Pembangunan ibu kota baru Indonesia, Nusantara (IKN), kembali disoroti. Terbaru, Kepala Otorita IKN Bambang Susantono dan Wakilnya Dhony Rahajoe memutuskan untuk mundur dan digantikan sementara oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Wakil Menteri Agraria Raja Juli Antoni.
Hal ini menjadi
sorotan media asing. Agence France Presse (AFP) menyebut
bagaimana kedua figur itu mundur di saat proyek IKN masih dirasa kurang
mendapatkan investasi asing.
"Presiden Indonesia telah mengganti kepala ibu kota negara
yang baru, dalam sebuah perombakan yang mengejutkan hanya beberapa minggu
sebelum proyek kontroversial senilai US$32 miliar tersebut resmi dibuka di
pulau Kalimantan," muat laman AFP yang berjudul "Indonesia replaces new capital chief
weeks before opening", Jumat (7/6/2024).
AFP menyebutkan bahwa
IKN akan resmi menjadi Ibu Kota Indonesia pada Agustus mendatang. Nantinya IKN
akan menjadi daya tarik baru menggantikan Jakarta.
"Ribuan pegawai negeri diperkirakan akan pindah ke kota ini
pada bulan September untuk mulai bekerja, namun rencana Jakarta telah tertunda
beberapa bulan karena lambatnya pembangunan," tulisnya.
Sebenarnya,
pemerintah Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan
pemindahan ibu kota ke IKN pada 2019 lalu. Salah satu alasan pemindahan ibukota
ini adalah untuk mengurangi beban Jakarta dan Jabodetabek.
Jakarta sendiri
saat ini sedang mengalami permasalahan ekologis yakni penurunan tinggi
permukaan tanah. Beberapa wilayah bahkan terancam tenggelam oleh turunnya
permukaan tanah dan naiknya muka air laut.
Hal ini pun
sempat disoroti Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Dalam pidatonya di
kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada akhir Juli 2021, presiden negara
adidaya itu menyebut bahwa Jakarta terancam tenggelam dikarenakan perubahan
iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh dunia.
"Jika,
pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi, Anda akan
memiliki jutaan orang yang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur...,"
ujarnya kala itu.
"...Apa
yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke
depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada
di bawah air?"
Nyatanya,
ucapan Biden ini bukan tanpa alasan. Di tahun 2019, World Economic Forum
merilis beberapa kota yang mungkin tenggelam pada 2100 bila tidak ada
perubahan. Jakarta bertengger di posisi pertama kota dunia yang akan tenggelam,
diikuti Lagos, Nigeria, serta Houston, AS.
Di tahun 2021,
Badan Antariksa AS NASA mengatakan meningkatnya suhu global dan lapisan es yang
mencair membuat banyak kota di pesisir seperti Jakarta menghadapi resiko banjir
dan juga luapan air laut yang semakin besar.
"Masalah
banjir itu juga semakin memburuk dalam beberapa dekade karena adanya pemompaan
air tanah yang menyebabkan tanah tenggelam atau surut," ujar badan yang
berbasis di Washington itu.
NASA mencatat
bahwa kenaikan laut global yang rata-rata naik sebesar 3,3 mm per tahun dan
adanya tanda badai hujan makin intens saat atmosfer memanas, NASA mengatakan
banjir jadi hal biasa. Sejak tahun 1990-an bahkan banjir besar telah terjadi di
Jakarta dan musim hujan 2007 membawa kerusakan dengan 70% wilayah terendam.
NASA juga
mengunggah gambar landsat yang menunjukkan evolusi Jakarta dalam tiga dekade
terakhir. Adanya pembabatan hutan dan vegetasi lain dengan permukaan kedap air
di daerah pedalaman di sepanjang sungai Ciliwung dan Cisadane telah mengurangi
jumlah air yang dapat diserap.
Ini juga yang
menyebabkan adanya limpahan serta banjir bandang. Populasi wilayah Jakarta
lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020 telah membuat lebih banyak
orang yang memadati dataran banjir dengan resiko tinggi.
Celakanya lagi,
banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala
oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan terhadap luapan.
Post a Comment
Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst