yunusst memberikan inspirasi kepada anda

Tutorial

Saturday 19 September 2015

Pengakuan Mengejutkan Sopir Truk yang Buat Kamu Terdiam

Sejujurnya kita patut berterima kasih kepada para sopir truk. Berkat cucuran keringat Abang Abang, Mas Mas, dan Bapak Bapak sopir ini, (terutama di kota besar) kita bisa menikmati aneka hasil bumi seperti buah, sayur dan palawija.
Berkat injakan pedal gas dan tarikan tuas persneling truk beliau-beliau inilah kita bisa menikmati sensasi berkendara lewat motor ataupun mobil yang mereka antarkan.
Tetapi sebuah fakta dan pengakuan mengejutkan dari sopir truk ini sempat membuat saya syok dan mendadak saya kehilangan selera makan.
Jadi gini gan, supir trailer bisa saja ngerem mendadak apabila ada bikers atau pemotor yg jatuh di depannya. Tapi apabila dia melakukan itu maka yg akan terjadi adalah, bagian belakang atau muatannya akan lari kekanan atau kekiri.
Bisa dibayangkan gan apabila di sisi kanan atau kiri banyak bikers atau pemotor,pasti akan terserempet atau tergilas. Itu sebabnya sopir lebih memilih melindas bikers atau pemotor yg jatuh di depan atau disamping nya.
Dua pilihan yg sulit memang.!!
Truck segede gaban bisa jadi sahabat dijalanan kalau ente tahu aturan… ini pengalaman ane trans bkt – mdn bawa mobil kecil. Ente kalau dibelakang truck jangan mepet… jaga jarak ±50-100M… truck segede gaban kalau misalnya ente mau mendahului dan itu truck ngasih lampu sein kanan, jangan coba2 mendahului, artinya ada kendaraan dari arah berlawanan.
Kalau ente mau mendahului truck, pake perhitungan matang, misal panjang truck 12M… panjang mobil 4M… itu artinya ente harus punya space untuk mendahului truck adalah 4-5X panjang mobil ente…. kalau truck udah kasih lampu sein kiri dan lampu remnya menyala…
segera ente kasih lampu sein kanan dan silahkan mendahului… sopir truck paham kode klakson 2X waktu mendahului…say thanks to truck driver yg udah ngasih ente jalan buat mendahului.
PRINSIP SOPIR TRUK
Kalau sopir bus punya prinsip begini gan…
Cerita lain
Nih ane tambahin lagi info underground seputar dunia supir truk kalo menyikapi kecelakaan kayak gitu.
Ukuran truk itu kan besar? jadi kalo sampe berurusan sama polisi, alibi yg paling gampang (ini ane denger sendiri dari supir truk yang suka nongkrong deket rumah ane) adalah, “tidak kelihatan” !!
Alasan ini bisa diterima mengingat ukuran truk memang besar dan sulit mengawasi tiap sudut truk setiap saat. Jadi kalo ada yang terlindas, tinggal pake alasan itu aja paling mentok mentok perusahaan yang punya truk itu kasi uang damai ala kadar nya ke keluarga korban, yang jelas sedikit lah, uang kerohiman namanya.
Kalo semisal keluarga korban ngotot mo perkarakan ke pengadilan juga gak bakalan menang, karena alasan “tidak kelihatan” bisa diterima oleh akal sehat nya hakim, pengacara, penuntut umum, panitera, dan semua nya. Ujung-ujungnya diselesaikan diluar pengadilan biasanya.
Cobalah ente bayangin berada di posisi supir truk, gak gampang loh mengendalikan monster sebesar itu di jalanan. Apalagi biker kita terkenal suka asal belok tanpa kasi lampu sign dulu.
Ane pernah tuh liat istri mbonceng motor yg dikemudikan suami nya di parung bogor, kelindas truk, ibu itu yg kena perut nya, suaminya selamat. tau gak? itu yg namanya usus berhamburan keluar semua campur sama cairan kuning (lemak perut nya).
Badannya nyaris putus jadi 2, tapi masih hidup meregang nyawa sambil nyebut ” Ya Allah, aku gak mau mati kayak gini” berulang kali. suami nya shock diam aja di sudut jalan gak ngomong apa-apa kayak org linglung, nolong aja enggak tuh suami nya.
Asli serem gan, udah kayak daging cingcang tapi masih bisa ngomong dan gerak gerak, apa gak serem tuh? sama warga setempat buru buru di masukin ke mobil dibawa ke rumah sakit tapi katanya meninggal dalam perjalanan. Nah pas supir truk nya di tanya polisi, jawabnya ? gak ngeliat ada yg masuk ke kolong truk kontainer dia, gitu jawabnya.
Itu semua bener gan, bokap ane buka usaha ekspedisi dan menurut supir itu lebih baik di matiin sekalian daripada cacat seumur hidup. Karena bakalan jadi beban pengeluaran ke supir dan perusahaan itu sendiri gan. Belum lagi nanti per berapa bulan check up. Kalo cacat gan belum ke urusan polisinya.
Memang sih gan walaupun si korban ga meninggal atau harus rawat jalan nanti nya bakalan menuntut ganti rugi yang lebih dari kontrak antara si korban dengan perusahaan tentang ganti rugi.
Oh iya satu lagi, supir ekspedisi yg perusahaannya masih belum besar itu gaji nya dari uang jalan gitu gan, istilah nya di borong habis. Kalo ada musibah di jalan itu supir harus backup perusahaan nya gan.
Beban yg dipikul supir itu banyak gan selain muatan mereka juga mikul kehidupan supirnya makanya itu yang bikin supir ugal ugalan.
Sebenernya kecelakaan itu cm 1 aja kok gan..
Yaitu feeling terhadap blind spot nya masih tidak ada. Ini yang kerap terjadi dari semua kendaraan bermotor. Apa lagi truk trailer yang panjang nya sampe 12 meter. Jangkauan mata ke depan itu minim, jadi bener-bener harus kuat dan tetap safety riding..
Tips buat pengendara kendaraan… khususnya motor.
Jangan pernah berhenti mendadak didepan truk muatan berat di bawah 12 meter,sesungguhnya anda telah mati jika melakukaan itu…bila anda tidak mati maka sekitar anda yg jadi korban.
Kami driver truk berat berbeda dengan bus malam. Kecepatan kami terbatas bahkan kami masih kalah cepat dengan maho naik skuter ga jelas.
Jika kami terkena macet tolong liat kami, dan jangan memaki kami karna pelan nya truck kita liat lebih jelas mata kita pasti merah kami selalu antisipasi jika motor atau mobil nyelonong di depan kami pasti siaga dan tanpa terlena mta ini terus memandang anda dan aspal di sepanjang jalan.
Baca selalu lampu sein kita kemana arahnya…
Selalu hidupkan lampu belakang motor anda
Jangan pake lampu putih
Silahkan share artikel ini kepada temanmu yang sehari-hari mengendarai kendaraan, baik itu sepeda motor maupun mobil.

Share:

Wednesday 16 September 2015

Foto ini tunjukkan perubahan nasib Jokowi di AS dalam 14 tahun

Foto ini tunjukkan perubahan nasib Jokowi di AS dalam 14 tahun14 Tahun lalu, tak ada yang pernah menyangka pria kelahiran Solo 21 Juni 1961 lalu ini akan menjadi sosok yang paling berpengaruh di Asia dan dunia. Padahal, dulu dia hanya mencari sesuap nasi dan kini bertanggung jawab atas nasib 200 juta lebih warga Indonesia.

Saat pertama kali mendatangi Amerika Serikat, tak ada satupun orang yang menyerukan namanya, apalagi menjemputnya. Tapi kini, siapa yang menyangka dia bisa berdiri dengan sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Barack Obama.

Ini kisahnya seperti yang ditulis dan diunggah oleh akun Facebook Anton DH Nugrahanto yang dikutip merdeka.com:

"Siapa yang bisa menebak arah nasib ?

Di tahun 2001, Jokowi hanyalah pengusaha muda yang biasa biasa saja. Nasib telah menempa dia menjadi petarung kehidupan. Jauh sebelum jadi pengusaha mebel, Jokowi bekerja sebagai tukang kayu, pasang lis jendela, atau mengerjakan daun pintu. Duitnya digunakan buat bayar sekolah, beli buku, waktu sekolah di SMAN 6 Solo kesenengannya makan bakso depan gang cengklik itu juga kalok dia punya duit. 

