yunusst memberikan inspirasi kepada anda

Tutorial

Thursday 16 January 2014

Tak Tahan Miskin, Ibu Bunuh Suami Sambil Gendong Anak

Kemiskinan bisa membuat orang gelap mata. Di Garut, Jawa Barat, seorang ibu beranak tujuh, tega membunuh suaminya sendiri. Aksi sadis ini dilakukan karena kemiskinan.

Parahnya lagi, aksi sadis Nining Yuningsih (42 tahun) menghabisi nyawa Amar (47 tahun) dilakukan di depan anaknya yang masih berusia dua tahun.

Peristiwa itu terjadi Rabu dinihari, 15 Januari 2014, sekitar pukul 03.00 WIB. Sambil menggendong anaknya, Nining memukul kepala Amar berkali-kali dengan sebuah linggis besar di dalam kamar.

Kapolsek Pasirwangi, AKP Hermansyah, Kamis 16 Januari 2014, menjelaskan awalnya Nining melaporkan kematian suaminya ke polisi Rabu sore.
Namun, dari olah tempat kejadian, polisi menemukan banyak kejanggalan. Tidak ada barang-barang yang hilang. Lokasi pembunuhan juga sangat rapi, tidak berantakan.

"Sehigga kami menyimpulkan bahwa Amar tewas dibunuh, dan setelah kami desak terus menerus, istrinya lah yang jadi pelaku pembunuhan, " ujar Hermansyah di Mapolsek Pasirwangi Garut.

Di hadapan penyidik Polsek Pasirwangi, Nining akhirnya mengakui semua perbuatannya.

Nining tega membunuh suaminya lantaran himpitan ekonomi. Suaminya yang tak memiliki penghasilan tetap, harus menghidupi 4 dari 7 anaknya yang masih jadi tanggung jawabnya.

"Jadi ada beberapa faktor selain ekonomi, ada rasa cemburu juga. Nining merasa malu karena memiliki utang piutang yang belum terbayar," ungkap Hermansyah.

Akibat perbuatannya, Nining dijerat pasal 351 ayat 3 Subsider 338 KUHP dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Saat ini dia mendekam di balik jeruji Mapolsek Pasirwangi.

"Perbuatan tersangka yaitu, melakukan penganiyaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan ancaman hukuman 15 tahun penjara," kata Hermansyah.
Share:

