share
Tragedi tsunami telah 5 tahun berlalu, bencana alam terbesar ini
telah menewaskan ratusan ribu jiwa, jutaan rumah rata dengan tanah, bumi
Aceh seperti ladang yang hanya berisi sampah reruntuhan dan mayat yang
berserakan. Gulungan ombak itu seolah melenyapkan kehidupan di sana.
Seluruh dunia turut berduka dalam tragedi tersebut.
Sebagian besar orang menganggap musibah ini adalah bencana alam.
Sebabnya adalah lempeng bumi di belahan Sumatra mengalami pergeseran dan
menimbulkan patahan sehingga terjadilah gelombang tsunami yang diawali
dengan gempa bumi yang berkekuatan 6,87 skala richter menurut catatan
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Berbeda dengan catatan yang
diberikan oleh NOAA Amerika yang mencatat bahwa kekuatan gempa mula-mula
sebesar 8.0 SR kemudian dirubah menjadi 8.5 SR lalu 8.9 SR sampai
akhirnya NOAA menetapkan bahwa kekuatan gempa yang menimpa Aceh saat
terjadinya tsunami adalah sebesar 9.0 SR.
Perbedaan mengenai kekuatan gempa ini bagi sebagian kecil orang
menjadi sebuah kecurigaan. Mereka menganggap ada skenario dibalik
tsunami yang melanda Serambi Mekah tersebut. Seorang dosen Fakultas
Tekhnik Unisba, M.Dzikron A.M termasuk ke dalam sebagian kecil orang
yang mencurigai musibah yang melanda Aceh. Tak lain musibah itu adalah
skenario dari negara adidaya, Amerika Serikat.
Selain adanya perbedaan mengenai catatan kekuatan gempa, faktor
lain yang menguatkan bahwa tsunami Aceh merupakan tsunami buatan adalah
perbedaan mengenai letak epicentrum (pusat gempa pada permukaan bumi).
Australia merekam magnitudo dan posisi epicentrum sesuai dengan yang
ditentukan oleh kantor Geofisika Jakarta yaitu gempa berukuran 6,4 pada
skala Richter menimpa utara pulau Sumatra. Titik gempa berada di 155 mil
selatan-tenggara provinsi Aceh. Lokasi ini berbeda 250 mil dari posisi
yang ditentukan oleh NOAA Amerika, yang menyatakan bahwa epicentrum
berada di barat daya Aceh.
Selain itu Indonesia dan India juga merasakan keanehan akan tidak
adanya gempa ‘peringatan’ pada seismograf mereka. Hal ini berarti bahwa
gelombang kejut normal yang selalu mendahului gempa tidak ada. NOAA
menyatakan menerima ‘peringatan’ mengenai adanya gempa susulan, tetapi
sama sekali tidak terjadi. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh
frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan
proses yang terjadi mendadak.
Maka ketika resonansi karena frekuensi ini terjadi, pusat gempa
akan mulai bergetar, dan mengirimkan peringatan adanya gempa kepada
semua seismograf dalam bentuk gelombang transversal (tegak). Jika
gelombang yang diterima oleh seismograf adalah gelombang P, maka yang
dihadapi adalah gelombang akibat gempa bawah tanah atau bawah laut.
Nyatanya gelombang inilah yang diterima oleh Indonesia dan India.
Gelombang ini secara mengejutkan sangat mirip dengan gelombang yang
dihasilkan beberapa tahun lalu oleh senjata nuklir skala besar di bawah
tanah di Nevada.
Menyadari keanehan yang terjadi, pada tanggal 27 Desember India
menolak untuk bergabung dalam rencana ekslusif Bush yang akan menarik
semua kekuatan Nuklir Asia dari koalisi baru dengan Rusia, Cina, dan
Brazil.
Selain itu juga keanehan yang dapat kita saksikan secara langsung
dengan mata kepala adalah mayat-mayat korban tsunami tersebut mati
dengan keadaan yang gosong. Mungkinkah gelombang air laut dapat membuat
tubuh manusia menjadi gosong, rasanya sungguh tak masuk akal.
