yunusst memberikan inspirasi kepada anda

Tutorial

Friday 30 April 2010

Tak Lulus UN, 8 Siswa SMK Rusak Sekolah

BOGOR, KOMPAS.com - Delapan siswa SMK Tunas Sinar Mandiri di DesaTanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor merusak sekolah mereka Selasa (27/4/2010) malam. Penyebabnya, mereka kecewa tidak lulus Ujian Nasional (UN) dan ketakutan ujian ulangannya harus di sekolah lain. Namun demikian para guru dan orangtua siswa sepakat kasus perusakan ini diselesaikan secara kekeluargaan.
Betul ada perusakan sekolah, yang menyebabkan pihak sekolah rugi Rp 2,5 juta.

Peristiwa perusakan sekolah tersebut baru diketahui Rabu (28/4/2010) pagi. Kepala SMK Yayan Dahyani dan 17 guru-guru di SMK itu khawatir bahkan ada yang panik. Sebab, selain melihat jendela-jendela sekolah pecah, atap-atap asbes pecah, serta meja-bangku terguling dan ada yang rusak. Sementara di tembok sekolah juga terdapat coret-coretan yang isinya mengancam keselamatan guru Bahasa Indonesia dan Matematika sekolah tersebut.

"Betul ada perusakan sekolah, yang menyebabkan pihak sekolah rugi Rp 2,5 juta karena jendela-jendela, atap asbes, dan bangku-bangku rusak. Namun, persoalan dapat diatasi secara kekeluarga, tidak ada proses atau tuntutan hukum kepada siswa yang melakukan perusakan. Pihak orangtua siswa akan menanggung renteng kerugian yang diderita sekolah," kata Camat Tanjungsari, Beben Suhendar, Rabu sore.

Beben baru menghadiri pertemuan guru dan para siswa SMK Tunas Sinar Mandiri di sekolah tersebut. "Saya memang mendatangi sekolah tersebut dan meminta agar semua orangtua dan siswa kelas XII datang, untuk mencari tahu masalah perusakan sekolah itu. Kami baru dilapori adanya peristiwa tersebut pukul 11.00. Kami prihatin terjadi peristiwa itu, apalagi sudah dicanangkan Kecamatan Tanjungsari sebagai atau menuju sebagai Kota Pendidikan," katanya.

SMK TSM adalah satu dari dua sekolah tingkat SLTA yang ada di kecamatan itu, yang keduanya sekolah swasta. Untuk SMK TSM mulai beroperasi tahun 2007 dan tahun 2010 ini adalah untuk pertama kalinya siswa sekolah tersebut mengikuti UN. Siswa yang ikut UN sebanyak 39 orang, dan yang lulus hanya tujuh orang.

Sekolah itu pun belum pernah mendapat bangtuan fasilitas untuk keperluan proses belajar mengajar dari pemerintah. Gedung sekolah dibangun atas biaya swadaya masyarakat. Saat ini siswa yang bersekolah di sana sebanyak 103 siswa. Mayoritas pekerjaan orangtua siswa adalah buruh tani.

Dari 32 siswa yang tidak lulus itu, hanya delapan orang yang melakukan perusakan. Itu terjadi secara sepontan setelah kedelapan siswa berkumpul membicarakan ketakutan mereka harus ikut ujian ulangan di sekolah lain. Mereka sudah mendapat penjelasan dapat mengikuti ujian ulang pada 10 14 Mei mendatang, namun tempat ujiannya di sebuah SMK di Kecamatan Gunung Putri, dimana SMK TSM itu menginduk.

"Ujian di sekolah sendiri saja sudah gagal, apalagi harus ujian di sekolah lain. Di sana kami tidak kenal siapa-siapa," kata Herman (bukan nama sebenarnya), salah seorang siswa tersebut saat diminta menjelaskan latar belakang tindakan mereka.
Share:

Kelulusan UN Anjlok, Bukan Salah Siswa

SAMARINDA, KOMPAS.com — Jumlah siswa SLTA di Kalimantan Timur yang tidak lulus ujian nasional 2010 meningkat 10 kali lipat daripada 2009. Anjloknya kelulusan itu bukan kesalahan siswa, melainkan kegagalan pemerintah, sekolah, dan guru dalam mempersiapkan siswa sebaik mungkin.
Anjloknya kelulusan itu bukan kesalahan siswa.
-- Nanang Riono

Demikian penilaian pengamat pendidikan dari Universitas Mulawarman Samarinda, Nanang Riono, di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (29/4/2010).

Sekitar 30 persen siswa SLTA di Kaltim tidak lulus UN tahun ini. Bahkan, ada 39 sekolah yang semua siswa kelas III atau kelas XII tidak lulus UN. Padahal, tahun lalu, yang tidak lulus UN cuma 3 persen dan tidak ada sekolah dengan tingkat kelulusan 0 persen.

Nanang memaparkan, kesalahan pemerintah adalah pelaksanaan UN yang dimajukan satu bulan dengan keputusan yang mendadak sehingga tidak bisa diantisipasi oleh guru dan sekolah. Kondisi itu diperparah dengan banyak guru dan sekolah yang diduga kurang serius
Share:

Friday 23 April 2010

Do’a dengan: "Ya Allah Ampunilah Aku Jika Engkau Menghendaki"

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


--------------------------------------------------------------------------------
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah ada seseorang di antara kamu yang berdo'a: "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki", atau berdo'a: "Ya Allah, limpahkan rahmat-Mu kepadaku jika Engkau menghendaki; tetapi hendaklah berkeinginan kuat dalam permohonannya itu, karena sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu."

Dan disebutkan dalam riwayat Muslim:

"Dan hendaklah ia membesarkan harapannya, karena sesungguhnya Allah tidak terasa berat bagi-Nya sesuatu yang Dia berikan."

Kandungan tulisan ini:

Dilarang mengucapkan: "Jika Engkau menghendaki" dalam berdo'a.

Alasannya, (ucapan ini menunjukkan seakan-akan Allah merasa keberatan dengan permintaan hamba-Nya atau merasa terpaksa untuk memenuhi permohonan hamba-Nya).

Diperintahkan untuk berkeinginan kuat dalam berdo'a.

Diperintahkan untuk membesarkan harapan dalam berdo'a.

Alasannya, (karena Allah adalah Maha Kaya, Maha Luas karunia-Nya dan Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya).
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
Share:

Ilmu Nujum (Astrologi)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


--------------------------------------------------------------------------------
Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, bahwa Qatadah mengatakan:
"Allah menciptakan bintang-bintang ini, untuk tiga hikmah: sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syaitan, dan sebagai tanda-tanda untuk penunjuk (arah dan sebagainya). Karena itu, barangsiapa dalam masalah ini berpendapat selain tersebut, maka dia telah salah dan menyia-nyiakan nasibnya serta membebani diri dengan hal yang diluar batas pengetahuannya."

Tentang mempelajari letak-letak peredaran bulan, Qatadah menyatakan makruh, sedang Ibnu 'Uyainah tidak membolehkan. Demikian disebutkan oleh Harb dari mereka. Tetapi Imam Ahmad dan Ishaq memperbolehkan hal tersebut (maksudnya, mempelajari letak matahari, bulan dan bintang untuk mengetahui arah kiblat, waktu shalat dan semisalnya maka hal itu diperbolehkan).

Abu Musa menuturkan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Tiga orang tidak masuk surga, yaitu: pecandu khamr (minuman keras), orang yang mempercayai sihir, dan pemutus hubungan kekeluargaan." (HR Imam Ahmad; dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya)

Mempercayai sihir yang diantara macamnya adalah ilmu nujum (astrologi). Sebagaimana telah dinyatakan dalam suatu hadits: "Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian dari ilmu sihir ...".

Kandungan tulisan ini:

Hikmah penciptaan bintang-bintang.

Bantahan terhadap orang yang berpendapat selain tersebut.

Ada perbedaan pendapat diantara para ulama dalam masalah mempelajari letak-letak peredaran bulan.

Ancaman bagi orang yang mempercayai sesuatu sihir --yang diantara jenisnya adalah ilmu nujum (astrologi)--, walaupun dia mengetahui akan kebatilannya.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
Share:

Sikap Berlebihan Menyebabkan Kafir

Faktor Yang Menyebabkan Manusia Menjadi Kafir & Meninggalkan Agama Mereka, Yaitu: Sikap Yang Berlebihan Kepada Orang-orang Shaleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


--------------------------------------------------------------------------------
Firman Allah 'Azza wa Jalla (artinya):
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas (yang telah ditentukan Allah) dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar..." (An-Nisa': 171)

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, tafsiran dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anhuma mengenai firman Allah Ta'ala (artinya):

"Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata: 'Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu, dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq maupun Nasr'." (Nuh: 23)

Ia mengatakan: "Ini adalah nama-nama orang shaleh dari kaum Nabi Nuh. Tatkala mereka meninggal, syaitan membisikkan kepada kaum mereka: "Dirikanlah patung-patung pada tempat yang pernah diadakan pertemuan di sana oleh mereka, dan namailah patung-patung itu dengan nama-nama mereka." Orang-orang itupun melaksanakan bisikan syaitan tersebut, tetapi patung-patung mereka ketika itu belum disembah. Hingga setelah orang-orang yang mendirikan patung itu meninggal dan ilmu agama dilupakan orang, barulah patung-patung tadi disembah."

Ibnu Qayyim (Abu 'Abdillah: Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub bin Sa'd Az-Zur'i Ad-Dimasyqi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Seorang ulama besar dan tokoh gerakan da'wah Islamiyah; murid Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah. Mempunyai banyak karya ilmiyah. Dilahirkan th. 691 H (1292 M) dan meninggal th. 751 H (1350 M)) mengatakan: "Banyak kalangan salaf yang berkata: 'Setelah mereka itu meninggal, orang-orang pun sering mendatangi kuburan mereka, lalu membikin patung-patung mereka; kemudian, setelah masa demi masa berlalu, akhirnya disembahlah patung-patung tersebut'."

Diriwayatkan dari 'Umar bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Janganlah kamu berlebih-lebihan memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ('Isa) putera Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah 'Abdullah wa Rasuluhu' (Hamba Allah dan Rasul-Nya)." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Jauhilah oleh kamu sekalian sikap berlebihan, karena sesungguhnya sikap berlebihan itulah yang telah menghancurkan umat-umat sebelum kamu." (HR Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anhuma)

Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Binasalah orang-orang yang berlebihan tindakannya." (Beliau sebutkan kalimat ini sampai tiga kali)

Kandungan tulisan ini:

Bahwa orang yang memahami bab ini dan kedua bab berikutnya, akan jelas baginya keterasingan Islam; dan akan melihat betapa kuasa Allah itu untuk merubah hati manusia.

Mengetahui bahwa mula pertama syirik yang terjadi di muka bumi ini adalah karena sikap yang tidak benar terhadap orang-orang shaleh.

Mengetahui apa yang pertama kali diperbuat orang-orang sehingga ajaran para Nabi menjadi berubah, dan apa faktor penyebabnya? Padahal para nabi itu, sebagaimana diketahui, adalah utusan Allah.

Diterimanya hal-hal bid'ah, padahal syari'at Ilahi dan fitrah murni manusia menolaknya.

Faktor yang menyebabkan itu semua adalah pencampuradukan antara al-haq dengan al-bathil. Adapun yang pertama ialah: rasa cinta kepada orang-orang shaleh; sedang yang kedua ialah: tindakan yang dilakukan sejumlah orang berilmu dan beragama dengan maksud untuk suatu kebaikan, tetapi orang-orang yang datang sesudah mereka menduga bahwa apa yang mereka maksudkan bukanlah hal itu.

Tafsiran ayat dalam surah Nuh. Ayat ini menunjukkan bahwa sikap yang berlebihan dan melampaui batas terhadap orang-orang shaleh adalah yang menyebabkan terjadinya syirik dan tuntunan agama para nabi ditinggalkan.

Watak manusia bahwa al-haq yang ada dalam dirinya bisa berkurang, sedangkan al-bathil malah bisa bertambah.

