Pasar Ponsel GSM Masih 72,6 Persen

Denpasar, Kompas.com,- Pertumbuhan pasar ponsel Indonesia rupanya masih sangat luar biasa. Hal itu ditandai dengan jumlah brand lokal yang kini tercatat berjumlah 147 buah. Jumlah itu bahkan bisa makin bertambah. "Sekarang bisa saja muncul 'raja-raja' ponsel lokal di daerah," ujar Hendru Susilo, GM Sales dan Marketing e-Touch Mobile yang ditemui di Denpasar Bali dalam acara Press Gathering. Bagaimana tidak, sejumlah penjual produk asal negeri negeri China bahkan sudah berani mendatangi calon pembelinya di Indonesia.

Fakta lain, menurut Hendru, potensi pasar ponsel GSM sendiri masih terbuka lebar. Ia menyebutkan angka 72,6 persen. Sementara CDMA hanya berkisar di angka 10 persen. Dan, sisanya ada ponsel berkapabilitas 3G (termasuk 3,5G) yang ternyata tak terlalu besar (hanya 11 sampai 13 persen saja).

Bicara tentang tren ponsel lokal sendiri, pria yang pernah bekerja di salah sebuah perusahaan elektronik raksasa Korea Selatan ini bilang hampir 80 persen dikuasai oleh jenis QWERTY. "Ini bisa dilihat di Denpasar. Sekarang permintaan ponsel QWERTY cukup tinggi," lanjutnya. Ia juga menyebut bahwa ponsel dengan layar 2 hingga 2,2 inci dan fasilitas televisi analog masih sangat diminati. "Ini fitur yang harus ada kalau mau menawarkan kepada konsumen," ujarnya.

Oleh sebab itu untuk menentukan jenis ponsel yang paling diminati oleh konsumen setidaknya harus memiliki beberapa fitur dan fasilitas di atas. Termasuk e-Touch yang kemudian lebih serius menekuni ponsel-ponsel GSM. Baginya bermain di ponsel CDMA terlalu kecil.

Memang tahun ini, target seperti yang diramalkan oleh GfK bahwa pertumbuhan ponsel di Indonesia akan menembus angka 2 juta unit per brand belum tercapai. "Hingga Mei saja masih 1,7 juta unit," jelasnya. Karena itulah salah satu faktor penting yang harus dipilih adalah bermain harga yang pas dengan ukuran kantung konsumen.

Tahun ini, masih kata Hendru, terjadi kenaikan persentase pada ponsel-ponsel di kisaran di bawah Rp 1 juta. "Sudah mencapai 68 persen. Padahal tahun lalu baru sekitar 55 persen," tandasnya. Data lainnya, pertumbuhan ponsel yang berada di bawah kiasaran Rp 500 ribu juga tengah mendaki. Mencapai 30 persen. Maka tak pelak, yang namanya perang harga pun terjadi.

Lantas, apakah dengan cara membanting harga cukup?

Ternyata tidak. "Layanan purnajual memegang peranan penting. Seperti kami kini sudah punya 30 jaringan di seluruh Indonesia," kata Hendru. Dan after sales service tak bisa diserahkan kepada mitra kerja begitu saja. Harus dimiliki sendiri. Ia menconothkan beberapa brand yang kemudian nyaris tak terdengar kabarnya gara-gara tak punya kesiapan layanan purnajual.

e-Touch sendiri belakangan tengah gencar mengkampanyekan bahwa produknya bukan termasuk salah satu produk lokal. Produk ini memiliki pabrik sendiri. "Kami melakukan kontrol kualitas sebelum didistribusikan," lanjutnya, Bahkan produk e-Touch tidak hanya dilepas di Indonesia. Di sejumlah negara Asia pun tersedia.

Ia juga setuju jika beberapa brand merilis ponsel untuk kalangan komunitas tertentu. Namun, ia melihat hal ini sebagai sebuah cara lain untuk meningkatkan brand awareness. "Kalau mau mencari penjualan, ya tetap lewat retail," akunya. Cara retail sendiri masih meraih sekitar 70 persen. Bandingkan dengan komunitas yang hanya sekitar 5 persen.

Ia menambahkan, selain perpaduan antara fitur, kualitas produk, layanan purnajual, dan harga, faktor bentuk pun belakangan juga tengah jadi perhitungan. "Produk yang slim sekarang makin diminati," tegasnya. Karena itu e-Touch konsisten mengemas produknya dengan bodi yang lebih tipis. Msalahnya, memang tak mudah. Sebab dengan ketebalan minimal 6 milimeter itu sudah dianggap paling tipis.

Mencermati hadirnya ponsel brand baru ini memang menarik. Miliaran rupiah dikucurkan untuk mengenalkan produk lewat iklan. Lagi-lagi uang bicara. Namun bukan berarti ini adalah satu-satunya cara untuk melanggengkan brand. Terbukti tak sedikit yang akhirnya kelimpungan. Di sisi lain, di pasar masih begitu tebal kue yang tersedia. (ANDRA/FORSEL)

Post a Comment

Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst

Previous Post Next Post