BlackBerry akhirnya menghadirkan fitur terbaru yang bisa membuat pengguna mengganti PIN BBM dengan kombinasi angka favorit mereka. Fitur ini sendiri dihadirkan bersamaan dengan update terbaru yang hadir untuk menyambut jumlah unduhan ke-100 juta kali di Google Play Store, seperti dilansir PhoneArena (4/3). Update BBM untuk Android versi 2.7 membuat pengguna bisa mengubah 6-8 kode numerik PIN BBM mereka. Namun patut diketahui jika fitur ini masuk dalam kategori premium hingga pengguna harus membayar USD 1,99 atau sekitar Rp 25 ribu untuk mendapatkannya. Selain bisa mengganti PIN, pengguna nantinya juga bakal terbebas dari iklan yang muncul dalam di newsfeed maupun yang berbentuk undangan pertemanan baru. Fitur ini memang sangat berguna bagi pengguna, namun disayangkan pihak BlackBerry melihatnya sebagai langkah lain meraup uang dari pengguna di samping meluncurkan stiker berbayar untuk aplikasi messengernya tersebut. Dalam update BBM untuk Android versi 2.7 ini BlackBerry juga memperbaiki fitur Blackberry Channels dan menghadirkan fitur berbagi foto melalui group chat. Aplikasi BBM untuk Android versi 2.7 ini sendiri sudah bisa Anda unduh langsung dari Google Play Store sekarang juga.
Friday 6 March 2015
Puslitbang Litprof SDM Kemkominfo Selenggarakan Fasilitasi Sertifikasi Kompetensi Berbasis SKKNI di BPPTIK
Acara dibuka secara resmi oleh Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Kominfo, Sri Cahaya Choironi, di auditorium BPPTIK. Turut hadir dalam pembukaan kepala BPPTIK, Nusirwan.
Acara dilanjutkan dengan materi asesmen oleh Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi Teknologi Informasi dan Komunikasi (LSP TIK) Surabaya, Edwin Surjosaptanto.
Sertifikasi profesi yang dibuka pada kegiatan fasilitasi ini antara lain pada bidang keahlian Jaringan Komputer (Cluster Junior Networking), Programmer (Cluster Junior Programming), Multimedia (Cluster Junior Multimedia), Operator (Cluster Junior Operator Assistant/Practical Office), Desain Grafis (Cluster Junior Graphic Design), dan Technical Computer Support (Cluster Basic Computer Assembling).
Peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 80 orang dengan kualifikasi SMK, lulusan SMK, D1, D2, dan D3 bidang teknologi informasi dan komunikasi dari berbagai kota di pulau Jawa. (LPA/hdn)
"Cina anjing ... "
Ucapan, 'Cina, Lu' sendiri sering dipakai untuk menghina etnik Cina di Indonesia. Pengertiannya tidak sekedar kulit kuning dan mata sipit tetapi juga serakah (karena dianggap kaya dan kekayaannya diperoleh dengan cara tidak adil) dan kafir.
Dengan menggandakan hinaan ini, politisi ini seakan menyatakan keyakinan moralnya. Orang seperti Ahok tidak sederajat dengan dirinya karena (1) dia Cina; (2) dia sederajat anjing.
Sikap dan keyakinan seperti ini bukan sesuatu yang aneh di negeri ini. Orang menjadi makin eksklusif. Mereka tidak saja menolak apa saja yang dianggap bukan bagian dari identitasnya. Mereka juga merasa berhak untuk melontarkan hinaan sekeji-kejinya.
Ironisnya, bangunan argumen yang dipakai oleh DPRD DKI untuk menentang Ahok adalah bahwa dia tidak tahu etika dan tidak tahu sopan santun. Tapi kita lihat sendiri, apakah tingkahlaku anggota DPRD ini beretiket dan santun?
Sisi yang baik adalah bahwa Ahok kabarnya menyerap hinaan itu dengan mengatakan, "Daging anjing itu enak ..."
Tapi kita tahu dimaki 'Anjing" itu tidak enak. Begitu juga untuk etnik Cina yang dihina kecinaannya.
Dan sesungguhnya mulut anjing jauh lebih santun daripada mulut politisi ini.
* Made Supriatma
Monday 2 March 2015
Sebentar Lagi Bayi Bisa Dihasilkan Tanpa Peran Perempuan
Sebentar lagi perempuan tidak dibutuhkan untuk membuat bayi. Ups, bagi perempuan, jangan tersulut emosi dulu. Ini berlaku bagi dua laki-laki yang saling mencintai dan ingin punya anak biologis tanpa sel telur donor dari perempuan. Naoke Irie dari Welcome Trust Cancer Research University of Cambdridge pada 15 Januari 2015 lalu memublikasikan makalah hasil penelitian menarik di jurnal Cell tentang peran SOX 17 dalam mengatur perkembangan primordial germ cell (PGC). Seperti diberitakan situs IFLScience, Selasa (24/2/2015), PGC sendiri bisa dikatakan sebagai sel punca yang akan berkembang menjadi sel telur dan sel sperma. Perkembangan PGC ditentukan oleh sejumlah gen serta hormon yang diproduksi oleh tubuh. Selama ini, gen yang dikenal sebagai penentu perkembangan PGC bernama keluarga gen SOX. Dalam penelitian, Irie beserta rekannya menemukan bahwa SOX17 pun berperan menentukan perkembangan PGC, apakah akan menjadi sel sperma atau sel telur. Dengan mengetahui peran gen tersebut, peluang untuk merekayasa perkembangan sel bisa dilakukan. Misalnya, hormon atau zat kimia tertentu dimanfaatkan untuk menginduksi agar PGC berkembang menjadi sel telur, meskipun berasal dari tubuh laki-laki. Karena PGC dari tubuh laki-laki membawa kromosom X, sel telur yang dihasilkan nantinya bisa berfungsi. Sel telur itu selanjutnya bisa dibuahi oleh sperma dari laki-laki lain sehingga menghasilkan zigot dan kemudian berkembang menjadi embrio. Meski perempuan tidak dibutuhkan dalam proses menghasilkan bayi, ibu wali tetap dibutuhkan untuk membawa embrio sehingga memungkinkannya berkembang menjadi bayi yang dilahirkan 9 bulan 10 hari kemudian. Secara teknologi, modifikasi perkembangan sel PGC dimungkinkan. Namun, tantangan yang lebih besar nantinya adalah masalah moral. Bisakah mengatur perkembangan sel? Bisakah dua laki-laki memiliki anak biologis? Pasti akan ada yang mengatakan, itu menentang kodrat. Modifikasi perkembangan PGC hanya alternatif bagi pasangan laki-laki yang menginginkan anak biologis. Sementara itu, perempuan tetap berarti bagi pasangan heteroseksual. Bagi pasangan sesama jenis untuk perempuan, alternatif serupa mungkin akan dibuat pada masa mendatang.