yunusst memberikan inspirasi kepada anda

Tutorial

Thursday 11 July 2013

BUKTI AL QAEDA ORGANISASI CIPTAAN AMERIKA

Beberapa waktu lalu serangan terhadap Al
Qaeda di Yaman, termasuk peluncuran
peluru kendali yang dipimpin oleh Amerika
Serikat adalah rasa ketakutan AS yang
berlebihan terhadap Al Qaeda.
Hal ini diungkapkan oleh analis
internasional dari Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Surwandono.
Ia mengatakan, rasa takut AS yang
berlebihan membuat negara adidaya itu
semakin berupaya untuk mengancurkan
kekuatan kelompok yang dianggap oleh AS
sebagai teroris.
“Hal itu dikarenakan kelompok tersebut
merupakan penghalang bagi kepentingan-
kepentingan AS di semenanjung Arab.
Selain rasa takut yang berlebihan, sudah
menjadi tujuan AS untuk memusnahkan Al
Qaeda”, ujar Surwandono.
Ia juga mengatakan, bahwa ambisi AS
untuk memusnahkan kelompok tersebut,
juga karena Al Qaeda pada awalnya
merupakan kelompok yang dibentuk dan
didanai oleh AS untuk menghancurkan
kekuatan Soviet di semenanjung Arab
pada waktu itu, termasuk di Afghanistan
dan Pakistan.
Karena pada waktu itu Soviet sangat dekat
dengan negara-negara Arab. “Pada waktu
itu, Al Qaeda merupakan boneka bagi AS
untuk menghancurkan Soviet,” tandasnya.
Image
Lebih lanjut Surwandono mengatakan,
setelah Al Qaeda berhasil mengusir Soviet
dari Semenanjung Arab, maka AS pun
berusaha menggulingkan Al Qaeda pada
masa kepemimpinan presiden George W
Bush dengan tuduhan organisasi garis
keras, karena dianggap sebagai ancaman
ke depan bagi AS.
Sejak saat itu, setiap organisasi yang tidak
terima dengan kebijakan-kebijakan luar
negeri AS yang ingin menguasai
semenanjung Arab, maka AS mengklaim
organisasi dimanapun itu sebagai “teroris”.
“Dan itu berlaku untuk semua organisasi
Islam di dunia, termasuk juga yang ada di
Indonesia”, pungkasnya. (InfoWars)
Dulu Al Qaeda, Sekarang Kawan Amerika
Craig Unger, wartawan dan penulis
terkenal lulusan Harvard University,
pernah menulis bahwa kebijakan politik
Amerika Serikat di Timur Tengah selalu
berkaitan dengan dua hal: minyak dan
Israel (lihat bukunya, House of Bush,
House of Saud, Scribner 2004).
Artinya, semua tindak-tanduk Amerika
Serikat di kawasan itu mesti terkait
kepentingan negeri super-power itu akan
minyak mentah atau kepentingannya
untuk melindungi Israel, sekutu dekatnya
sejak Perang Dunia II.
Sebagai negeri dengan ekonomi terbesar
di dunia bisa dimengerti kebutuhan
Amerika Serikat akan minyak mentah.
Image
Karena Timur Tengah merupakan sumber
terbesar minyak dunia, wajar Amerika
Serikat selalu mempertahankan
pengaruhnya di kawasan itu.
Tapi Israel? Ini memang agak
membingungkan. Dilihat dari sudut mana
pun sebenarnya Amerika Serikat tak
membutuhkan Israel.
Sejak perang Arab – Israel Oktober 1973,
Amerika Serikat selalu membantu negara
Yahudi itu sekitar 3 milyar dollar/tahun.
Bantuan terus diberikan sekali pun
Amerika Serikat sendiri sedang dilanda
krisis ekonomi seperti pada 2008.
Tak satu negara pun di dunia yang
mendapat bantuan seperti itu dari
Amerika Serikat, bahkan tidak juga negara-
negara Eropa yang selama ini menjadi
sekutu terdekatnya. Tak aneh kalau Israel
muncul sebagai negara yang kuat secara
militer dan ekonomi di Timur Tengah –
ekonominya kira-kira setara Korea
Selatan. Ngototnya Amerika Serikat
membela kepentingan Israel seringkali
justru merugikan negara adikuasa itu
terutama terkait hubungannya dengan
sejumlah negara Arab.
Malah Amerika Serikat picing mata ketika
Israel membangun arsenal nuklir di
Dimona, Gurun Nejev, dekat perbatasan
Israel – Jordania.
Itu menjadikan Israel satu-satunya negara
pemilik senjata nuklir di Timur Tengah.
Sementara itu Amerika Serikat terus-
menerus menekan Iran hanya karena
negeri itu membangun pembangkit listrik
tenaga nuklir.