Dia kerja di Aceh tahun 1985. Sepulang dari Aceh, Jokowi pernah coba ngadu nasib ke Jakarta, tapi dia melihat kota Jakarta nggak jodoh sama rejekinya, "mungkin belum waktunya". Dia balik lagi ke Solo, naek bus malam yang biasa mangkal di Mampang. Sampai di Solo, dia menyusuri bantaran kali dan di sana ia kepikiran untuk usaha jadi tukang kayu saja, ini ia pernah ceritakan asal mula dia jadi pengusaha kayu. 

Jokowi punya nasib baik, saat itu di Solo sedang booming pabrik mebel, permintaan mebel luar biasa besarnya, ia ketiban rejeki dadakan. Jadi pengusaha mebel senengnya Jokowi pameran, ya ke Amerika Serikat, ya ke Eropa. 

Pencerahan Jokowi justru terjadi di Eropa, ia melihat sebuah kota berkembang dengan tatanan yang apik dan atur, ia melihat pertumbuhan kota yang baik ada dua hal : "Taman dan Tempat Diskusi Publik", nah budaya diskusi publik adalah tempat makan, mangkanya dia bikin Galabo (Gladag Langen Bogan) tempat kongkow orang Solo sekaligus ruang publik, tanpa sengaja Jokowi melihat teori ruang publik Habermas bekerja. Ketika dia jadi Walikota Solo, dua hal itu ia utamakan dalam politik anggaran. 

Kembali, ke soal nasib Jokowi. Dia ke Amerika sebagai bakul kayu di tahun 2001, 14 tahun kemudian dia berfoto dengan Presiden Amerika Serikat sebagai "Presiden Republik Indonesia". 

Ini adalah 'jalan Tuhan'. Kenapa kok Jokowi bisa semulia itu hidupnya. Coba anda perhatikan, Jokowi tidak pernah menghina orang, mencaci maki lawan politiknya. Ia menjalankan hidup dengan iklhas, itu kuncinya. Seperti misalnya Amien Rais rajin sekali serang Jokowi, pernah saya tanya ke dia "Mas, itu kok Pak Amien rajin serang ya". Jokowi jawab "Oh, itu karakter". Setelah politik PAN merapat ke PDIP, selesai pula serangan Amien, jawaban singkat Jokowi soal karakter, adalah jawaban orang yang tak pernah terbeban dalam menghadapi serangan, naluri inilah yang ternyata memenangkan Jokowi dalam bertarung dengan kehidupan. 

Jadi benar pepatah lama, "Orang yang berhasil bukanlah orang yang cerdas, orang yang jenius, tapi orang berhasil lebih ditentukan karakter, lebih ditentukan sikapnya dalam melihat kehidupan".

Contohnya ya Jokowi, dari tukang mebel dan pemain politik lokal sebentar lagi diperhitungkan jadi tokoh paling berpengaruh di Asia Tenggara. Karena sikapnya yang santai dihina orang, malah yang menghina kabarnya banyak yang tidak baik hidupnya, rejekinya nggak lancar, ya gimana mau lancar pikirannya ditanam hal hal yang tidak baik. Tiap hari kerjanya bagaimana hina Jokowi, apa nggak capek ya? 

-Anton DH Nugrahanto-."
Share:

HEBOH! Koran Iklan Honda Bikin Ngakak! Sindir Kompetitor, Katanya Teknologi BuuoCoor


"Teknologi Asal Jidad"..... Entah apa penyebab Oknum sales ini memasang iklan seperti itu yang jelas bikin Ngakak pembaca:



Di konfirmasi bahwa Artikel Iklan Tersebut di publish di Harian Pos Belitung.



Mungkinkah oknum Sales ini Objectif ?

Menurut DRC7... sudah berkali kali iklan seperti ini bersliweran di media sosial, namun lama kelamaan gerah juga liatnya, jadi sekalian di posting biar "oknum" tersebut malu. Bagaimanapun juga memasang Iklan Marketing dengan nada-nada menyindir seperti ini sangat tidak direkomendasikan, malah membuat citra merk tertentu kurang bagus di mata konsumen. Jadi biarlah artikel ini menjadi kontrol sosial supaya kelak berhati hati menyikapi iklan-iklan "BC" Black Campign" Seperti ini....
Share:

Tuesday 8 September 2015

Bagi yang sudah berhenti kerja per 1 September 2015 uang JHT bisa dicairkan 100%

Info terbaru bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan/Jamsostek yang sudah berhenti kerja atau ter-PHK dari perusahaan minimal satu bulan, mulai 1 September 2015 nanti uang JHT (Jaminan Hari Tua) bisa diambil penuh alias seluruhnya. Setelah sebelumnya untuk bisa mencairkan 100% harus menunggu sampai 56 tahun, atau ketika mengalami cacat total tetap, atau ketika sudah meninggal dunia.
Revisi ini jelas merupakan kabar gembira nan bahagia bagi peserta BPJS TK, baik yang sudah tidak bekerja maupun yang masih aktif bekerja. Buat yang sudah berhenti bekerja, tentu mulai awal September nanti sudah bisa mengambil uang JHT-nya. Sedangkan bagi yang masih bekerja ini juga kabar yang melegakan, karena jika sewaktu-sewaktu berhenti kerja, tidak perlu berlama-lama cukup satu bulan menunggu sudah bisa mengklaim dana JHT-nya. Iya, akhirnya pemerintah mau merubah lagi Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2015 tentang persyaratan pengambilan uang JHT.
Dalam revisi terbaru ini, peserta BPJS Ketenagakerjaan yang telah berhenti bekerja plus masa tunggu satu bulan, uang JHT sudah bisa langsung dicairkan. Tidak perlu menunggu-nunggu lagi sampai masa kepesertaan mencapai 10 tahun, atau ketika sudah berumur 56 tahun, seperti yang sempat dirilis dalam peraturan 1 Juli 2015 beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Hari Ini Peraturan Baru Pencairan JHT Resmi Mulai Diberlakukan
Prosedur pencairan uang JHT yang dibatasi hanya 10% untuk persiapan pensiun, 30% untuk biaya perumahan, dan 100% ketika sudah berumur 56 tahun, itu nantinya hanya berlaku bagi peserta-peserta BPJS TK yang masih aktif bekerja. Sementara yang sudah berhenti bekerja, uang JHT bisa diambil sepenuhnya.
Revisi peraturan baru pembayaran dana JHT ini disampaikan langsung oleh Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, bapak Hanif Dzakiri, pada hari kamis, 20 Agustus 2015. Beliau mengumumkan, para pekerja yang terkena PHK atau yang sudah berhenti bekerja bisa mencairkan uang Jaminan Hari Tua-nya sebulan setelah berhenti bekerja.
Jadi buat teman-teman peserta BPJS Ketenagakerjaan yang sudah berhenti kerja, entah karena mengundurkan diri (resign) atau pun diberhentikan (PHK), mulai awal September nanti sudah bisa mengambil semua saldo JHT-nya.
Selain harus sudah berhenti bekerja setidaknya satu bulan, tentu saja jangan lupa untuk mempersiapkan dokumen-dokumen persyaratannya. Seperti:
1. Kartu Jamsostek/BPJS Ketenagakerjaan.
2. Paklaring.
3. KTP atau boleh juga SIM.
4. Kartu Keluarga.
5. Buku Tabungan.
Dokumen-dokumen tersebut difotocopy masing-masing satu lembar dan wajib menyertakan dokumen yang asli. Kurang salah satu saja, pengajuan klaim dana JHT bisa ditolak.
Untuk tata cara pencairannya sepertinya masih sama seperti biasanya. Mendatangi kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat, mengisi formulir pengajuan klaim JHT, menandatangani surat pernyataan sedang tidak bekerja di perusahaan manapun, ceklis kelengkapan berkas, panggilan wawancara, difoto dan terakhir transfer seluruh saldo JHT ke nomor rekening bank. Jangan sungkan bertanya kepada petugas BPJS TK jika ada hal-hal yang membingungkan ataupun tidak dimengerti. Mereka ramah-ramah kok.
Demikian saja informasi terbaru seputar syarat dan tata cara pencairan uang JHT BPJS Ketenagakerjaan/Jamsostek. Semoga teman-teman peserta BPJS TK yang hampir dua bulan ini dibuat jengkel oleh peraturan 1 Juli 2015, bisa sedikit lega atas kabar baik ini. Dan semoga pula, setelah revisi kali ini, tidak ada perubahan-perubahan peraturan lagi yang justru membuat marah rakyat banyak.
Terima kasih sudah membaca. Silahkan bagikan artikel ini biar teman-teman yang lain juga mengetahui kabar gembira ini. ^^

Share:

Buat Renungan Kita, terlebih sebagai seorang suami, atau cowok yang akan meminang pacarnya! Jleb banget

Ada renungan yang pas nih buat para rider,terutama para cowok, para suami…hehe

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain. Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas, wajah laki-laki lain yang terlihat begitu sempurna pun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian.