Satu hal yang sangat penting untuk kita ketahui bahwa sesungguhnya
gelombang tsunami hanya merupakan gelombang pelabuhan sesuai dengan
namanya yang berasal dari Jepang yaitu Tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang
berarti gelombang. Jadi sedahsyat-dahsyatnya gelombang tsunami hanya
akan melanda daerah sekitar pelabuhan. Tidak mungkin gelombang tersebut
sampai masuk ke daerah perkotaan seperti yang terjadi di Aceh.
Tentunya kita bertanya dengan alat secanggih apa yang bisa membuat
bencana sedahsyat tsunami yang melanda Serambi Mekah kita tersebut.
Hanya ada satu jawaban yang mungkin, yaitu dengan menggunakan bom
nuklir. Bom yang pernah meluluhlantakkan Hirosima dan Nagasaki.
Termonuklir itu tak lain adalah nuklir yang dapat mengakibatkan ledakan
dan menimbulkan gelombang yang maha dahsyat di Aceh. Dapat dipastikan
bahwa dalang dari semua ini adalah negara adidaya, Amerika Serikat.
3 bulan pasca tsunami Aceh dikepung oleh kapal induk milik Amerika
dengan tujuan agar para peneliti tidak mendekati Aceh dan mereka bisa
membersihkan puing-puing sisa bom nuklir tersebut. Akan tetapi 2 bulan
pasca tsunami yang melanda Aceh ditemukan sampah nukir berserakan di
Somalia, seperti yang diungkapkan oleh UNEP.
Tapi VOA Amerika mengklaim bahwa itu adalah sampah nuklir dari
Eropa. Padahal pada tahun 1972 PBB telah mengeluarkan peraturan untuk
tidak membuang sampah nuklir ke laut.
Dzikron mengungkapkan pendapatnya mengenai adanya tsunami buatan
ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang menjadi faktor utamanya
adalah berkaitan dengan motif ekonomi. Aceh merupakan daerah yang
menyimpan kandungan gas yang sangat banyak. Terbukti setelah tsunami
perusahaan gas yang terdapat di Aceh dikuasai oleh Amerika. Selain kaya
akan kandungan gas, Aceh juga menyimpan cadangan emas. Kawasan ini
memang terkenal sangat kaya dengan sumber kekayaan alam. AS, melalui
ExxonMobil, tentunya ingin mempertahankan dan memperluas
kekuasaannya.Salah satu jalan yang ditempuh dengan melenyapkan warga
Aceh, yang selama ini dianggap mengancam keberadaan perusahaan minyak
itu. Aceh terus mengajukan tuntutan agar diberi hak yang lebih besar
terkait kekayaan alamnya.Tujuan lainnya, AS ingin mendapatkan ladang
minyak baru dengan memunculkan “gempa buatan”.
Demikian kompleksnya tanda-tanda yang muncul sehingga kita sulit
untuk membedakan tsunami yang terjadi di Aceh adalah tsunami yang
disebabkan oleha alam ataukah sebuah bencana yan memang diciptakan oleh
tangan-tangan yang mempunyai kepentingan khusus. Tapi mari kita sejenak
mengingat janji Allah dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 41, bahwa Allah
telah berfirman “telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah mengehendaki agar
mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”. Sudah sangat jelas bahwa
semua kerusakan yang terjadi di alam ini adalah ulah-ulah tangan manusia
yang tidak mensyukuri rahmat Sang Pencipta. Allah telah mengatur
sedemikian rupa perputaran bumi dan segala apa yang yang ada di
dalamnya. Tak ada satu orang pun yang bisa mengubah kehendak Sang
Penguasa. Dari mulai angin yang bergerak menuju langit yang kemudian
menjadi awan dan awan berubah menjadi hujan, sungguh semua telah diatur
dalam Alquran. Allah tidak akan mengingkari janjinya. Dengan begitu
jelas semua kerusakan alam ini karena manusia sendiri dan kemungkinan
besar bencana tsunami juga adalah rekayasa tangan manusia.