Bab ini mengandung suatu bukti bagi kebenaran pernyataan kaum Salaf bahwa bid'ah adalah penyebab kekafiran, dan lebih disenangi oleh Iblis daripada maksiat, karena maksiat masih bisa diampuni, sedangkan bid'ah tidak.

Syaitan mengetahui tentang dampak yang diakibatkan oleh bid'ah, sekalipun maksud pelakunya adalah baik.

Mengetahui kaidah umum, yaitu bahwa sikap berlebihan dalam agama dilarang; dan mengetahui pula apa dampak yang diakibatkannya.

Bahaya dari perbuatan sering berdiam diri di kuburan dengan niat untuk suatu amal shaleh.

Larangan adanya patung-patung, dan hikmah dalam pemusnahannya (untuk menjaga kemurnian tauhid dan mengikis kemusyrikan).

Kisah tentang kaum Nabi Nuh tersebut mengandung maksud besar, dan diperlukan sekali, meskipun sudah dilalaikan.

Hal yang paling mengherankan, bahwa mereka (ahli bid'ah) telah membaca kisah ini dalam kitab-kitab tafsir dan hadits, dan mengerti arti kalimatnya; tetapi Allah menutup hati mereka, sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa apa yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh adalah amal ibadah yang terbaik, maka merekapun berkeyakinan bahwa apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya adalah kekafiran yang menghalalkan darah dan harta.

Dinyatakan bahwa sikap kaum Nabi Nuh yang berlebihan terhadap orang-orang shaleh tiada lain karena mengharapkan syafa'at mereka.

Mereka menduga bahwa inilah maksud orang-orang berilmu yang mendirikan patung-patung itu.

Pernyataan penting yang termuat dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Janganlah kamu berlebih-lebihan memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ('Isa) putera Maryam..." Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada beliau, yang telah menyampaikan risalah dengan sebenar-benarnya.

Ketulusan hati beliau kepada kita dengan memperingatkan bahwa akan binasa orang-orang yang berlebihan tindakannya.

Dinyatakan dalam kisah bahwa patung-patung itu baru disembah setelah ilmu (agama) dilupakan. Dengan demikian, dapat diketahui nilai keberadaan ilmu ini dan bahayanya apabila hilang.

Bahwa sebab hilangnya ilmu adalah matinya para ulama.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
Share:

Hukum Sihir

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


--------------------------------------------------------------------------------
Firman Allah Ta'ala (artinya):
"Demi Allah, sesungguhnya orang-orang Yahudi itu telah meyakini bahwa barang siapa yang menukar (kitab Allah) dengan sihir, maka tidak akan mendapatkan bagian (keuntungan) di akherat." (Al-Baqarah: 102)

"Mereka beriman kepada jibt dan thaghut." (An-Nisa': 51)

Menurut 'Umar Radhiyallahu 'anhu: "Jibt ialah sihir, sedangkan thaghut ialah syaitan."

Kata Jabir: "Thaghut-thaghut ialah para tukang ramal yang didatangi syaitan; pada setiap kabilah ada seorang tukang ramal."

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Jauhilah tujuh perkara yang membawa kepada kehancuran." Para sahabat bertanya: "Apakah ketujuh perkara itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Yaitu: syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakai harta anak yatim, membelot (desersi) dalam peperangan dan melontar tuduhan zina terhadap wanita yang terjaga dari perbuatan dosa, tidak tahu-menahu dengannya dan beriman (kepada Allah)." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan hadits marfu' dari Jundab:

"Hukuman bagi tukang sihir ialah dipenggal lehernya dengan pedang." (HR At-Tirmidzi, dan katanya: "Yang benar bahwa hadits ini mauquf.")

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dari Bajalah bin 'Abdah, ia berkata:

"Umar bin Al-Khaththab telah menetapkan perintah, yaitu: "Bunuhlah tukang sihir laki-laki maupun perempuan." Kata Bajalah selanjutnya: "Maka kami pun melaksanakan hukuman mati terhadap tiga tukang sihir perempuan."

Dan diriwayatkan dalam hadits shahih bahwa Hafshah Radhiyallahu 'anha telah memerintahkan agar seorang budak perempuan miliknya yang telah menyihirnya dihukum mati, maka dilaksanakanlah hukuman tersebut terhadap budak perempuan itu. Demikian pula diriwayatkan dari Jundab.

Kata Imam Ahmad: "Diriwayatkan dalam hadits shahih, bahwa hukuman mati terhadap tukang sihir, telah dilakukan oleh tiga orang sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. (Mereka itu ialah: 'Umar, Hafshah, dan Jundab)

Kandungan tulisan ini:

Tafsiran ayat dalam surah Al-Baqarah. Ayat pertama menunjukkan bahwa sihir haram hukumnya dan pelakunya kafir; disamping mengandung suatu ancaman berat bagi orang yang berpaling dari Kitabullah dan mengamalkan amalan yang tidak bersumber darinya.

Tafsiran ayat dalam surah An-Nisa'. Ayat yang kedua menunjukkan bahwa ada diantara umat ini yang beriman kepada sihir (jibt), sebagaimana Ahli Kitab beriman kepadanya; karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa akan ada di antara umat ini yang mengikuti (dan meniru) umat-umat sebelumnya.

Pengertian jibt dan thaghut, serta perbedaan antara keduanya.

Thaghut, bisa jadi dari jenis jin dan bisa jadi dari jenis manusia.

Mengetahui tujuh perkara yang membawa kepada kehancuran, yang telah dilarang secara khusus.

Tukang sihir adalah kafir. Tukang sihir menjadi kafir karena dua sebab: pertama, menggunakan syaitan; dan kedua karena mengaku tahu perkara ghaib.

Tukang sihir dihukum mati tanpa diminta untuk bertaubat.

Jika praktek sihir telah ada di kalangan kaum muslimin pada masa khilafah 'Umar, bisa dibayangkan bagaimana pada masa sesudahnya?
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
Share:

Mereka Yang Mengharapkan Berkah Kepada Pohon, Batu dan Sejenisnya

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


--------------------------------------------------------------------------------
Firman Allah Ta'ala:
"Katakan kepadaku (wahai kaum musyrikin) tentang (kedua berhala yang kamu anggap anak-anak perempuan Allah) Al-Lat dan Al-'Uzza; dan yang lain, yang ketiga yaitu: Manat. Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang diada-adakan oleh kamu dan bapak-bapak kamu; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka; padahal sesungguhnya telah datang kepada mereka petunjuk dari Tuhan mereka." (An-Najm: 19-23)
Al-Lat, Al-'Uzza dan Manat adalah nama berhala-berhala yang dipuja orang Arab Jahiliyah dan dianggapnya sebagai anak-anak perempuan Allah.

Abu Waqid Al-Laitsi menuturkan:
"Suatu saat kami pergi keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke Hunain, sedang kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam). Ketika itu orang-orang musyrik mempunyai sebatang pohon bidara yang disebut Dzat Anwath, mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada pohon itu. Tatkala kami melewati sebatang pohon bidara, kami pun berkata: "Ya Rasulullah buatkanlah untuk kami Dzat Anwath sebagaimana mereka itu mempunya Dzat Anwath. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allahu Akbar. Itulah tradisi (orang-orang sebelum kamu). Dan demi Allah yang diriku hanya berada di Tangan-Nya, kamu benar-benar telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa (buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sesembahan-sesembahan, Musa menjawab: Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengerti). Pasti kamu akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu." (HR At-Tirmidzi dan dinyatakan shahih)

Kandungan tulisan ini:

Tafsiran ayat dari surah An-Najm, dalam ayat ini Allah menyangkal tindakan kaum musyrikin yang tidak rasional, karena mereka menyembah ketiga berhala tersebut yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan tidak pula dapat menolakkan suatu madharat. Dan Allah mencela tindakan dzalim mereka dengan memilih untuk diri mereka jenis yang baik dan memberikan untuk Allah jenis yang buruk dalam anggapan mereka. Tindakan mereka itu semua hanyalah berdasarkan sangkaan-sangkaan dan hawa nafsu, tidak berdasarkan sama sekali pada tuntunan para rasul yang mengajak umat manusia untuk beribadah hanya kepada Allah dan tidak beribadah sedikitpun kepada selain-Nya.

Mengetahui bentuk permintaan mereka. Yaitu mereka meminta dibuatkan Dzat Anwath sebagaimana yang dipunyai oleh kaum musyrikin, untuk diharapkan berkahnya.

Bahwa mereka belum melakukan apa yang mereka minta itu.

Dan maksud mereka dengan permintaan itu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena mereka beranggapan bahwa Allah menyenanginya.

Apabila mereka tidak mengerti hal ini, maka selain mereka lebih tidak mengerti lagi.

Mereka memiliki kabaikan-kebaikan dan jaminan maghfirah yang tidak dimiliki oleh orang-orang selain mereka.

Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menerima alasan mereka. Bahkan beliau menyangkal mereka dengan bersabda: "Allahu Akbar. Itulah tradisi orang-orang sebelum kamu. Pasti kamu akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu." Beliau bersikap keras terhadap permintaan mereka itu dengan ketiga kalimat ini.

Permasalahan penting, dan inilah yang dimaksud, yaitu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahu bahwa permintaan mereka itu seperti permintaan Bani Israil tatkala mereka berkata kepada Musa: "Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sembahan-sembahan."

Pengingkaran terhadap hal tersebut adalah termasuk diantara pengertian "Laa ilaha illa Allah" yang sebenarnya. Dan ini belum dimengerti dan dipahami oleh mereka yang baru masuk Islam itu.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggunakan sumpah dalam menyampaikan petunjuknya, dan beliau tidak berbuat demikian kecuali untuk suatu maslahat.

Bahwa syirik ada yang akbar dan ada pula yang ashghar, karena mereka tidak menjadi murtad dengan permintaan mereka itu.

Kata-kata Abu Waqid Al-Laitsi: "...sedang kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam)..." menunjukkan bahwa para sahabat selain mereka, mengerti bahwa perbuatan mereka termasuk syirik.

Bertakbir ketika merasa heran atau mendengar sesuatu yang tidak patut diucapkan dalam agama, berlainan dengan pendapat orang yang menyatakannya makruh.

Harus ditutup segala pintu menuju perbuatan syirik.

Dilarang meniru atau melakukan sesuatu perbuatan yang menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyah.

Boleh marah ketika menyampaikan pelajaran.

Kaidah umum, bahwa diantara umat ini ada yang melakukan perbuatan syirik dan mengikuti tradisi-tradisi umat sebelumnya; berdasarkan sabda beliau: "Itulah tradisi orang-orang sebelum kamu..." dst.

Ini adalah salah satu dari tanda kenabian, karena terjadi sebagaimana yang beliau beritakan.

Celaan yang ditujukan Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, yang terdapat dalam Al-Qur'an, berlaku pula untuk kita.

Menurut mereka (para sahabat) sudah menjadi ketentuan bahwa amalan-amalan ibadah harus berdasarkan pada perintah Allah (bukan mengikuti keinginan, pikiran atau hawa nafsu sendiri). Dengan demikian, hadits tersebut di atas mengandung suatu isyarat tentang hal-hal yang akan ditanyakan kepada manusia dialam kubur. Adapun: "Siapakah Tuhan-mu?", sudah jelas; sedangkan "Siapakah Nabi-mu?" berdasarkan keterangan masalah-masalah ghaib yang beliau beritakan akan terjadi; dan "Apa agamamu?" berdasarkan pada ucapan mereka: "Buatkanlah untuk kami sembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sembahan-sembahan..." dst.

Tradisi ahli kitab itu tercela, seperti halnya tradisi kaum musyrikin.

Bahwa orang yang baru saja pindah dari tradisi bathil yang sudah menjadi kebiasaan dirinya, tidak bisa dipastikan secara mutlak bahwa dirinya terbebas dari sisa-sisa tradisi tersebut; sebagai buktinya mereka mengatakan: "...sedang kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam)." Dan mereka pun belum terlepas dari tradisi-tradisi kafir, karena kenyataannya mereka minta dibuatkan Dzat Anwath sebagaimana yang dipunyai oleh kaum musyrikin.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
Share:

Translate

Arquivo do blog

Total Pageviews

Facebook