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku.

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yang tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat.

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menyatakan cerai padaku. Kamu tahu betul, kita memang berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita tapi komitmen bersama.

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu memilih tamparan dan pukulan untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan masih bisa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa.

Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu teman-temanmu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan setrikaan yang menumpuk dan aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku. Anak dan rumah bukan hanya kewajibanku, karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping hidupmu. Dan jika boleh memilih, aku akan memilih mencari uang dan kamu di rumah saja sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.

Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika nanti kamu lebih sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di hari minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku. Harta tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga karena kita tidak hidup untuk hari ini saja.

Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku sebagai istrimu. Meski aku bangga karena kamu memilihku tapi takkan kubiarkan kata-katamu menyakitiku. Bagiku pasangan bukan sebuah trofi apalagi pajangan, bukan hanya seseorang yang sedap dipandang mata. Tapi menyejukkan batin ketika dunia tak lagi ramah menyapa. Rupa adalah anugerah yang akan pudar terkikis waktu, dan pada saat itu kamu akan tahu kalau pikiran dangkal telah menjerumuskanmu.

Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti kamu berpikir akan mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang. Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tubuhku. Karena aku tidak lagi punya waktu untuk diriku, sedang kamu selalu menyempatkan diri ketika teman-temanmu mengajakmu berpetualang.

Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih belum bisa menerima kekurangan dan kelebihanku. Sedang seiring waktu, kekurangan bukan semakin tipis tapi tambah nyata di hadapanmu dan kelebihanku mungkin akan mengikis kepercayaan dirimu. Kamu harus tahu perut buncitmu tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku, dan prestasimu membuatku bangga bukan justru terluka.

Jangan buru-buru menjadikanku istrimu, jika saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah. Kamu harus tahu akupun masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku, untuk sekedar ngobrol atau creambath di salon. Dan tak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku terisolasi dari pergaulan, ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah tangga. Menikah bukan untuk menghapus identitas kita sebagai individu, tapi kita tahu kita harus selalu menghormati hak masing-masing tanpa melupakan kewajiban.

Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin menunjukkan kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka yang kita sebut umur, aku tidak ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk menyenangkan keluargaku. Menikah denganmu adalah salah satu keputusan terbesar di hidupku yang tidak ingin kusesali hanya karena terburu-buru.

Jangan buru-buru menikahiku, jika sampai saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan. Aku tak akan keberatan membetulkan genting rumah, dan berubah menjadi satpam untuk melindungi anak-anak dan hartamu ketika kamu keluar kota.

Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir mempunyai lebih dari satu istri tidak menyalahi ajaran agama. Agama memang tidak melarangnya, tapi aku melarangmu menikahiku jika ternyata kamu hanya mengikuti egomu sebagai laki-laki yang tak bisa hidup dengan satu perempuan saja.

Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu enggan mengenalkanku pada teman-temanmu. Kamu harus tahu meski cintamu sudah kuperjuangkan, aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.

Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika saat ini kamu berpikir menikahiku akan menyempurnakan separuh akidahmu sedang kamu enggan menimba ilmu untuk itu. Ilmuku tak banyak untuk itu dan aku ingin kamu jadi imamku, seorang pemimpin yang tahu kemana membawa pengikutnya.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir bisa menduakan cinta. Kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan sebuah cinta, tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang kupilih ternyata mengkhianatiku.

Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika kamu berpikir aku mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naif yang menunggu sang pangeran datang dan membawaku ke istana. Mimpi seperti itu terlalu menyesatkan, karena sempurna tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku bukan lagi seorang gadis yang mudah terpesona.

Jangan pernah berpikir menjadikanku sebagai istrimu, jika kamu belum tahu satu saja alasan kenapa aku harus menerimamu sebagai suamiku.

Monggo di renungkan bersama ya agan agan semua

Share:

Friday 4 September 2015

Kisah Nira, Bocah Perempuan yang Segera Jadi Pengantin

Nira (14), bukan nama sebenarnya, adalah pelajar cemerlang yang unggul dalam berbagai mata pelajaran, mulai dari kesenian, ilmu pengetahuan alam, hingga ilmu pengetahuan sosial. Namun, masa-masa Nira sebagai pelajar akan segera berakhir. Sebab dia segera akan dinikahi seorang pria.
Nira tinggal di Desa Manggaru, sebuah desa kecil yang berjarak hanya 70 km dari Jakarta. Meski tak jauh dari ibu kota, adat istiadat desa ini jauh berbeda dibanding Jakarta. Pernikahan anak merupakan hal biasa di desa ini. Bahkan, Nira adalah siswi ketiga yang akan keluar dari sekolahnya dan menikah tahun ini.
“Aku suka bermain petak umpet,” ucap Nira, saat diminta mendeskripsikan dirinya. Meski masih sangat belia, dia tampak yakin dengan keputusannya untuk menikah. “Kalau aku menunggu sampai lulus baru menikah, belum tentu aku bisa dapat pasangan. Terlalu lama buat dia (calon suami) untuk menunggu,” ujarnya.
Kepala sekolah tempat Nira menuntut ilmu, Pak Deni, telah melihat secara langsung makna pernikahan bagi para muridnya. “Kehamilan akan segera menyusul, perceraian sudah hal biasa, peluang karier semakin terbatas, banyak yang pada akhirnya menjadi pembantu rumah tangga,” kata Deni, “Dan kemiskinan akan terus melanda.”
“Para orangtua di sini berpendapat menikahkan putri mereka dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada menamatkan sekolah mereka. Jika putri mereka dinikahkan, maka beban ekonomi dalam rumah tangga akan berkurang,” tambah dia.
Sebagai seorang pendidik, Deni sudah berusaha menghentikan pernikahan Nira yang akan segera berlangsung. Ia sudah memohon pada orangtua Nira untuk mempertimbangkan kembali dan memberikan kesempatan bagi Nira untuk menyelesaikan sekolahnya. Namun, usaha itu tidak membuahkan hasil.
“Saya percaya bahwa sebenarnya tidak ada murid saya yang ingin menikah dini.Tak satupun dari mereka yang tampak kehilangan minat belajar sebelum pernikahan mereka," Deni melanjutkan.
Selembar surat undangan pernikahan Nira tergeletak di atas meja Deni. Pria itu sesekali melirik undangan berwarna merah muda cerah tersebut. “Setiap kali saya melihat salah satu murid saya menikah, saya merasa gagal sebagai seorang pendidik. Saya merasa sangat bertanggung jawab. Ini benar-benar menghancurkan hati saya," kata Deni.
Hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum Deni mendapat kabar dari murid perempuan lainnya yang meninggalkan sekolah untuk menjadi pengantin muda. Tapi hingga pernikahan berlangsung, mereka memiliki cita-cita yang tinggi. Ada yang ingin menjadi guru, menjadi koki, pengusaha, dokter, dosen dan daftar cita-cita itu terus berlanjut.
Sebagian besar profesi tersebut mengharuskan mereka untuk tidak hanya menyelesaikan sekolah saja, tetapi juga untuk mendapatkan gelar sarjana di tingkat universitas. “Saya ingin kuliah kalau ada uang,” ucap salah seorang anak.
Sayangnya, melanjutkan pendidikan hingga tingkat universitas adalah sebuah kemewahan yang tak terjangkau bagi sejumlah keluarga di Desa Manggaru. Pernikahan dipandang sebagai pilihan yang jauh lebih aman dari segi ekonomi.
Seorang anak bernama Desi mengatakan bahwa teman-teman sekolahnya tidak lagi menghabiskan waktu bersama mereka yang sudah menikah. “Tidak lama kemudian mereka akan hamil atau sibuk dengan anak-anak,” ucapnya.
Dan menurut Desi, kecil kemungkinan bahwa Nira akan kembali bersekolah setelah menjadi seorang istri. “Aneh saja (jika seorang yang sudah menikah masih bersekolah)," ujar Desi.
Beberapa anak memberikan saran untuk Nira. “Jangan bertengkar dengan suami,” kata salah satu temannya. “Cepat punya anak,” kata teman yang lain. Di desa tersebut, memiliki anak adalah suatu pandangan yang menarik. Namun, tidak satu anak pun tahu persis bagaimana caranya seseorang bisa hamil.
Penuh risiko
Kehamilan dan persalinan di Manggaru penuh dengan risiko apalagi bagi perempuan berusia muda seperti Nira. Layanan dan sarana kesehatan masih sangat terbatas. Dokter terdekat pun berjarak hampir satu jam perjalanan jika ditempuh dengan kendaraan bermotor.
Ketika seorang ibu di desa ini mulai memasuki masa persalinan, umumnya mereka berkunjung ke seorang paraji (dukun bersalin). Fasilitas yang dimiliki seorang paraji tentunya sangat terbatas dibandingkan dokter atau rumah sakit. Akibatnya, komplikasi parah atau bahkan kematian menjadi hal yang sering terjadi dalam proses bersalin.
Subyek pernikahan menimbulkan tanggapan yang beragam dari anak-anak laki di Manggaru. “Aku punya teman perempuan yang menikah saat baru berusia 11 tahun,” kata salah seorang anak. “Salah satu temanku menikah waktu usianya masih muda. Dia meninggal saat melahirkan,” kata anak yang lain.
Meskipun ada banyak kisah seperti itu, para murid laki-laki mengakui bahwa pernikahan seperti yang akan dialami Nira adalah hal yang "normal". Tak satupun dari mereka mengetahui tentang adanya usia minimum yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Pernikahan negara ini.
Meski demikian, salah satu anak berkata, “Mestinya anak perempuan tidak boleh menikah saat usia 14 tahun. Dia mungkin masih ingin bermain dan bergaul dengan teman-temannya. Perempuan juga memiliki mimpi dan harapan mereka sendiri.”
Mimpi dan harapan Nira akan tertahan. Calon suaminya, Fadil, berusia 9 tahun lebih tua darinya. Fadil saat ini tidak memiliki pekerjaan. Rencana bagi masa depan pasangan ini tidak jelas. Tetap saja, Nira menegaskan bahwa menikahi Fadil adalah keputusan yang tepat. “Tuhan mengirimkan aku untuk menjadi jodohnya,” Nira berkata. “Ini takdir.”
Demi keamanan nara sumber, UNICEF merahasiakan nama dan lokasi sesungguhnya dari kisah ini

