yunusst memberikan inspirasi kepada anda

Tutorial

Monday 6 June 2011

Pengkhianatan Naskah Proklamasi: Piagam Jakarta.

share
Sebuah Tinjauan Kritis

Berikut isi teks proklamasi yang disusun oleh duet Soekarno-Hatta:

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Banyak kritikan terhadap Naskah Proklamasi, salah satunya adalah oleh almarhum KH Firdaus AN. Seorang Ulama yang lahir di Sumatera dan menempuh perjuangan islam melalui jalur politik.

Kritik KH Firdaus AN terhadap teks Proklamasi :

1. Teks Proklamasi seperti tersebut di atas jelas melanggar konsensus, atau kesepakatan bersama yang telah ditetapkan oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 22 Juni 1945.

2. Yang ditetapkan pada 22 Juni 1945 itu ialah, bahwa teks Piagam Jakarta harus dijadikan sebagai Teks Proklamasi atau Deklarasi Kemerdekaan Indonesia.


3. Alasan atau dalih Bung Hatta seperti diceritakan dalam bukunya Sekitar Proklamasi hal. 49, bahwa pada malam tanggal 16 Agustus 1945 itu, 'Tidak seorang di antara kami yang mempunyai teks yang resmi yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, yang sekarang disebut Piagam Jakarta, ' tidak dapat diterima, karena telah melanggar kaidah-kaidah sejarah yang harus dijunjung tinggi. Mengapa mereka tidak mengambil teks yang resmi itu di rumah beliau di Jl. Diponegoro yang jaraknya cukup dekat, tidak sampai dua menit perjalanan? Mengapa mereka bisa ke rumah Mayjend.

Nisimura, penguasa Jepang yang telah menyerah dan menyempatkan diri untuk bicara cukup lama malam itu, tapi untuk mengambil teks Proklamasi yang resmi dan telah disiapkan sejak dua bulan sebelumnya mereka tidak mau? Sungguh tidak masuk akal jika esok pagi Proklamasi akan diumumkan, jam dua malam masih belum ada teksnya. Dan akhirnya teks itu harus dibuat terburu-buru, ditulis tangan dan penuh dengan coretan, seolah-olah Proklamasi yang amat penting bagi sejarah suatu bangsa itu dibuat terburu-buru tanpa persiapan yang matang!

4. Teks Proklamasi itu bukan hanya ditandatangani oleh 2 (dua) orang tokoh nasional (Soekarno-Hatta), tetapi harus ditanda-tangani oleh 9 (sembilan) orang tokoh seperti dicantum dalam Piagam Jakarta. Keluar dan menyimpang dari ketentuan tersebut tadi adalah manipulasi dan penyimpangan sejarah yang mestinya harus dihindari. Teks itu tidak otentik dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Deklarasi Kemerdekaan Amerika saja ditandatangani oleh lebih dari 5 (lima) orang tokoh.

5. Teks Proklamasi itu terlalu pendek, hanya terdiri dari dua alinea yang sangat ringkas dan hampa, tidak aspiratif. Ya, tidak mencerminkan aspirasi bangsa Indonesia; tidak mencerminkan cita-cita yang dianut oleh golongan terbesar bangsa ini, yakni para penganut agama Islam. Tak heran banyak pemuda yang menolak teks Proklamasi yang dipandang gegabah itu. Tak ada di dunia, teks Proklamasi atau deklarasi kemerdekaan yang tidak mencerminkan aspirasi bangsanya. Teks Proklamasi itu manipulatif dan merupakan distorsi sejarah, karena tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Dalam sejarah tak ada kata maaf, karena itu harus diluruskan kembali teks Proklamasi yang asli. Adapun teks Proklamasi yang otentik, yang telah disepakati bersama oleh BPUPKI pada 22 Juni 1945 itu sesuai dengan teks atau lafal Piagam Jakarta.

Jelasnya, teks proklamasi itu haruslah berbunyi seperti di bawah ini:

PROKLAMASI
Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan. Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.



Jakarta, 22 Juni 1945

Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Abikusno Tjokrosujoso, A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH. Wahid Hasjim, Mr. Muh Yamin.

KH Firdaus AN mengusulkan supaya dilakukan koreksi sejarah. Untuk selanjutnya, demi menghormati musyawarah BPUPKI yang telah bekerja keras mempersiapkan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, maka semestinya pada setiap peringatan kemerdekaan RI tidak lagi dibacakan teks proklamasi ”darurat” susunan BK-Hatta. Hendaknya kembali kepada orisinalitas teks proklamasi yang otentik seperti tercantum dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945 di atas.

Benarlah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam yang mensinyalir bahwa dekadensi ummat terjadi secara gradual. Didahului pertama kali oleh terurainya ikatan Islam berupa simpul hukum (aspek kehidupan sosial-kenegaraan). Tanpa kecuali ini pula yang menimpa negeri ini. Semenjak sebagian founding fathers negeri ini tidak berlaku ”amanah” sejak hari pertama memproklamirkan kemerdekaan maka diikuti dengan terurainya ikatan Islam lainnya sehingga dewasa ini kita lihat begitu banyak orang bahkan terang-terangan meninggalkan kewajiban sholat. Mereka telah mencoret kata-kata ”syariat Islam” dari teks proklamasi. Bahkan dalam teks proklamasi ”darurat” tersebut nama Allah ta’aala saja tidak dicantumkan, padahal dibacakan di bulan suci Ramadhan..! Seolah kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia tidak ada kaitan dengan pertolongan Allah ta’aala...! 
Share:

Jenderal Mesir Ungkap Tes Keperawanan

share
VIVAnews - Seorang Jenderal di Mesir mengaku adanya "tes keperawanan" atas sejumlah perempuan yang ditahan saat demonstrasi anti rezim Hosni Mubarak awal Maret lalu. Itu adalah pengakuan pertama yang dibeberkan seorang perwira tinggi militer Mesir atas kasus itu, yang sudah jadi rahasia umum.

Menurut stasiun berita CNN, Selasa 31 Mei 2011, tuduhan adanya tes keperawanan itu muncul dalam laporan yang disusun lembaga Amnesty International, beberapa pekan setelah aksi unjuk rasa 9 Maret di Kairo. Menurut laporan itu, sejumlah perempuan demonstran dipukul, disetrum, dan pakaian mereka dilucuti. Para demonstran itu juga diancam tuduhan pelacuran dan harus menjalani tes keperawanan.

Saat itu, seorang perwira bernama Mayor Amr Imam mengungkapkan bahwa 17 perempuan telah ditahan. Namun, dia membantah laporan adanya penyiksaan dan tes keperawanan.

Namun, menurut CNN, seorang jenderal senior Mesir mengakui sekaligus membela penerapan tes itu. "Para perempuan yang ditahan itu tidak seperti anak Anda atau anak saya," kata jenderal yang tidak mau disebutkan namanya itu. "Mereka menginap di tenda-tenda bersama para lelaki di Lapangan Tahrir. Di tenda itu juga ditemukan bom molotov dan narkoba," kata si jenderal.

Menurut dia, tes itu penting dilakukan agar tidak muncul klaim dari perempuan demonstran bahwa mereka telah diperkosa saat ditahan pihak berwajib. "Kami tidak ingin mereka berkoar bahwa mereka telah diserang secara seksual atau diperkosa. Maka kami ingin membuktikan apakah mereka memang tidak lagi perawan," kata sumber CNN itu.

Tes itu, menurut dia, menunjukkan tidak ada yang masih perawan. Sumber itu tidak menjelaskan bagaimana tes keperawanan itu berlangsung dan berapa orang yang telah menjalaninya.

Sebelumnya, seorang perempuan 20 tahun bernama Salwa Hosseini mengaku sebagai salah satu korban tes itu setelah ditangkap di tengah unjuk rasa Maret lalu. Kepada CNN, dia menceritakan bagaimana tentara berseragam mengikat dia di suatu museum.

Salwa lalu ditelentangkan di atas lantai dan ditampar. Dia pun disetrum dengan pistol listrik dan dituduh sebagai pelacur.

Menurut Salma, dia dan 17 perempuan lain lalu dipaksa menjalani tes keperawanan. "Kami tidak mau karena dilakukan oleh dokter laki-laki," kata Salma. Namun, mereka tidak berdaya karena diancam akan disetrum lagi dengan pistol listrik bila menolak dites.

Belum ada penjelasan resmi dari Mesir mengenai tes kontroversial itu. (eh)
• VIVAnews
Share:

Sunday 5 June 2011

Pemain Mahal, Pemain Gagal

share
 
Share:

Totalitas Bela Bogor Raya

share

Bogor  - Qodrat Maulana mengaku senang, sekaligus bangga bisa masuk tim asal Kota Hujan seperti Bogor Raya FC. Pemain sayap kiri skuad Laskar Kujang ini berharap eksistensinya terus berkibar. Baginya, totalitas membela daerah sendiri telah memiliki arti tersendiri. “Ada kepuasan. Ya, sebisa mungkin kami ingin menghuni tim asal Bogor baik itu di kota atau kabupaten,” ujar pemain asal Cinangneng, Kecamatan Tenjolaya ditemui di Lapangan Ponpes Darul Falah, Ciampea, Minggu (29/5).
Alumni SSB Shiwa Ciampea, meski bukan sebagai penyerang tapi sudah mengoleksi dua gol pada paruh musim Liga Primer Indonesia (LPI). Qodrat yang juga pernah belajar di SSB IPB Darmaga, kemudian masuk klub Megatama. Ia pun masuk tim Porda Kabupaten Bogor 2006. “Main di daerah sendiri lebih termotivasi,” ungkap mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) semester akhir ini.
Qodrat yang kemudian dibesarkan di PSB Kota Bogor, telah cukup berkiprah. Dia pernah masuk tim Pra PON Jabar, setelah terpilih di U-23 Persikabo Kabupaten Bogor dan Pomnas. Sejak awal turun di dunia sepakbola, Qodrat telah menghuni skuad tim pelajar Kota Bogor seperti Popwil, Popda dan Popnas.
Asep Saepudin Sayyev – Jurnal Bogor
Share:

Thursday 2 June 2011

Bumi, 100 Juta Tahun dari Sekarang

Share:

Sepp Blatter Kembali Terpilih Sebagai Presiden FIFA

Share:

Menghitung Peluang Indonesia di SEA Games XXVI Palembang

share
SEA Games XXVI akan berlangsung kurang dari enam bulan lagi di Palembang dan Jakarta pada 11-14 November 2011.

Ajang olahraga tertinggi bangsa-bangsa di Asia Tenggara ini akan mempertandingkan 44 cabang olahraga dengan 542 medali emas untuk diperebutkan.

Kota Palembang akan mendapat kehormatan untuk menggelar sekitar 22 cabang olahraga. Penyelenggaraan akan dipusatkan di kompleks Stadion Jakabaring.

Sedangkan Jakarta akan menyediakan fasilitas untuk 24 cabang olahraga dengan kompleks Gelora Bung Karno Senayan sebagai pusatnya. Lalu ada GOR Ciracas Pasar Rebo dan beberapa arena lainnya sebagai fasilitas penunjang.

Sebagai negara dengan wilayah paling luas dan berpenduduk terbanyak di Asia Tenggara, prestasi Indonesia memang masih di atas negara ASEAN lainnya. Sejak mengikuti SEA Games pertama kalinya pada 1977 silam, Indonesia sudah pernah menjadi juara umum sebanyak sembilan kali (1977,1979, 1981, 1983, 1987, 1989, 1991, 1993 dan terakhir 1997).

Bandingkan dengan Negeri Gajah Putih Thailand yang baru lima kali menjadi juara umum (1985, 1995, 1999, 2007 dan 2009), Malaysia satu kali (2001), Vietnam satu kali (2003) dan Filipina satu kali (2005).

Tapi semua catatan prestasi di atas terjadi pada masa lalu yang hanya bisa kita kenang. Setelah 1997, prestasi olahraga Indonesia memprihatinkan.

Dulu selama puluhan tahun kita unggul di cabang bulu tangkis, sepak bola, atletik, bela diri, aquatik, angkat beban dan senam. Kini Malaysia pun sudah bisa menumbangkan tim bulu tangkis Indonesia yang selama beberapa dekade ditakuti di dunia.

Indonesia bahkan pernah berada di posisi lima klasemen akhir di SEA Games 2005 Filipina, di bawah negara yang lebih kecil dan “baru” merdeka seperti Vietnam.

Ironisnya banyak mantan atlet, yang dulu berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di atas bendera negara lainnya, kini hidup melarat di usia senja. Mereka terpaksa menjual medali demi sesuap nasi karena pemerintah lalai memerhatikan kesehjateraan mereka.

Kegagalan prestasi olahraga nasional bukan cuma di SEA Games, tapi juga di ajang Asian Games dan Olimpiade. Belum lagi kejuaraan internasional lainnya.

Lalu bagaimana peluang Indonesia di SEA Games 2011? Sebagai tuan rumah kita punya potensi yang besar untuk menjadi juara umum atau paling pahit duduk di posisi kedua. Berlaga di kandang sendiri dan didukung fans tentu menjadi suntikan semangat yang luar biasa.

Tapi penampilan di pertandingan ditentukan oleh persiapan — seperti latihan dan pola makan sebelum berlaga.

Pemerintah melalui Kemenpora bekerjasama dengan KONI/KOI memang membentuk Program Indonesia Emas (PRIMA), yang bertugas merancang program latihan, pembentukan karakter atlet hingga strategi bertanding agar nama Indonesia berjaya di SEA Games 2011.

Namun keraguan tetap muncul terhadap keberhasilan program PRIMA. Pengurus olahraga di Indonesia selama ini lebih mementingkan pelatihan jangka pendek menjelang bergulirnya sebuah kejuaraan.

Induk-induk organisasi olahraga baru akan menggelar latihan beberapa bulan sebelum mengikuti sebuah turnamen. Pola pencarian bibit atlet muda lewat kejuaraan di daerah tidak pernah digarap dengan serius. Anak-anak sekolah yang gemar berolahraga pun tidak diberdayakan dengan sungguh-sungguh.

Tak hanya itu, sarana olahraga di negara ini boleh dibilang sangat memprihatinkan. Indonesia selama bertahun-tahun “hanya” mengenal stadion sepak bola berstandar internasional Gelora Bung Karno (dulu stadion utama Senayan) yang dibangun tahun 1962 silam.

Beberapa stadion megah dan kompleks olahraga baru dibangun pemerintah dalam 10 tahun terakhir — misalnya Stadion Jakabaring Palembang (dibuka 2004) dan stadion Palaran Samarinda (dibuka 2008).

Minimnya fasilitas olahraga di Indonesia menjadi bukti minimnya perhatian pemerintah terhadap pembinaan atlet nasional. Bagaimana mau menghasilkan atlet berprestasi kalau tempat latihannya saja kita tak punya?

Soal peluang Indonesia di SEA Games 2011, kita harus realistis. Sepertinya sulit untuk menjadi juara umum.

Prestasi dalam olahraga tak cuma bermodal semangat juang tinggi. Banyak faktor yang menentukan, mulai dari bentuk tubuh atlet, asupan gizi, ketahanan fisik, bakat, pendidikan, pelatih yang handal, lingkungan yang baik sampai pola pelatihan jangka panjang selama bertahun-tahun.

Bandingkan dengan Thailand, Vietnam, Malaysia sampai Laos yang serius membina atletnya. Mereka menyewa pelatih asing yang berpengalaman sampai membangun sarana olahraga mumpuni.

Jangan heran kalau nanti Indonesia yang tuan rumah hanya bisa jadi penonton prestasi atlet negara lain yang berlaga di SEA Games 2011.

Dari hasil sementara jajak pendapat yang dilakukan oleh Yahoo! Indonesia hingga Rabu (1/6) pukul 13.45 WIB, para pembaca memilih Thailand sebagai saingan terberat Indonesia di SEA Games 2011 dengan perolehan 2955 suara (59 persen).

Disusul Malaysia (1031 suara/21 persen. Yang unik dari hasil sementara jajak pendapat, sebagian pembaca Yahoo! Indonesia memilih Timor Leste (360 suara/7 persen) lebih kuat dari Vietnam yang hanya meraih tiga persen atau 156 suara. 
Share:

Translate

Arquivo do blog

Total Pageviews

Facebook