Banyak orang tak percaya Tsunami yang meluluhlantakan Aceh dan
Sumatra Utara itu akibat rekayasa negara adidaya. Mereka tidak percaya
Amerika Serikat mampu merekayasa bencana alam sedahsyat itu. Ada juga
yang skeptis penggunaan energi nuklir pasti menimbulkan efek lain, yaitu
radiasi yang membawa banyak efek negatif bagi lingkungan maupun manusia
di lokasi bencana. Siapa yang kenal nuklir dan efeknya sebelum
hiroshima dan nagasaki? Maka teori Tsunami akibat nuklir pun dapat
disikapi secara sama. Secara teoritis, Warhead Thermonuklir W-53 Amerika
dengan kekuatan 9 megaton (hiroshima & nagasaki 1000 ton) dapat
dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat
selam dalam) yang biasa yang digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah
ini sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000pon per inchi
persegi di dasar palung laut dalam. Bobot total berikut wadahnya kurang
dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai
anjungan pengeborang minyak lepas pantai.
Di Asia terdapat lebih dari 300 anjungan. Siapa yang tahu jika
salah satu dari anjungan itu dipilih menjadi tempat titik episentrum
gempa? Kedua, yang lebih masuk akal, senjata yang digunakan bukan nuklir
melinkan senjata SCALAR. Teknologi senjata baru ini memang berpotensi
memanipulasi fenomena alam untuk menghancurkan musuh. Dari gempa bumi
hingga angin topan dapat ditimbulkan dengan tembakan gelombang
elektromagnetik berkekuatan sangat tinggi. Lebih logis jika senjata
SCALAR yang digunakan untuk menimbulkan gempa besar yang memicu Tsunami
Asia. Orang yang mencermati rentetan bencana alam di Asia dan Indonesia
akan menjumpai pola yang unik. Mengapa gempa yang menjadi lokasi gempa
beberapa daerah yang secara sosial politik bergejolak? Perlu diingat,
didaerah tersebut pasti ada perusahaan besar milik Amerika Serikat yang
mengeksploitasi kekayaan alam. Nabire terletak di papua, daerah yang
menjadi basis gerakan separatis OPM sekaligus daerah operasi Freeport.
Aceh jelas basis gerakan separatis GAM dan daerah operasi Mobil Oil dan
Caltex.
Menggunakan operasi pisau analisis teori konspirasi, tidak ada
peristiwa yang terjadi kebetulan. Mengapa “kebetulan” kapal induk USS
Abraham Lincoln berada di perairan Hongkong dan segera saja menuju Aceh?
Mengapa “kebetulan” pula pelabuhan milik Mobil Oil di Arun bisa
dilabuhi kapal induk?
Terlampau banyak ”kebetulan” yang muncul dalam rangkaian bencana alam di Indonesia.
Terlampau banyak ”kebetulan” yang muncul dalam rangkaian bencana alam di Indonesia.
Tapi yang jelas,skenario menggunakan senjata yang mampu melakukan
modifikasi lingkungan dan manipulasi fenomena alam, memang sangat
canggih. Dengan menggunakan SCALAR, taktik “lempar batu sembunyi tangan”
dapat diubah lebih efektif menjadi “lempar batu, datang dan jadi tuan”.
Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali
dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla (bagi yang pernah maen game
C&C Red Alert 2 pasti tidak asing dengan nama “Tesla”). Saintis ini
menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel
penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan
alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu
badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat
itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir. Belakangan senjata pemusnah
massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR.
Dalam bukunya “The Latest Weapon of War” (2000), Dr Rosalie
Bertell, menyatakan bumi bisa digunakan sebagai alat baru untuk
memenangkan “peperangan”. Bumi bisa digoncangkan dengan alat
berteknologi tinggi. Secara tegas Bertell berkata, dalam persenjataan
tentara AS senjata terkininya adalah bumi dan cuaca. “keduanya akan
menjadi senjata pemusnah terburuk menjelang 2025” katanya. Senjata
elektromagnetik bisa memunculkan ledakan yang seperti halnya gempa bumi.
Tentu saja kekuatan ini jauh melebihi kedashyatan senjata nuklir yang
dikenal sebagai senjata pemusnahan massal.
Menurut Bertell, As sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun
lalu. Negeri Paman Sam pernah menggunakan gelombang elektromagnetik dan
bahan kimia untuk melubangi ozon atmosfir di ruang udara beberapa negara
asia. Ketika itu AS menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke
lapisan ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik. Tak heran jika
antara periode 1980 hingga 1990, dilangit Amerika utara sering muncul
cahaya berpendar.
Uji coba itu menyebabkan gangguan luar biasa pada cuaca di seluruh
dunia. “antara 1960-an hingga 1990-an, kadar bencana alam yang besar
meningkat 10 kali lipat,” Kata Bertell. Fenomena El Nino antara 1997
hingga 1998 yang disebut-sebut banyak ahli sebagai penyebab kekacauan
cuaca diseluruh dunia, sejatinya, didahului gangguan besar dan
ketidakstabilan iklim di satu tahun sebelumnya. Pada 1996, terjadi
banjir besar di Asia Selatan, Nepal, India dan Bangladesh. Demikian juga
di Cina. Bencana terbesar terjadi di Kanada. Negara itu dihajar badai
Tornado dan banjir.
Teori Bertell didukung Michel Chossudovsky yang berprofesi sebagai
analis persenjataan global. Bahkan secara terang-terangan Chossudovsky
menuduh Pentagon sudah lama berkecimpung dalam memanipulasi cuaca. April
1997, menurut Menhan William Cohen, As terpaksa menghadapi serangan
senjata perubah cuaca dengan senjata sejenis. Demikian juga dengan
penggunaan gelombang elektromagnetik pemicu gempa. “ Washington kini
menerapkan orde baru persenjataanya yang mempunyai kemampuan untuk
merubah cuaca.” Kata Chossudovsky. Ini sekaligus menjadi jawaban mengapa
presiden George Bush tidak mau menandatangani protokol Kyoto. Sebuah
perjanjian antar bangsa mengenai kaidah pencegahan pemanasan global dan
pemulihan alam.
Salah seorang pakar dari Phillips Geophysis yang bekerja dalam
proyek HAARP (High Altitude Atmospheric Research Project) juga pernah
mengungkapkan adanya riset yang diarahkan untuk menciptakan
perangkat-perangkat pemicu bencana alam. Untuk mendukung kemampuan
SCALAR-nya, AS menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi sangat
rendah (Extremely Low Frequency atau ELF ) yang mampu menembus lapisan
tanah dan lautan hingga ratusan kilometer di dalam perut bumi. Melalui
modifikasi khusus, Gelombang itu mampu menggerakan lempeng tektonik
bumi. Menurut Dr Rosalie Bertell, seorang pengamat persenjataan non
konvesional, gempa bumi yang ditimbulkan oleh ELF akan terkait dengan
ionosfir (atmosfir yang berjarak 80-600 km dari permukaan bumi). Tak
heran jika gempa bumi Tang Shan di China pada 28 Juli 1976, terjadi
setelah muncul kilatan cahaya di langit China. Fenomena itu muncul
akibat gelombang ELF, yang telah ditembakkan Amerika Serikat, telah
memanaskan ionosfir.
Munculnya kilatan cahaya juga terjadi pada gempa Aceh, Nias, Jogja,
dan Pangandaran. Hal yang sama juga muncul pada 17 Oktober 1989, ketika
gempa besar melanda San Francisco. Demikian juga gempa di California
tanggal 12 September 1989. Harian Washington Times pada Maret 1992
meliris berita mengenai tertangkapnya gelombang radio misterius oleh
sejumlah satelit dan radar menjelang terjadi gempa besar di beberapa
negara antara tahun 1986-1989. Gempa-gempa itu terjadi di California,
Amerika, dan Jepang.Gempa bumi yang menggoyang Los Angeles pada 17
Januari 1994 juga didahului dengan gelombang radio dan dua letusan
hipersonik.
Menyikapi fenomena kilatan cahaya yang selalu mendahului terjadinya
gempa, pada tahun 1997 Pentagon mengeluarkan sinyalemen, telah terjadi
ancaman bagi keamanan dunia menggunakan senjata pemanipulasi cuaca,
pencetus gempa bumi dan peletusan gunung api dari jarak jauh dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik. Sebelumnya, pada pertengahan Juli
1996, sejumlah negara diguncang gempa. Yakni wilayah pegunungan Alpens
Prancis, Austria, selatan Italia, timur laut India, Jepang, Indonesia,
semenanjung Kamchatka dan selatan Mexico. Bahkan di New Zealand sebuah
gunung berapi meletus.
