kedaulatan energi, kita menghadapi berbagai tantangan.
Satu, liberalisasi tata kelola energi. Kedua, subsidi BBM yang terus
meningkat. Ketiga, porsi penggunaan energi terbarukan kita masih rendah,
kecil, hanya 6% dari target 23% pada 2025. Bagaimana strategi
Prabowo-Hatta untuk menata ulang sektor energi?”
Waktunya 3 menit.
Hatta
yang menjawab. “Penataan ulang terhadap sektor energi wajib dilakukan.
Sambil menghormati kontrak-kontrak liberal, tapi tetap harus ada
renegosiasi agar sebesar-besar pendapatan untuk kemakmuran rakyat.
Bagaimana energi kita berkelanjutan? PErtama, upaya meningkatkan
cadangan dengan eksplorasi. Kedua, penting bagi kita untuk mengembangkan
sumur-sumur tua dengan enhanced oil recovery, untuk menambah cadangan.
Tapi ini jangka pendek karena fosil fuel. Utamanya adalah diversifikasi
dengan energi terbarukan. Kuncinya insentif, riset, spending untuk
meningkatkan, dan pola bisnisnya harus menarik. Harus ada feed in
tariff, energi terbarukan harus ada insentif dari pemerintah.
Prabowo-Hatta ingin meningkatkan bauran energi di atas 20%, 25% pada
2025 atau 2030. Dengan feed in tariff, pola bisnis ini akan terjadi.”
“Bagaimana
kita menghemat energi? Bagaimana elastisitas energi dari 1,63 ditekan
jadi 0,8, penghematan dilakukan dalam pembangunan kita. Kesimpulan,
pertama, eksplorasi untuk meningkatkan cadangan. BUMN diberi porsi untuk
eksplorasi meningkatkan cadangan, diversifikasi energi, penghematan
energi. Ini adalah hal-hal yang penting dari sustainable energy kita.”
21.29 WIB: Dari
visi misi Prabowo-Hatta, akan meningkatkan produksi dengan pertanian
rakyat. Bagaimana strateginya menghadapi dampak perubahan iklim?
Prabowo
menjawab pertama. “Masalah pertanian yang kita hadapi, kita mengalami
ancaman besar, setiap tahun kita kehilangan lahan untuk pertanian, 60
ribu hektar per tahun. Kementerian Pertanian memperkirakan 2015 kita
butuh tambahan lahan 730 ribu hektar. Kalau kita bicara produktivitas,
pertama intensifikasi lahan yang sudah ada, yang kedua, harus menambah
60 ribu hektar lahan yang hilang jadi real estate, pabrik, harus
ditambah. Pertama, harus memperbaiki pupuk. Jenis yang dipakai di
Indonesia ketinggalan, pupuk majemuk yang spesifik. Perlu ada pupuk
untuk jagung, beras, ubi, dll, tidak satu pupuk untuk semua. Dengan
memberi pupuk majemuk saja, dengan lahan yang ada, kita bisa
meningkatkan produksi 40%. Ini sudah dibuktikan di 100 kabupaten di
seluruh Indonesia.”
“Kita butuh tambah 730 ribu hektar yang
hilang, tahun depan. Berarti, jika Prabowo-Hatta mendapat mandat, akan
menambah 2 juta hektar sawah baru untuk mengantisipasi lahan hilang.
Intensifikasi, ekstensifikasi, pengairan, irigasi, butuh usaha besar
namun mampu melakukannya.”
Hatta Rajasa tak dapat waktu buat menambah komentar soal mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
21.24 WIB: Berdasarkan
visi dan misi yang Pak Jokowi-JK sampaikan, ketahanan pangan melalui
agribisnis pertanian melalui ekspor, bagaimana strategi menghadapi
tantangan liberalisasi perdagangan?
Jokowi menjawab. "Yang harus
dilihat lebih dulu adalah pasarnya. Kalau pasarnya sudah jelas ada, baru
berproduksi. Petani diperintahkan untuk menanam pepaya, melon, dan
semangka, tapi pasarnya di mana? Petani asal diberi arahan, kawalan,
PPL, berproduksi apapun bisa. Jangan anggap remeh petani. Persoalannya
adalah kita tidak pernah menyiapkan pasar untuk mereka. Kalau mereka
disuruh tanam pepaya, harus disiapkan industri ekstrak jus pepaya.
Inilah yang bertahun-tahun tidak pernah kita lihat atau jalankan. Kita
semua tahu problemnya, masalahnya, ngerti masalahnya, tapi yang tidak
ada adalah niat untuk menjalankannya. Pakar kita banyak, tanah kita
subur, kuncinya hanya di niat dan kemauan."
JK diminta
menambahkan. “Setiap ekspor perlu nilai tambah yang baik. Contoh sawit,
jika CPO-nya saja, kurang, industri hilirnya perlu dibangun. Daya saing
pertanian ada, lahan agraris kita subur, perlu ada nilai tambah dalam
bentuk pengolahan dan pasar adalah inti dari kemakmuran rakyat. Perlu
pendapatan yang lebih besar daripada menanam saja.”