Share:

Kisah Nira, Bocah Perempuan yang Segera Jadi Pengantin

Nira (14), bukan nama sebenarnya, adalah pelajar cemerlang yang unggul dalam berbagai mata pelajaran, mulai dari kesenian, ilmu pengetahuan alam, hingga ilmu pengetahuan sosial. Namun, masa-masa Nira sebagai pelajar akan segera berakhir. Sebab dia segera akan dinikahi seorang pria.
Nira tinggal di Desa Manggaru, sebuah desa kecil yang berjarak hanya 70 km dari Jakarta. Meski tak jauh dari ibu kota, adat istiadat desa ini jauh berbeda dibanding Jakarta. Pernikahan anak merupakan hal biasa di desa ini. Bahkan, Nira adalah siswi ketiga yang akan keluar dari sekolahnya dan menikah tahun ini.
“Aku suka bermain petak umpet,” ucap Nira, saat diminta mendeskripsikan dirinya. Meski masih sangat belia, dia tampak yakin dengan keputusannya untuk menikah. “Kalau aku menunggu sampai lulus baru menikah, belum tentu aku bisa dapat pasangan. Terlalu lama buat dia (calon suami) untuk menunggu,” ujarnya.
Kepala sekolah tempat Nira menuntut ilmu, Pak Deni, telah melihat secara langsung makna pernikahan bagi para muridnya. “Kehamilan akan segera menyusul, perceraian sudah hal biasa, peluang karier semakin terbatas, banyak yang pada akhirnya menjadi pembantu rumah tangga,” kata Deni, “Dan kemiskinan akan terus melanda.”
“Para orangtua di sini berpendapat menikahkan putri mereka dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada menamatkan sekolah mereka. Jika putri mereka dinikahkan, maka beban ekonomi dalam rumah tangga akan berkurang,” tambah dia.
Sebagai seorang pendidik, Deni sudah berusaha menghentikan pernikahan Nira yang akan segera berlangsung. Ia sudah memohon pada orangtua Nira untuk mempertimbangkan kembali dan memberikan kesempatan bagi Nira untuk menyelesaikan sekolahnya. Namun, usaha itu tidak membuahkan hasil.
“Saya percaya bahwa sebenarnya tidak ada murid saya yang ingin menikah dini.Tak satupun dari mereka yang tampak kehilangan minat belajar sebelum pernikahan mereka," Deni melanjutkan.
Selembar surat undangan pernikahan Nira tergeletak di atas meja Deni. Pria itu sesekali melirik undangan berwarna merah muda cerah tersebut. “Setiap kali saya melihat salah satu murid saya menikah, saya merasa gagal sebagai seorang pendidik. Saya merasa sangat bertanggung jawab. Ini benar-benar menghancurkan hati saya," kata Deni.
Hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum Deni mendapat kabar dari murid perempuan lainnya yang meninggalkan sekolah untuk menjadi pengantin muda. Tapi hingga pernikahan berlangsung, mereka memiliki cita-cita yang tinggi. Ada yang ingin menjadi guru, menjadi koki, pengusaha, dokter, dosen dan daftar cita-cita itu terus berlanjut.
Sebagian besar profesi tersebut mengharuskan mereka untuk tidak hanya menyelesaikan sekolah saja, tetapi juga untuk mendapatkan gelar sarjana di tingkat universitas. “Saya ingin kuliah kalau ada uang,” ucap salah seorang anak.
Sayangnya, melanjutkan pendidikan hingga tingkat universitas adalah sebuah kemewahan yang tak terjangkau bagi sejumlah keluarga di Desa Manggaru. Pernikahan dipandang sebagai pilihan yang jauh lebih aman dari segi ekonomi.
Seorang anak bernama Desi mengatakan bahwa teman-teman sekolahnya tidak lagi menghabiskan waktu bersama mereka yang sudah menikah. “Tidak lama kemudian mereka akan hamil atau sibuk dengan anak-anak,” ucapnya.
Dan menurut Desi, kecil kemungkinan bahwa Nira akan kembali bersekolah setelah menjadi seorang istri. “Aneh saja (jika seorang yang sudah menikah masih bersekolah)," ujar Desi.
Beberapa anak memberikan saran untuk Nira. “Jangan bertengkar dengan suami,” kata salah satu temannya. “Cepat punya anak,” kata teman yang lain. Di desa tersebut, memiliki anak adalah suatu pandangan yang menarik. Namun, tidak satu anak pun tahu persis bagaimana caranya seseorang bisa hamil.
Penuh risiko
Kehamilan dan persalinan di Manggaru penuh dengan risiko apalagi bagi perempuan berusia muda seperti Nira. Layanan dan sarana kesehatan masih sangat terbatas. Dokter terdekat pun berjarak hampir satu jam perjalanan jika ditempuh dengan kendaraan bermotor.
Ketika seorang ibu di desa ini mulai memasuki masa persalinan, umumnya mereka berkunjung ke seorang paraji (dukun bersalin). Fasilitas yang dimiliki seorang paraji tentunya sangat terbatas dibandingkan dokter atau rumah sakit. Akibatnya, komplikasi parah atau bahkan kematian menjadi hal yang sering terjadi dalam proses bersalin.
Subyek pernikahan menimbulkan tanggapan yang beragam dari anak-anak laki di Manggaru. “Aku punya teman perempuan yang menikah saat baru berusia 11 tahun,” kata salah seorang anak. “Salah satu temanku menikah waktu usianya masih muda. Dia meninggal saat melahirkan,” kata anak yang lain.
Meskipun ada banyak kisah seperti itu, para murid laki-laki mengakui bahwa pernikahan seperti yang akan dialami Nira adalah hal yang "normal". Tak satupun dari mereka mengetahui tentang adanya usia minimum yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Pernikahan negara ini.
Meski demikian, salah satu anak berkata, “Mestinya anak perempuan tidak boleh menikah saat usia 14 tahun. Dia mungkin masih ingin bermain dan bergaul dengan teman-temannya. Perempuan juga memiliki mimpi dan harapan mereka sendiri.”
Mimpi dan harapan Nira akan tertahan. Calon suaminya, Fadil, berusia 9 tahun lebih tua darinya. Fadil saat ini tidak memiliki pekerjaan. Rencana bagi masa depan pasangan ini tidak jelas. Tetap saja, Nira menegaskan bahwa menikahi Fadil adalah keputusan yang tepat. “Tuhan mengirimkan aku untuk menjadi jodohnya,” Nira berkata. “Ini takdir.”
Demi keamanan nara sumber, UNICEF merahasiakan nama dan lokasi sesungguhnya dari kisah ini

Share:

Translate

Arquivo do blog

Total Pageviews

Facebook