Menurut sebuah sumber, AS pernah menghantam Korea Utara dan Kuba
dengan senjata pengacau cuaca. Tujuannya, kemusnahan ekonomi, ekosistem
serta pertanian. Upaya ini berhasil. Korea Utara dan Kuba pernah
mengalami krisis akibat kacaunya cuaca.
Bagaimana yang terjadi terhadap Indonesia? Situs Conspiracy News,
menurunkan satu liris yang mengejutkan terkait bencana Aceh.Di situs itu
disebutkan, bencana Aceh terjadi setelah sembilan hari George Bush
mengeluarkan instruksi AS harus menguasai seluruh lautan dunia, untuk
tujuan keselamatan dan pembangunan Aceh. Sebuah fakta disodorkan.
Sebelum gempa menggoyang Aceh, Australia dan pangkalan AS di Diego
Garcia sudah mendapat informasi soal akan terjadinya gempa dan tsunami.
walhasil, ketika tsunami menyapu, pangkalan militer tempat bersandarnya
super tanker KC-135 itu sama sekali tidak terusik. Padahal jelas-jelas
pangkalan yang dihuni dua ribu lebih personil militer itu berada di
Samudera Hindia. Diego Garcia (pulau yang disewa AS dari pemerintah
Inggris) yang jaraknya tidak jauh dari pusat gempa bumi dilaporkan hanya
mengalami gelombang ombak setinggi 6 kaki.
Berkaitan dengan perbuatan Amerika tersebut Allah juga telah berkata dalam Alquran bahwa “Dan
apabila dikatakan kepada mereka,”janganlah berbuat kerusakan di bumi!”
mereka menjawab, “sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan
perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan,
tetapi mereka tidak menyadari”. (QS Al-Baqarah 11-12).
Bila kita melihat lebih jauh bahwa daerah yang menjadi sasaran
tsunami 26 Desember lalu, adalah daerah yang mayoritas muslim. Memang
telah tertulis di dalam Alquran bahwa Islam adalah musuh terbesar kaum
Yahudi, ini juga tertuang dalam QS Al-Baqarah: 217, “mereka
bertanya kepadamu (Muhammad)tentang berperang pada bulan haram.
Katakanlah, “berperang dalam bulan haram itu adalah (dosa) besar. Tetapi
menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi
orang masuk) masjidil haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya,
lebih besar dosanya dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam
daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai
kamu murtad (keluar) dari agamamu,jika mereka sanggup. Barang siapa
murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.
Maka tak salah jika orang-orang Yahudi mencoba dengan segala cara
untuk menjatuhkan muslim dan menghancurkan kaum muslim. Oleh karena itu
AS berusaha keras untuk memusnahkan muslim dengan berbagai cara.
Orang-orang Yahudi berada di balik kekuatan AS. Seperti yang terlansir
dalam media massa Israel.
Dunia tidak akan mengetahui Perdana Menteri Israel Ehud Olmert
membanggakan diri telah membuat Presiden Amerika George W. Bush seperti
anak kecil dengan memerintahkannya membatalkan rencana dukungan Amerika
atas Resolusi PBB yang memerintahkan penghentian serangan Israel atas
Gaza, jika saja media-media massa Israel tidak memberitakannya. Dunia
juga tidak akan pernah mengetahui Perdana Menteri Israel Ariel Sharon
mengatakan: “Kita, orang Yahudi menguasai Amerika. Orang-orang Amerika
tahu itu!”, jika saja media massa Israel tidak memberitakannya.
Sebagian besar orang menganggap Tsunami Aceh adalah bencana alam
murni, sebagian kecil lainnya melihat “out of the box” bahwa tsunami
adalah hasil rekayasa senjata thermonuklir Amerika yang diujicobakan.
Salah satu dari mereka, M.Dzikron AM, dosen Fak Teknik Unisba
menjelaskan hipotesa tentang hal ini,
1. NOAA, National Oceanic and Atmospheric Administration, beberapa
kali merubah data magnitudo dan posisi episentrum gempa, serta
kejanggalan tidak adanya peringatan pada ‘seismograf’ di Indonesia dan
India. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh apa yang disebut
frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan
sebuah proses yang terjadi secara mendadak spt tsunami di Aceh.
