Tak Lulus UN, 8 Siswa SMK Rusak Sekolah

BOGOR, KOMPAS.com - Delapan siswa SMK Tunas Sinar Mandiri di DesaTanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor merusak sekolah mereka Selasa (27/4/2010) malam. Penyebabnya, mereka kecewa tidak lulus Ujian Nasional (UN) dan ketakutan ujian ulangannya harus di sekolah lain. Namun demikian para guru dan orangtua siswa sepakat kasus perusakan ini diselesaikan secara kekeluargaan.
Betul ada perusakan sekolah, yang menyebabkan pihak sekolah rugi Rp 2,5 juta.

Peristiwa perusakan sekolah tersebut baru diketahui Rabu (28/4/2010) pagi. Kepala SMK Yayan Dahyani dan 17 guru-guru di SMK itu khawatir bahkan ada yang panik. Sebab, selain melihat jendela-jendela sekolah pecah, atap-atap asbes pecah, serta meja-bangku terguling dan ada yang rusak. Sementara di tembok sekolah juga terdapat coret-coretan yang isinya mengancam keselamatan guru Bahasa Indonesia dan Matematika sekolah tersebut.

"Betul ada perusakan sekolah, yang menyebabkan pihak sekolah rugi Rp 2,5 juta karena jendela-jendela, atap asbes, dan bangku-bangku rusak. Namun, persoalan dapat diatasi secara kekeluarga, tidak ada proses atau tuntutan hukum kepada siswa yang melakukan perusakan. Pihak orangtua siswa akan menanggung renteng kerugian yang diderita sekolah," kata Camat Tanjungsari, Beben Suhendar, Rabu sore.

Beben baru menghadiri pertemuan guru dan para siswa SMK Tunas Sinar Mandiri di sekolah tersebut. "Saya memang mendatangi sekolah tersebut dan meminta agar semua orangtua dan siswa kelas XII datang, untuk mencari tahu masalah perusakan sekolah itu. Kami baru dilapori adanya peristiwa tersebut pukul 11.00. Kami prihatin terjadi peristiwa itu, apalagi sudah dicanangkan Kecamatan Tanjungsari sebagai atau menuju sebagai Kota Pendidikan," katanya.

SMK TSM adalah satu dari dua sekolah tingkat SLTA yang ada di kecamatan itu, yang keduanya sekolah swasta. Untuk SMK TSM mulai beroperasi tahun 2007 dan tahun 2010 ini adalah untuk pertama kalinya siswa sekolah tersebut mengikuti UN. Siswa yang ikut UN sebanyak 39 orang, dan yang lulus hanya tujuh orang.

Sekolah itu pun belum pernah mendapat bangtuan fasilitas untuk keperluan proses belajar mengajar dari pemerintah. Gedung sekolah dibangun atas biaya swadaya masyarakat. Saat ini siswa yang bersekolah di sana sebanyak 103 siswa. Mayoritas pekerjaan orangtua siswa adalah buruh tani.

Dari 32 siswa yang tidak lulus itu, hanya delapan orang yang melakukan perusakan. Itu terjadi secara sepontan setelah kedelapan siswa berkumpul membicarakan ketakutan mereka harus ikut ujian ulangan di sekolah lain. Mereka sudah mendapat penjelasan dapat mengikuti ujian ulang pada 10 14 Mei mendatang, namun tempat ujiannya di sebuah SMK di Kecamatan Gunung Putri, dimana SMK TSM itu menginduk.

"Ujian di sekolah sendiri saja sudah gagal, apalagi harus ujian di sekolah lain. Di sana kami tidak kenal siapa-siapa," kata Herman (bukan nama sebenarnya), salah seorang siswa tersebut saat diminta menjelaskan latar belakang tindakan mereka.

Post a Comment

Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst

Previous Post Next Post