Tuesday 14 January 2014

Mancing TV dan Kulkas Hanyut di Ciliwung

share


Banjir Datang, Saatnya Memancing TV dan Kulkas Hanyut di Ciliwung

 Pasca banjir, wajah aliran Sungai Ciliwung terlihat begitu kotor. Banyak sampah rumah tangga dari benda-benda lainnya hanyut menghiasi salah satu sungai besar di Ibu Kota itu.
Sampah yang tak terhitung jumlahnya ini mengapung terbawa arus sungai Ciliwung. Dari beragam jenis sampah yang hanyut, ada yang memiliki nilai jual seperti botol air mineral, mainan anak-anak, sampai dengan barang elektronik yang hanyut terbawa banjir.
Hal ini tidak dilewatkan oleh tiga pemuda yang memanfaatkannya untuk mencari untung dari nilai ekonomis barang yang hanyut tersebut. Mereka adalah Ali (28), Iwa (28), dan Rian (28). Para pemuda yang memiliki pekerjaan asli sebagai penjaga toko itu, mengambil sampah yang hanyut dengan bergelantungan di jembatan pipa yang berada di Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Kepada Kompas.com, Selasa (14/1/2014), Iwa menceritakan, kegiatan itu dilakukan sambil mengisi waktu libur kala banjir. Barang-barang yang dipungutnya itu kemudian dijualnya di Jembatan Hitam, Kampung Melayu. Di sana, dia akan menukar hasil memulungnya itu dengan rupiah.
"Kalau banjir ya ngambilin ini. Biasa dapat Rp 300.000 sampai Rp 400.000. Tapi yang sekarang belum dijual, masih dikumpulin," kata Iwa.
Iwa mengatakan, sejak banjir pada Senin kemarin, dia sudah mengumpulkan empat karung hasil menjaring sampah di Sungai Ciliwung. Untuk hari ini, ia memprediksi dapat mengumpulkan delapan karung sampah yang hanyut.
"Tadi ngambilin botol air, mainan anak, sama kaleng buat dijual. Ada tabung gas juga," ujar Iwa.
Menurut Iwa, kegiatan itu sudah rutin dilakukan setiap kali banjir menerjang kawasan yang berbatasan dengan Kampung Pulo, Jakarta Timur itu. Bahkan, teman-temannya, warga Bukit Duri, melakukan hal serupa. Mereka juga berani terjun ke Sungai Ciliwung apabila ada barang elektronik seperti televisi dan kulkas yang hanyut terbawa banjir.
"Kalau udah liat barang itu, ya pasti pada ngerjar terjun. Udah bisa berenang semua. Pokoknya diakalin gimana," ujar Iwa.
Jika mendapatkan televisi yang hanyut, menurutnya, bisa dipakai untuk digunakan kembali bila diservis. Sementara barang lainnya dijual untuk menambah penghasilan.
Iwa mengaku tidak takut untuk menantang bahaya dengan terjun berenang. Begitu juga dengan teman-temannya yang lain.
Iwa sebenarnya bekerja di salah satu toko yang berada di Pasar Balimester. Ia memperoleh penghasilan Rp 50.000 per hari. Namun, dengan tambahan dari hasil memulung itu, Iwa mengatakan bisa membiayai kehidupan sehari-hari. "Lumayan buat orangtua," ujar Iwa.
Pantauan Kompas.com, sampah yang hanyut pada banjir kali ini amat beragam. Ada kasur, bola, kursi, gabus, botol, mainan anak, dan banyak benda lainnya.
Sampah yang melewati wilayah Kampung Pulo dan Bukit Duri ini biasanya akan tertahan di Pintu Air Manggarai. Di sana, alat berat akan mengangkut sampah tersebut untuk dimuat pada truk dan dibawa ke Bantar Gebang.

Share:

Monday 13 January 2014

BNPB dan BPPT mulai besok akan rekayasa cuaca di Jakarta

shareBanjir

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akhirnya mengizinkan rekayasa cuaca yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Gubernur menandatangani program beranggaran Rp18 miliar ini pada Senin, 13 Januari 2014.

Kepala  BNPB Syamsul Maarif mengatakan, setelah penandatanganan ini, BNPB besok akan langsung merekayasa cuaca agar banjir Jakarta yang melanda hari ini bisa ditekan.

"Hari ini Pak Jokowi menandatangani surat rekayasa cuaca. Mulai besok kami akan memulai," kata Syamsul saat meninjau evakuasi korban banjir di Kampung Pulo, Jakarta Timur.

Syamsul menjelaskan sebenarnya tim rekayasa yang beranggotakan dari BNPB dan BPPT ini telah bersiaga sejak Desember. Namun, tim baru bisa bergerak setelah Jokowi menandatangani operasi rekayasa ini.

"Secara administrasi semua selesai. Modifikasi cuaca akan dilakukan mulai besok hingga dua bulan ke depan," ujarnya.

Rencananya, BNPB dan BPPT akan mengunakan teknologi penggaraman. Awan akan diarahkan ke laut, kemudian diberi garam, hujan turun di laut.

Untuk membuat teknologi rekayasa cuaca itu, Pemerintah Provinsi DKI akan menggelontorkan dana Rp18 miliar. Dana ini diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah DKI. Meski besar, Jokowi mengaku itu tidak jadi masalah. Sebab, kata dia, rekayasa cuaca telah terbukti mampu mengurangi curah hujan yang tinggi.

"Memang anggarannya besar, tetapi pengalaman kemarin kami lihat memberikan pengaruh yang besar. Ini mampu mengurangi hujan dan menyisihkan hujan ke daerah lain atau dibuang ke laut," kata Jokowi. 
Share:

Sunday 12 January 2014

Tidak Shalat Jumat "Ustadz Aniaya Santri"

share

Dianiaya Ustaz karena Tak Shalat Berjemaah, Santri Lapor Polisi
Seorang santri di salah satu pondok pesantren di Desa Langkap, Kecamatan Bangsalsari, Jember, Jawa Timur, Mohammad Sodiq, mengaku dianiaya oknum ustaz berinisial ZN gara-gara tidak mengikuti salat Subuh berjemaah.
“Anak saya ambil wudu dan salat subuh sendirian. Setelah itu, anak saya naik lagi ke atas (kamar), dan datanglah ustaz itu kemudian ngajak anak saya ke mushala untuk shalat subuh berjemaah. Anak saya waktu itu bilang 'tunggu dulu Pak sebentar'. Saat itu anak saya langsung ditendang oleh Pak Guru itu," ujar Sunarni, orangtua korban saat melapor ke Mapolres Jember, Jumat (10/1/2014).
Tendangan ustaz tersebut, lanjut Sunarni, mengenai pipi, mata, serta hidung anaknya hingga lebam dan berdarah. “Ini sampai hari ini anak saya masih lebam mata dan pipinya," katanya.
Ia mengaku tidak terima dengan perbuatan oknum ustaz tersebut, dan meminta kepolisian setempat untuk memprosesnya secara hukum.
“Saya minta pertanggungjawaban karena dia (ustaz) tidak minta maaf kepada keluarga saya,” pungkasnya.
Share:

Saturday 11 January 2014

Indahnya perbedaan di Negeri Indonesia Tercinta

share

Di negeri ini, perbedaan kerap menjadi alasan untuk saling mengerdilkan kemanusiaan. Atas nama perbedaan, tak jarang nyawa harus melayang. Atas nama perbedaan, api berkobar membakar kampung. Orang-orang mengungsi. Anak-anak belajar membenci. Cinta pada manusia dan kemanusiaan tersingkir oleh dengki.

Padahal, Sang Pemilik Langit menurunkan hujan untuk orang jahat dan orang baik; menerbitkan matahari yang sama untuk orang yang sembahyang dan tidak sembahyang. Lalu kenapa kita bertikai karena kita berbeda?

Di tengah beragam peristiwa intoleransi yang kerap terjadi di negeri ini, ternyata ada banyak orang yang rindu akan kedamaian dan kerukunan hidup berdampingan dalam perbedaan. Kita tak harus bermusuhan karena kita berbeda.

Kerinduan itu terekam dalam berbagai komentar di media sosial menanggapi sebuah foto yang diunggah oleh Lexy Rambadeta, pembuat film dokumenter, di akun Facebook-nya. Lexi mengabadikan sebuah perisiwa saat seorang biarawati Katolik bergandengan tangan dengan seorang wanita berhijab saat hendak menyeberang jalan di Jalan Loji Kecil, Yogyakarta, Rabu (8/1/2014).


Lexi mengabadikan keduanya menyeberang jalan sambil bergandengan tangan, lalu berboncengan motor sesampainya di seberang.

LEXI RAMBADETA Tersenyum, keduanya menyeberang jalan sambil bergandengan tangan.
Saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/1/2014) petang, Lexy bercerita bahwa foto-foto tersebut diambil pada Rabu, 8 Januari 2014, sekitar pukul 18.30, saat ia berkendara melalui Jalan Loji Kecil yang gelap di Yogyakarta.

"Saya melihat dua orang dengan berpakaian simbol dua agama, bergandengan tangan hendak menyeberang jalan. Mak tratap (berdesir) aku melihatnya," papar Lexy.

Lexy mengaku nyaris mengurungkan niat untuk berhenti karena lokasinya sulit untuk berhenti di jalan dan dia harus segera pulang untuk menemani anaknya.

"Namun, entah mengapa, aku kemudian membelokkan kendaraan melewati jalan di samping Pasar Beringharjo dan memutar lagi dan memarkir kendaraan. Aku bergegas mengambil kamera, berharap dua orang itu masih ada," lanjutnya.

Beruntung naluri Lexy berpihak padanya. Lexy melihat dua perempuan yang salah satunya belakangan dikenali sebagai Suster Patrice itu hendak menyeberang jalan. Ia pun segera memotret.

"Mereka melihat aku, dan aku memperkenalkan diri. Nama saya Lexy, mereka pasti lupalah. Boleh foto-foto suster?" tanya Lexy.

"Untuk apa? Anda wartawan?" tanya suster.

"Bukan suster, saya senang lihat suster dan Mbak ini akrab sekali," jawabnya.

Maka, beraksilah Lexy dengan kameranya.

LEXI RAMBADETA Keduanya berboncengan sepeda motor sesampainya di seberang jalan.
Di Facebook, hingga berita ini diturunkan, angka share foto ini mencapai di atas 600. Di Twitter juga banyak yang me-retweet foto tersebut.

Beberapa komentar positif pun bermunculan. Siti Khotijah dalam komentarnya menuliskan, "Keren. Trims mas foto nya luar biasa. Semoga kerukunan ini bisa menular ke semua rakyat di negeri ini."

Sedangkan Nemo von Wirowongso berkomentar, "Hal yg wajar menjadi seperti spesial di negeri kita ini...Bagaimanapun upaya utk memecah belah bangsa ini...rasa saling keterikatan dg sesama tetap lebih kuat...."
Satya Barata menulis, "waaaah ... keren banget ya ... andai semua orang di indonesia seperti, ini kita bisa melihat indahnya INDONESIA."
Share:

Thursday 2 January 2014

Foto Neng Darin Istri ke 3 Lutfi Hasan Ishaq

share

 
Istri Ketiga terpidana kasus korupsi Lutfi Hasan Ishaq, Darin Mumtazah tiba digedung KPK menjenguk suaminya, Jakarta, Kamis (02/01/2014). Foto: Anhar Rizki Affandi
 
 
 
 

 
Share:

Wednesday 1 January 2014

Satpol PP Banda Aceh razia pedagang terompet, kembang api dan topi kerucut

share

Satpol PP Banda Aceh Sibuk Angkut Terompet

Kepolisian Pamong Praja Banda Aceh menyita ribuan terompet dan kembang api menyusul fatwa dari majelis ulama setempat yang melarang perayaan tahun baru.
Humas Pemerintah Kota Banda Aceh, Marwan, mengatakan, penyitaan ribuan terompet itu dilakukan menyusul fatwa Majelis Permusyarakatan Ulama (MPU) yang melarang perayaan dengan membakar mercon, lilin, dan meniup terompet.
Marwan mengatakan, Pemkot dan kepolisian akan melakukan pemantauan di titik-titik tertentu untuk mencegah masyarakat muslim di kota itu melakukan perayaan dengan terompet dan kembang api.
Polisi akan membayar ganti rugi untuk terompet dan kembang api yang disita, tambah Marwan.
Marwan juga mengatakan, MPU juga mengeluarkan fatwa bahwa memberikan selamat Natal kepada umat kristiani haram hukumnya.
"Selamat Natal haram hukumnya karena menyangkut akidah," kata Marwan kepada BBC Indonesia.
Saat ditanya, apakah langkah ini diambil tanpa memperhitungkan kemajemukan masyarakat Indonesia, Marwan mengatakan, "Kita menjalankan amanat UU RI. Umat non-muslim harus menghargai umat Islam, itu perintah undang-undang."
Larangan perayaan tahun baru di kota Banda Aceh itu merupakan yang pertama tahun ini.
Marwan mengatakan, langkah itu dilakukan sesuai dengan visi Banda Aceh sebagai model kota madani, yang penuh dengan syariat.

Share:

Translate

Arquivo do blog

Total Pageviews

Facebook