2.
Sebagian besar mayat yang ditemukan terbujur kaku dengan kulit berwarna
hitam pekat, kematian akibat tenggelam tidak akan mengubah warna kulit
sedemikian cepat dan sedemikian hitam, sebaliknya mayat-mayat hitam juga
nampak pasca dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
3. Kapal-kapal perang Amerika berdatangan dengan cepat dan bertahan
di Aceh selama beberapa bulan bukan sekedar memasukkan bantuan namun
juga mengawasi wilayah laut agar peneliti Indonesia tidak turun ke
sana.
4. Ditemukan sampah nuklir 2 bulan pasca tsunami di wilayah Somalia
yang kemudian diungkap UNEP, yang diduga berasal dari Samudera
Hindia.PenjelasanJenis senjata HAARP yang digunakan diperkirakan disebut
Warhead Thermonuklir W-53 dengan kekuatan 9 megaton ternyata dapat
dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat
selam dalam) yang biasanya digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini
sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000 pon per inchi
persegi di dasar palung laut dalam. Bobot total dengan wadahnya kurang
dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai
anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Metode teknologinya disebut
SCALAR, yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk memanipulasi
kekuatan alam.Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik
pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla Saintis ini
menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel
penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan
alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu
badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat
itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir. Belakangan senjata pemusnah
massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR. Anehnya, rancangan
Tesla ini kemudian hilang tak berbekas setelah ia meninggal dan muncul
kembali dalam program HAARP, padahal ketika pertama kali ditawarkan
kepada Pentagon, rancangan Tesla ini ditolak mentah-mentah.
Menurut Bertell, AS sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun
lalu. Negeri Paman Sam menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke
lapisan ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik ke langit
negara-negara asia. Teori Bertell didukung Michel Chossudovsky yang
berprofesi sebagai analis persenjataan global. Chossudovsky menuduh
Pentagon sudah lama membuat senjata untuk memanipulasi cuaca. April
1997, menurut Menhan William Cohen, AS terpaksa menghadapi serangan
senjata perubah cuaca dengan senjata sejenis. Demikian juga dengan
penggunaan gelombang elektromagnetik pemicu gempa dan tsunami.
Apa yang dijelaskan Bartell dan Chossudovsky sebenarnya berada di
luar nalar logika kita, sehingga kita lebih percaya bahwa sebuah tsunami
terlalu mustahiil dibuat dan dirancang oleh manusia. Namun bila kita
memikirkan isu apa yang saat ini digadang-gadang oleh Amerika dan
sekutunya, khususnya mereka yang terlibat dalam manipulasi Pemanasan
Global, maka senjata HAARP bukan lagi cerita fantasy Hollywood, seperti
orang-orang di seluruh dunia yang sebelumnya tidak pernah percaya pada
Bom Atom yang dijatuhkan Enola Gay ternyata hasil rekayasa teknologi
nuklir yang pada masa itu dianggap begitu canggih.
Seperti kita ketahui HAARP (High Altitude Atmospheric Research
Project) adalah senjata yang didisain untuk menciptakan bencana alam
seperti gempa, badai dan tsunami. HAARP memiliki alasan sendiri untuk
dijadikan sebagai kekuatan baru dalam isu pemanasan global, seperti
dalam project teranyar mereka yang menggunakan ELF (Extremely Low
Frequency) untuk menembus lapisan tanah dan es kemudian
menghancurkan/melelehkan lempeng artik, melubangi ozon seperti yg sdh
dijelaskan, membuat gempa spt di Haiti, China dan Korea, serta
menciptakan ‘hurricane‘.
Namun dalam Hadits nabi menjelaskan bahwa Menjelang
kiamat, bahkan batu dan pohon akan membongkar borok-borok dan keberadaan
Yahudi sehingga mereka dapat dihancurkan oleh umat Islam.
Sekarang bisa disimpulkan sendiri apakah bencana tsunami yang
terjadi di Aceh adalah sebuah bencana alam murni ataukah rekayasa
belaka???