Dua ahli terkemuka, Profesor John
J.Mersheimer dari University of Chicago,
dan Profesor Stephen M. Walt dari
Harvard University pernah membuat studi
tentang masalah ini. Dan menurut mereka
sikap Amerika Serikat terhadap Israel sama
sekali tak ada hubungannya dengan
kepentingan negara itu sendiri, termasuk
kepentingan politik luar negeri Amerika
Serikat.
Kalau kenyataannya Amerika Serikat selalu
mendukung Israel, menurut mereka, tak
lain karena pengaruh lobi Israel, yaitu lobi
dari orang-orang Israel atau orang
Amerika Serikat keturunan Israel yang
berada di Amerika Serikat (lihat The Israel
Lobby and U.S. Foreign Policy, oleh
Profesor John J.Mersheimer dan Profesor
Stephen M.Walt, Farrar, Straus and
Giroux, 2007).
Image
Negara-negara Musim Semi Arab (Arab
Spring)
Maka sekarang pun, tatkala negara-negara
Arab di kawasan Timur Tengah dan Afrika
Utara sedang dilanda arus revolusi yang
disebut Musim Semi Arab (Arab Spring),
pendekatan Amerika Serikat dengan
minyak dan Israel diduga tak akan banyak
berubah.
Sesungguhnya ‘Musim Semi Arab’ sekarang
tak sesuai dengan keinginan negara
adikuasa itu.
Meski tentu saja negara itu tak berusaha
mencegahnya karena akan bertentangan
dengan prinsip demokrasi yang gencar
dikampanyekan Amerika Serikat selama ini
ke seluruh dunia. Betapa tidak?
Arab Spring pertama kali hinggap di Afrika
Utara, Januari 2011, menumbangkan Zine
El Abidine Ben Ali, Presiden Tunisia selama
23 tahun, kemudian merayap ke Mesir,
menjatuhkan Presiden Hosni Mubarak
yang sudah berkuasa 30 tahun dengan
menggunakan undang-undang darurat.
Baik Ben Ali mau pun Hosni Mubarak
dikenal sebagai teman dekat Israel dan
Amerika Serikat. Jadi dilihat dari
kepentingan Amerika Serikat dalam
melindungi Israel, kejatuhan Zine El
Abidine Ben Ali dan Hosni Mubarak adalah
merugikan. Apalagi kekuatan dominan
dalam perpolitikan Mesir sekarang adalah
kelompok Ikhwanul Muslimin (Muslim
Brotherhood) yang tentu tak disukai
Amerika Serikat.
Secara terbatas, gelombang Arab Spring
menghempas ke berbagai negara di
sekitarnya.
Di Aljazair, misalnya, gerakan protes
berhasil mencabut status negara dalam
keadaan darurat yang sudah berlangsung
19 tahun, atau di Jordania Raja Abdullah
terpaksa memberhentikan Perdana
Menteri Rivai dan kabinetnya, dan di
Kuwait kabinet dibubarkan memenuhi
tuntutan aksi protes.
Atau paling tidak ada janji-janji pembuatan
undang-undang oleh semacam badan
legislatif yang dipilih seperti dijanjikan
Sultan Qaboos di Oman, atau rencana
Pemilu lokal oleh pemilih lelaki September
mendatang di Arab Saudi, sesuai janji Raja
Abdullah.
Di Yaman dan Syria, pemerintah
menghadapkan gelombang protes dengan
aparat keamanan sehingga keadaan
berubah menjadi aksi kekerasan. Begitu
pula yang terjadi di Libya. Gelombang
demo dihadapi dengan peluru.
Maka yang terjadi adalah perang saudara.
Sementara itu pesawat-pesawat pengebom
NATO menyerang basis kekuatan militer
Libya atas nama Dewan Keamanan PBB.
Image
Dewan Keamanan turun tangan akibat
kekejaman pemimpin Libya Muammar
Qaddafi dalam menghadapi para
demonstran.
Padahal belakangan sesungguhnya Rezim
Qaddafi telah menjalin hubungan akrab
dengan Barat. The New York Times, 2
September lalu, mengabarkan bahwa pada
hari itu wartawan dan aktivis LSM Human
Rights Watch menemukan dokumen di
sebuah bekas kantor intelijen di Tripoli.
Dokumen itu mengungkapkan bahwa
badan intelijen Amerika Serikat, CIA, dan
badan intelijen Inggris, MI-6, menjalin
kerja sama dengan badan intelijen Libya
(Libyan Intelligence Service), setelah Libya
menghentikan program pembangunan
senjata-senjata non-konvensional, sejak
tahun 2004.
Sumber
[Reply]
kittys 11:29 7 June 2013
Setidaknya diketahui dari dokumen itu
bahwa CIA pernah 8 kali mengirimkan
tahanan untuk diinterogasi di Libya,
negeri yang selama ini dikenal sangat
kejam menyiksa tahanan.
Terungkap bagaimana Libya meminta CIA
menangkap Abu Abdullah al Sadiq dari
Libyan Islamic Fighting Group (Kelompok
Pejuang Islam Libya) yang ingin
menjatuhkan Muammar Qaddafi.
CIA pun menuduh kelompok Islam itu
bekerjasama dengan Al Qaeda. Peristiwa
ini nanti membuktikan CIA selalu
menuduh kelompok Islam yang ingin
dihancurkannya terlibat Al Qaeda.
Image
Dengan tuduhan itu, di tahun 2004,
Abdullah al Sadiq ditangkap aparat
keamanan Malaysia ketika sedang
berkunjung ke negeri itu, bersama istrinya
yang sedang hamil. Mereka lalu dikirim ke
Thailand.
Di Bangkok, Sadiq menjadi tahanan CIA
dan selama beberapa hari dia disiksa.
Akhirnya para agen CIA mengirimkannya
ke Libya.
Sejak itu selama 6 tahun Sadiq
menghabiskan hari-harinya penuh
penderitaan di dalam rumah penjara Abu
Salim di Tripoli yang terkenal sangat ketat
keamanannya dan amat kejam
perlakuannya kepada para tahanan.
Di mana Sadiq sekarang? Peter Bouckaert
dari Human Rights Watch mengaku setelah
mempelajari dokumen yang ditemukan
tadi, tahu kalau Sadiq tak lain dari Abdel
Hakim Belhaj, Panglima Militer kelompok
revolusioner yang telah mengusir Qaddafi
dan kini menguasai Tripoli.
Artinya, dengan jabatan barunya, Belhaj
menjadi sekutu NATO dan tentu juga
Amerika Serikat.
Rupanya Belhaj dilepaskan dari penjara
pada 2010, setelah ia bersama teman-
temannya yang dituduh sebagai Islam
radikal itu melakukan kompromi dengan
pemerintahan Qaddafi, antara lain,
mereka tak akan melakukan tindak
kekerasan dalam perjuangan.
‘’Kami pegang janji itu. Maka revolusi ini
pun kami mulai dengan penuh damai. Tapi
rezim ini berusaha membubarkan kami
dengan kekerasan,’’ kata Abdul Hakim
Belhaj. Menurut The New York Time yang
sudah disebut, Belhaj menjadi Panglima
Militer Tripoli karena kemampuannya,
selain tentu karena sikapnya yang sejak
dulu anti-Qaddafi.
Dia dan teman-temannya berpengalaman
berperang mengusir pasukan Uni Soviet
dari Afghanistan di tahun 1980-an.
Tapi bukankah Abdul Hakim Belhaj dulu
dituduh CIA bekerja sama dengan Al-
Qaeda? Bukankah dia pernah ditangkap
dan menjadi tahanan CIA? Baik CIA mau
pun Departemen Luar Negeri Amerika
Serikat tak mau menjelaskan masalah itu
kepada The New York Times.
Image
Sebuah sumber di Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat ikut bicara tanpa
disebutkan indentitasnya, bahwa
pemerintahan Presiden Obama pernah
menyampaikan masalah itu kepada
pemerintahan transisi Libya, TNC
(Transitional National Council). ‘’Beberapa
bulan lalu kami dapat jaminan dari TNC
bahwa semuanya berjalan baik,’’ kata
sumber itu.
Agaknya yang lebih tepat adalah analisis
berita The New York Times 1 September
2011 yang menyebutkan bahwa latar
belakang Islamis Belhaj dan kawan-
kawannya bisa dimengerti karena selama
ini hanya kelompok Islamis yang mampu
dan berani melawan Rezim Qaddafi yang
sangat represif.
Bagi pemerintah Amerika Serikat bukan
masalah harus bekerja sama dengan
orang-orang yang dulu mereka tangkap
dan tuduh sebagai Al-Qaeda. Soalnya
Libya memiliki minyak mentah dengan
produksi 1,6 juta barel/hari. Ingat apa
yang dikatakan Craig Unger tentang
minyak dan Israel?
Pengakuan CIA Bahwa Al-Qaeda
Adalah Rekayasa Semata
(CIA Officials Openly Admit Al-Qaeda Is a
Complete Fabrication – a Made in the USA
Production) Mar 3, 2009, Dalam sebuah
film dokumenter pembunuh BBC berjudul
“The Power of Nightmares” (lihat videonya
dibawah), pejabat tinggi CIA secara
terbuka mengakui bahwa Al-Qaeda
sepenuhnya merupakan rekayasa yang
tidak pernah ada juntrungannya.
Lukisan “kaki tangan” AS yang mukanya di
“blur” Jamal al Fadl, saat persidangan
sangat tertutup dan tak boleh difoto.
Bahkan di internet tak beredar fotonya.
Pemerintahan Bush memerlukan sebuah
alasan logis sesuai undang-undang
sehingga mereka bisa mencari kambing
hitam “orang tidak baik sesuai pilihan
mereka” atau “the bad guy of their
choice” , yaitu undang-undang yang telah
diberlakukan dalam rangka melindungi
kita dari demonstrasi dan “organisasi
kriminal” seperti Mafia.
Mereka membayar Jamal al Fadl ratusan
ribu dolar agar membuat cerita mengenai
Al-Qaeda untuk Pemerintah Amerika
Serikat, sebuah “kelompok” atau organisasi
kriminal yang mereka bisa kejar “menurut
hukum”.
“Al Qaeda bukanlah sebuah organisasi. Al
Qaeda merupakan sebuah cara kerja …
tetapi hal tersebut mempunyai hallmark
dalam pendekatannya.” (sumber:
mypetjawa.mu.nu/archives/191417.php)
Al-Jazeera Media dan Alat Propaganda
AS
Al-Jazeera merupakan Saluran Berita Arab
terbesar dan yang paling kontroversial di
Timur Tengah yang menawarkan berita
dari seluruh dunia selama 24 jam setiap
harinya dan memusatkan pemberitaannya
pada wilayah konflik terpanas.
Didirikan pada tahun 1996 dan berkantor
di Qatar, jaringan berita Al-Jazeera
merupakan jaringan berita yang paling
cepat berkembang di antara komunitas
berbahasa Arab dan orang-orang yang
berbahasa Arab di seluruh dunia.
Al Jazeera, media propaganda New
World Order (NWO) milik Amerika
Ketahuilah bahwa Al-Jazeera merupakan
media propaganda utama untuk
kepentingan Amerika Serikat dan
keseluruhan pemrogramannya dilakukan
di Amerika Serikat pada Allied Media Corp.
Setiap waktu Al-Jazeera melaporkan berita
yang baru melalui video atau audio
mengenai Al-Qaeda atau bin Laden yang
membuat ancaman melawan Amerika
Serikat. Audio atau video tersebut
sebenarnya dibuat di studio Allied Media
Corp. Padahal dengan melakukan hal itu,
secara esensial pemerintah Amerika
Serikat membuat ancaman-ancaman untuk
bangsanya sendiri.
Setiap video, setiap audio tape dari bin
Laden atau hantu al-Qaeda yang membuat
ancaman melawan Amerika Serikat
sebenarnya dibuat di Amerika Serikat.
Tragedi WTC 911, adalah rekayasa AS dan
Israel
Studio-studio Allied Media Corp membuat
video dan audio tape untuk mantan
Pemerintahan Presiden Bush dalam rangka
Amerika Serikat melanjutkan “Perang
Melawan Teror” serta perang agresi
melawan rakyatnya sendiri termasuk
negara-negara berdaulat lainnya di dunia.
Paska 9/11 video tape dari bin Laden
yang menurut dugaan mengakui telah
melakukan serangan melawan Amerika
Serikat, adalah palsu dan orangnya yang
kita harus mempercayainya bahwa dia
adalah bin Laden, hanyalah seorang aktor.
George W. Bush menggunakan Allied
Media Corp dengan merekayasa
pembuatan video dan audio tape yang
dilakukan oleh para aktor yang melukiskan
bin Laden serta al-Qaeda membuat
ancaman melawan Amerika Serikat dalam
rangka mepengaruhi serta memaksa
Kongres untuk memberi Bush kekuasaan
diktator serta merampok hak-hak sipil dan
kemerdekaan rakyat Amerika.
Bin Laden tidak menyingkirkan kebebasan
anda, Bush di Gedung Putih lah yang
melakukan. Bin Laden tidak menyerang
Amerika Serikat pada tanggal 11
September 2001, Pemerintah Anda sendiri
lah yang melakukannya (Inside Job).
Bin Laden tidak membuat bangkrut
Amerika Serikat, Pemerintah Anda lah
yang melakukannya – sepanjang sejarah
semua kerajaan besar runtuh sebagai
akibat pembiayaan yang sangat mahal
dalam kampanye agresi.
Bin Laden tidak membunuh lebih dari 1
juta orang warganegaranya yang tidak
bersalah, Pemerintah Andalah yang
melakukannya – pertama dilakukan oleh
Pemerintahan Clinton, kemudian pada
masa Pemerintahan George W. Bush dan
Dick Cheney dan sekarang masa
Pemerintahan Obama.
Al Qaeda adalah dan selalu sosok yang
dibuat oleh organisasi teroris Amerika
Serikat. Terorisme dibuat dalam sebuah
agenda politik Amerika Serikat.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst

Translate

Arquivo do blog

Total Pageviews

Facebook