21.09 WIB: Kini giliran Jusuf Kalla menyampaikan visi misi Jokowi-JK.
"Pangan
dan energi adalah kebutuhan pokok kita semua, juga lingkungan yang
baik. Pangan dan energi kita dalam lima tahun terakhir mengalami krisis
luar biasa. Dengan luas lahan sawah 8 juta hektar, yang ditanami 12
juta, tahun terakhir mengimpor pangan pada 2012 sebesar 2,7 juta ton,
padahal pada 2008-2009 sudah swasembada beras."
"Energi, tidak
ada lagi gerak manusia tanpa energi. Situasi kritis, BBM yang impornya
begitu banyak, listriknya yang padam di banyak kota di Indonesia. Soal
pangan, pertama, tingkatkan produktivitas, penyediaan bibit, pupuk, dan
perbaikan pengairan."
"Energi, kita harus segera mengadakan
perubahan-perubahan cara berpikir soal energi. Kita harus memperbaiki
sistem mix energi yang baik, konversi dari minyak ke BBG ke kendaraan,
secara nyata, bukan pidato, dan harus memperbaiki transportasi umum.
Perlu ada diversifikasi, baik energi terbarukan, geothermal, air, dan
sebagainya."
"Lingkungan hidup kini menjadi kebutuhan pokok.
Tiap tahun harus memperbaiki 2 juta hektar hutan, memperbaiki sungai,
dan memperbaiki kota-kota kita. Semuanya serba urgent akibat kelambatan
menangani dalam tahun-tahun terakhir ini. Jokowi-JK berjanji mencetak
sejuta hektar sawah untuk memenuhi kebutuhan pokok kita."
21.04 WIB: Cawapres nomor urut 1, Hatta Rajasa, mendapat kesempatan menyampaikan visi misinya di bidang pangan, energi, dan lingkungan.
“Pangan,
energi, lingkungan. Tiga-tiganya adalah kesatuan yang tak bisa
dipisahkan. Tanpa lingkungan hidup yang baik, susah mengembangkan sektor
pangan dan energi. Pangan harus terjangkau, terakses dengan mudah.
Prabowo-Hatta berkomitmen dengan kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan
pangan akan dikembangkan jadi sasaran dan kebijakan. Pangan harus dalam
kecukupan. Pangan harus terjangkau oleh seluruh masyarakat. Ketiga harus
mengembangkan diversifikasi pangan. Keempat, bagaimana mengembangkan
kualitas pangan dan gizi masyarakat, serta mitigasi, agar tidak ada
kerusakan pangan.”
“Untuk energi, pertama, harus menaikkan produksi migas, mengurangi impor, dan mengembangkan diversifikasi energi.”
“Di
lingkungan, sustainable development jadi keharusan. Pertama, penting
bagi kita lingkungan hidup untuk mengatasi global climate change. Kedua,
penting untuk melakukan konservasi agar ekosistem terpelihara. Ketiga,
harus sungguh-sungguh meningkatkan kualitas air, udara, dan tanah. Serta
bagaimana upaya kita agar prinsip-prinsip dasar sustainable development
menjadi dasar pembangunan.”
“Lingkungan hidup bukanlah suatu
warisan, tapi titipan dari generasi-generasi ke depan yang harus
ditingkatkan, agar generasi ke depan hidup lebih baik daripada kita.”
21.04 WIB: Seperti
biasa, 4 menit untuk menyampaikan visi dan misi. Kemudian moderator
memberi waktu 3 menit untuk menggali visi misi tersebut. Pertanyaan sama
akan diajukan ke masing-masing kandidat, ada 2 menit untuk menjawab.
Kemudian masing-masing kandidat bisa saling bertanya dan memberi
tanggapan, ada 2 menit untuk menjawab dan 2 menit untuk menanggapi.
Kemudian mereka mendapat kesempatan untuk memberi pernyataan penutup
selama 2 menit.
Mari mulai debat dengan segmen pertama.
20.57 WIB: Moderator
debat malam ini adalah Rektor Universitas Diponegoro, Sudharto P Hadi.
Dia sudah memanggil dua pasangan capres-cawapres, Prabowo-Hatta dan
Jokowi-JK. Prabowo-Hatta tetap mengenakan seragam kemeja putih dan
celana kremnya, sementara Jokowi mengenakan kemeja kotak-kotak dan Jusuf
Kalla mengenakan kemeja putih. “Indonesia Raya” kini dinyanyikan.
20.50 WIB: Ketua
KPU Husni Kamil Manik baru memberikan sambutan. Dia mengingatkan mulai
pukul 00.00 WIB nanti, tim sukses masing-masing capres sudah
membersihkan alat peraga kampanye karena memasuki masa tenang. Setelah
menang, ia berharap, maka pasangan capres-cawapres adalah pimpinan
nasional kita semua, bukan dari salah satu tim kampanye saja. “Yang
terpilih adalah pimpinan kita, yang menang adalah rakyat Indonesia. Agar
tim kampanye capres-cawapres mulai malam ini mengingatkan untuk bisa
menahan diri, menertibkan diri. Mudah-mudahan dengan penyelenggaraan
pemilu yang tertib bisa jadi teladan buat bangsa-bangsa lain.”