Gempa Haiti dan Tsunami Aceh Bencana Buatan?
Saat ini di sejumlah mailing list beredar informasi dugaan bahwa
gempa dahsyat yang mengguncang Haiti bahkan tsunami Aceh 2004 bukan
murni bencana alam. Benarkah?
23 Januari 2010, informasi dari pangkalan Angkatan Laut Rusia
mengatakan gempa Haiti tidak murni bencana alam, melainkan hasil dari
uji coba senjata ‘pemicu gempa’ yang disiapkan Amerika untuk Iran.
Tujuannya, diduga untuk menggulingkan pemerintahan di negara Islam tersebut.
Armada Rusia mengklaim mengetahui hal itu, berdasarkan pantauan
terhadap gerakan marinir Amerika Serikat di Karibia sejak 2008, ketika
AS mengumumkan ingin membangun kembali armada keempatnya.
Reaksi militer AS yang cepat datang ke Haiti juga dijadikan penguat tudingan Rusia.
“AS sedang menguji salah satu senjata pemicu gempa yang akan
digunakan untuk menghajar Iran, justru berakibat fatal dan mengakibatkan
bencana dahsyat di Karibia,” seperti dimuat laman ViVe TV Venezuela, mengutip laporan Rusia.
Bahkan, juga diberitakan awal Januari, uji coba yang sama
mengakibatkan gempa sebesar 6,5 skala Richter di area dekat kota Eureka,
Kalifornia. Tak ada yang tewas, namun sejumlah bangunan dilaporkan
rusak.
Setelah berita itu dirilis, Presiden Venezuela, yang juga di
barisan penentang AS, Hugo Chavez buru-buru berkomentar. Dia mengklaim
hal yang sama, bahwa AS bertanggungjawab atas bencana gempa yang
mengguncang Karibia.
Chavez menuding AS menggunakan gempa Haiti sebagai dalih untuk
menduduki negara itu. Caranya, dengan mengirimkan tentara dengan dalih
membantu korban gempa.
Beberapa sumber juga berspekulasi gempa 7,8 SR yang mengguncang
Provinsi Sichuan, China pada 12 Mei 2008 juga diakibatkan hal yang sama.
Teori konspirasi yang beredar mengatakan gempa-gempa tersebut
adalah bagian dari uji coba HAARP (High Frequency Active Auroral
Reasearch Program).
Selain dituding bisa menyebabkan gempa, HAARP juga
dihubung-hubungkan dengan anomali cuaca yang dapat mengakibatkan banjir,
kekeringan, dan badai.
Apa sebenarnya HAARP itu?
Seperti dimuat laman haarp.alaska.edu, HAARP adalah usaha ilmiah yang ditujukan untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer (lapisan teratas atmosfer).
Terutama, untuk meningkatkan sistem komunikasi dan sistem pengawasan, baik untuk kepentingan sipil maupun pertahanan.
Sebaliknya, ilmuwan, Rosalie Bertell, dalam laman Baltimore Chronicle,
mengatakan HAARP seperti “raksasa pemanas’ yang dapat menyebabkan
gangguan besar dalam ionosfer, menciptakan tidak hanya lubang, tapi
sayatan panjang di lapisan pelindung yang mencegah radiasi mematikan.
Masih dari teori konspirasi yang beredar, tak hanya AS, Rusia dan
juga Uni Eropa juga punya proyek serupa, yang punya kemampuan sama, bisa
mengakibatkan efek merusak.
Bagaimana dengan tsunami 2004?
Lagi, lagi teori konspirasi mengatakan bahwa bencana tsunami yang
meluluhlantakkan Aceh dan beberapa negara di Samudera Hindia – yang
menyebabkan lebih dari 230 ribu orang tewas – juga bukan murini bencana
alam.
Diduga tsunami berkekuatan 23.000 bom atom itu sengaja diciptakan
AS. Para penganut teori konspirasi mengatakan AS melakukan itu untuk
mengalihkan perhatian orang dari topik Perang Irak.
Tak ada bukti otentik yang menguatkan dalil ini, namun ternyata banyak juga orang yang mempercayainya.
Post a Comment
Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst