Hal yang selalu menarik untuk disimak. Topik yang selalu highlight
untuk diikuti. Membuat seseorang ingin segera pulang dan bersama
menyaksikan arugmen-argumen seru tentangnya. Tidak menghiraukan tukang
nasi goreng, bakso kecamatan, terang bulan, martabak, yang serasa
menghentikan laju mobilnya untuk sekedar bilang “bang, bungkus nasi
goreng dua ya”, “pak, bakso satu bungkus spesial” atau terang bulan dan
martabak telur dua bungkus ya pak”. Lewat, semuanya lewat hanya demi
mengejar satu topik seru yang tentang Jodoh. Hehehe…Dan ternyata ketika
sampai, tibalah acaranya sudah buyar…Bakso tak dapat, nasi goreng ga
ngikut, apalagi martabak dan terang bulan. Tapi satu hal yang tidak
terlewatkan, ceritaku…Iya, ceritaku pasti lebih seruh dari pada Pak
Mario Teguh…Hehe..
Hem… perihal jodoh. Terutama bagi insan yang sudah sangat serius memikirkan masalah pernikahan dan pendamping hidup yang “pas”, pasti akan sangat mudah mengikuti satu trending topic ini. Entah suatu kebetulan, atau kesengajaan tanpa perencanaan, tapi yang jelas kali ini pak Mario berhasil mengalihkan perhatian saya dari Laptop untuk menengok dan akhirnya duduk nyaman di ruang TV.
Jodoh, Jodoh, Jodoh, di tangan siapa?
Cerita versi saya, beberapa quote dari Pak Mario dan beberapa referensi lain. Kurang lebihnya beginilah kemasannya.
Upayakan. Ya, harus diupayakan. Jodoh itu harus diupayakan kehadirannya. Apapun bentuknya, yang pasti harus ada upaya untuk menjemputnya. Banyak hal yang bisa dikatakan sebagai upaya.
Ada pertanyaan yang di lontarkan pak Mario kepada audience. Diantara 3 orang ini, manakah yang anda pilih untuk dijadikan sebagai pendamping hidup Anda?
– Orang kaya raya yang tidak Anda kenal sama sekali.
– Pacar Anda yang sudah bertahun-tahun menemani Anda, tetapi masih sial.
– Orang yang sudah tua, kaya raya, tetapi sangat mencintai Anda.
Silahkan dipilih-dipilih. Nah lho kayak jualan saja. Hehe. Yang pasti setiap orang memiliki pertimbangan sendiri kenapa memilih si A atau si B sebagai pendamping hidupnya untuk dinobatkan dalam sebuah ikatan pernikahan yang hanya sekali seumur hidup itu. Nikah, Nikah, Nikah. Ngomong-ngomong soal nikah, ada statement yang menggelitik dan pas banget.
“Orang yang’ kebelet’ nikah, tidak bisa lagi dinasehati (Mario Teguh). “
Hingga orang tua sudah tidak bisa lagi menasehati anaknya, atau bahkan sanga anak bilang, orang tua tidak usah ikut campur. Nah lho, seolah-olah perasaannya tidak lagi mampu terbendung, maunya cuman nikah, cepat, dan secepatnya saja. Ketika jatuh cinta, semuanya terlihat begitu indah, begitu menyenangkan, dan selayaknya orang yang takut dosa, memang nikah adalah jalan yang terbaik untuk menghalalkan perasaaan indah itu. Saking indahnya setiap persaaan yang muncul, tidak jarang mengalahkan logika. Tidak bisa lagi memandang bagaimana calon pendamping hidupnya. Tidak lagi mampu menilai mana yang pas dan kurang pas. Tapi itulah perasaan. Datang tidak diundang, dan berkobar dengan sendirinya. Semua bisa dikontrol sebenarnya, namun tidak untuk dimusnahkan.
Logika cinta, mungkin itu yang harusnya ada. Logika cinta tidak akan sama dengan logika matematika, fisika, atau logika seorang programer (if else nya sudah jauh berbeda), jika dituliskan tidak akan menjadi sebuah program yang sukses running, namun dengan logika cinta semuanya akan berjalan tanpa eror. Trust Me, Its Work!!!
Ketika sebelum menikah, semuanya bisa dikatakan “ooooohhh….!!”, ooh bisa masak, oooh pinter. Namun ketika pasca nikah, ternyata intonasi berubah menjadi “eeeeee….”. Ealah, kok gini, kok gitu… Ups, ini paradigma yang harus diubah menurut saya. Jadikan semua yang tampak bagus di awal, lebih bagus di belakang. Buatlah gradian dari kiri bawah ke kanan atas. Tingkatkan terus kualitas hubungan sebelum dan sesudah nikah. Harus semakin meningkat. Jadikan “ooooohhh …. “ menjadi “woooooooohhh..”. Lebih memukau. Lebih indah dan lebih seru pada waktunya yang halal.
Oleh sebab itu, pak Mario sempat mengkhawatirkan semua yang dipelajari ketika sedang jatuh cinta adalah tidak akan masuk dengan logika.
“Belajarlah ilmu nikah untuk kebaikan hidupmu, sebelum Anda jatuh cinta agar dapat berfikir logis.”
Bisa jadi benar bisa jadi kurang tepat. Karena terkadang dengan belajar pada saat jatuh cinta, semua begitu mudah dicerna, mudah dimengerti, dan sangat bisa dilogika, dengan logika cinta. Wkwkwkwk.
Kepantasan. Faktor kepantasan ini penting. Jangan egois, jangan minder, percayalah pada diri yang utuh, dan dapatkan pasangan Anda adalah yang pas dan terbaik buat Anda.
Ada dua doa yang disampaikan oleh Pak Mario Teguh, yang kurang lebihnya adalah seperti ini.
– Ya Tuhan, berikanlah jodoh yang terbaik, kaya, pintar, lancar rejekinya, cakep, bla bla bla….sehingga akan menjadikan masa depan saya lebih baik…
– Ya Tuhan, lancarkanlah rejeki saya, jagalah diri ini, bla bla bla, sehingga dapat kupersembahkan untuk belahan jiwa…
Doa pertama adalah doa orang egois yang tanpa melihat bagaimana dirinya sendiri. Tanpa bercermin melihat bagaimana kelebihan dan kekurangannya. Dan berharap pasangannya adalah yang terbaik untuk dirinya. Doa kedua adalah doa seorang yang tahu akan dirinya. Diperbaiki dirinya, disiapkan dirinya, dipantaskan dirinya, untuk belahan jiwa yang sudah disipakan Alloh.
“Orang yang baik, pasti akan mendapatkan yang baik pula”. Jika anda khawatir perihal rejeki, berfikirlah bahwa karakter yang baik itu sudah rejeki.”
Teori kepantasan ini sebenarnya juga sudah tercantum jelas pada QS. An Nur : 26.
اَÙ„ْخـَبِيـْثــاَتُ Ù„ِÙ„ْØ®َبِÙŠْثـِÙŠْÙ†َ Ùˆَ اْلخَبِÙŠْØ«ُــوْÙ†َ Ù„ِÙ„ْØ®َبِÙŠْثاَتِ Ùˆَ الطَّÙŠِّبَاتُ Ù„ِلطَّÙŠِّبِÙŠْÙ†َ Ùˆَ الطَّÙŠِّبُÙˆْÙ†َ Ù„ِلطَّÙŠِّبَاتِ
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26).
Ayat ini masih ada kelanjutannya, yang seringnya tidak diikutsertakan dalam banyak pembahasan.
“Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).
Banyak penafsiran perihal ayat tersebut di atas. Salah satunya adalah bisa dibaca di sini
Namun pemahaman saya singkatnya begini. Alloh tidak memberikan hukum otomatis bahwa laki-laki yang baik, defaultnya pasti mendapatkan wanita yang baik. Namun lebih cenderung kepada upaya dan usaha. Bagaimana kita mengupayakan diri kita agar menjadi pribadi dengan karakter yang baik, lalu bagaimana kita mengusahakan untuk dekat dengan orang yang baik. Kebaikan yang kita upayakan untuk diri kita sendiri, kelak akan berbuah dengan seseorang yang juga di luar sana sudah mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, menjaga dirinya, untuk pada akhirnya dipertemukan dengan orang yang “se-kufu” dengannya.
Dan satu hal penting yang sangat perlu digarisbawahi, yaitu parameter baik. Yang tahu apakah diri ini sudah baik atau belum, bukanlah kita sebagai jurinya. Hanya Alloh juri mutlak yang keputusannya sudah tidak bisa diganggu gugat dan diragukan. Dia lah yang akan menilai apakah kita sudah baik atau belum. Dialah yang akan memantaskan kebaikan diri kita dengan kebaikan pendamping hidup kita. Maka dari itu, kita bukanlah peramal yang mampu menerawang siapakah jodoh kita, siapakah orang yang baik itu, sehingga jalan yang paling mungkin adalah perbaiki diri sendiri untuk menjemput jodoh yang baik yang sudah dipersiapkan itu. Jodohmu, jodohku, pasti tidak akan tertukar. Trust it!!
“Manusia Memilih, Tuhan menyetujui.”
Tuhanlah yang menyetujui. Tapi apakah Tuhan selalu menyetujui meskipun pilihan Anda itu buruk? Jawabannya TIDAK. Manusia memang yang memilih. Tahukah bahwa pilihan Anda itu yang terbaik diantara yang terbaik? Tidak, Anda tidak tahu karena kebaikan bukan sebatas mata memandang. Kebaikan bukan yang kasat mata, kebaikan adalah sesuatu yang abstrak dan konkrit sekaligus. Maka, pasrahkanlah pilihan Anda, dekatkan, serahkan semua kepada sang Pemilik Keputusan Mutlak, Alloh S.W.T.
Bagi para pejuang cinta, selamat berjuang demi mewujudkan pernikahan bersama jodoh terbaik!!!
Hem… perihal jodoh. Terutama bagi insan yang sudah sangat serius memikirkan masalah pernikahan dan pendamping hidup yang “pas”, pasti akan sangat mudah mengikuti satu trending topic ini. Entah suatu kebetulan, atau kesengajaan tanpa perencanaan, tapi yang jelas kali ini pak Mario berhasil mengalihkan perhatian saya dari Laptop untuk menengok dan akhirnya duduk nyaman di ruang TV.
Jodoh, Jodoh, Jodoh, di tangan siapa?
Cerita versi saya, beberapa quote dari Pak Mario dan beberapa referensi lain. Kurang lebihnya beginilah kemasannya.
Upayakan. Ya, harus diupayakan. Jodoh itu harus diupayakan kehadirannya. Apapun bentuknya, yang pasti harus ada upaya untuk menjemputnya. Banyak hal yang bisa dikatakan sebagai upaya.
Ada pertanyaan yang di lontarkan pak Mario kepada audience. Diantara 3 orang ini, manakah yang anda pilih untuk dijadikan sebagai pendamping hidup Anda?
– Orang kaya raya yang tidak Anda kenal sama sekali.
– Pacar Anda yang sudah bertahun-tahun menemani Anda, tetapi masih sial.
– Orang yang sudah tua, kaya raya, tetapi sangat mencintai Anda.
Silahkan dipilih-dipilih. Nah lho kayak jualan saja. Hehe. Yang pasti setiap orang memiliki pertimbangan sendiri kenapa memilih si A atau si B sebagai pendamping hidupnya untuk dinobatkan dalam sebuah ikatan pernikahan yang hanya sekali seumur hidup itu. Nikah, Nikah, Nikah. Ngomong-ngomong soal nikah, ada statement yang menggelitik dan pas banget.
“Orang yang’ kebelet’ nikah, tidak bisa lagi dinasehati (Mario Teguh). “
Hingga orang tua sudah tidak bisa lagi menasehati anaknya, atau bahkan sanga anak bilang, orang tua tidak usah ikut campur. Nah lho, seolah-olah perasaannya tidak lagi mampu terbendung, maunya cuman nikah, cepat, dan secepatnya saja. Ketika jatuh cinta, semuanya terlihat begitu indah, begitu menyenangkan, dan selayaknya orang yang takut dosa, memang nikah adalah jalan yang terbaik untuk menghalalkan perasaaan indah itu. Saking indahnya setiap persaaan yang muncul, tidak jarang mengalahkan logika. Tidak bisa lagi memandang bagaimana calon pendamping hidupnya. Tidak lagi mampu menilai mana yang pas dan kurang pas. Tapi itulah perasaan. Datang tidak diundang, dan berkobar dengan sendirinya. Semua bisa dikontrol sebenarnya, namun tidak untuk dimusnahkan.
Logika cinta, mungkin itu yang harusnya ada. Logika cinta tidak akan sama dengan logika matematika, fisika, atau logika seorang programer (if else nya sudah jauh berbeda), jika dituliskan tidak akan menjadi sebuah program yang sukses running, namun dengan logika cinta semuanya akan berjalan tanpa eror. Trust Me, Its Work!!!
Ketika sebelum menikah, semuanya bisa dikatakan “ooooohhh….!!”, ooh bisa masak, oooh pinter. Namun ketika pasca nikah, ternyata intonasi berubah menjadi “eeeeee….”. Ealah, kok gini, kok gitu… Ups, ini paradigma yang harus diubah menurut saya. Jadikan semua yang tampak bagus di awal, lebih bagus di belakang. Buatlah gradian dari kiri bawah ke kanan atas. Tingkatkan terus kualitas hubungan sebelum dan sesudah nikah. Harus semakin meningkat. Jadikan “ooooohhh …. “ menjadi “woooooooohhh..”. Lebih memukau. Lebih indah dan lebih seru pada waktunya yang halal.
Oleh sebab itu, pak Mario sempat mengkhawatirkan semua yang dipelajari ketika sedang jatuh cinta adalah tidak akan masuk dengan logika.
“Belajarlah ilmu nikah untuk kebaikan hidupmu, sebelum Anda jatuh cinta agar dapat berfikir logis.”
Bisa jadi benar bisa jadi kurang tepat. Karena terkadang dengan belajar pada saat jatuh cinta, semua begitu mudah dicerna, mudah dimengerti, dan sangat bisa dilogika, dengan logika cinta. Wkwkwkwk.
Kepantasan. Faktor kepantasan ini penting. Jangan egois, jangan minder, percayalah pada diri yang utuh, dan dapatkan pasangan Anda adalah yang pas dan terbaik buat Anda.
Ada dua doa yang disampaikan oleh Pak Mario Teguh, yang kurang lebihnya adalah seperti ini.
– Ya Tuhan, berikanlah jodoh yang terbaik, kaya, pintar, lancar rejekinya, cakep, bla bla bla….sehingga akan menjadikan masa depan saya lebih baik…
– Ya Tuhan, lancarkanlah rejeki saya, jagalah diri ini, bla bla bla, sehingga dapat kupersembahkan untuk belahan jiwa…
Doa pertama adalah doa orang egois yang tanpa melihat bagaimana dirinya sendiri. Tanpa bercermin melihat bagaimana kelebihan dan kekurangannya. Dan berharap pasangannya adalah yang terbaik untuk dirinya. Doa kedua adalah doa seorang yang tahu akan dirinya. Diperbaiki dirinya, disiapkan dirinya, dipantaskan dirinya, untuk belahan jiwa yang sudah disipakan Alloh.
“Orang yang baik, pasti akan mendapatkan yang baik pula”. Jika anda khawatir perihal rejeki, berfikirlah bahwa karakter yang baik itu sudah rejeki.”
Teori kepantasan ini sebenarnya juga sudah tercantum jelas pada QS. An Nur : 26.
اَÙ„ْخـَبِيـْثــاَتُ Ù„ِÙ„ْØ®َبِÙŠْثـِÙŠْÙ†َ Ùˆَ اْلخَبِÙŠْØ«ُــوْÙ†َ Ù„ِÙ„ْØ®َبِÙŠْثاَتِ Ùˆَ الطَّÙŠِّبَاتُ Ù„ِلطَّÙŠِّبِÙŠْÙ†َ Ùˆَ الطَّÙŠِّبُÙˆْÙ†َ Ù„ِلطَّÙŠِّبَاتِ
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26).
Ayat ini masih ada kelanjutannya, yang seringnya tidak diikutsertakan dalam banyak pembahasan.
“Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).
Banyak penafsiran perihal ayat tersebut di atas. Salah satunya adalah bisa dibaca di sini
Namun pemahaman saya singkatnya begini. Alloh tidak memberikan hukum otomatis bahwa laki-laki yang baik, defaultnya pasti mendapatkan wanita yang baik. Namun lebih cenderung kepada upaya dan usaha. Bagaimana kita mengupayakan diri kita agar menjadi pribadi dengan karakter yang baik, lalu bagaimana kita mengusahakan untuk dekat dengan orang yang baik. Kebaikan yang kita upayakan untuk diri kita sendiri, kelak akan berbuah dengan seseorang yang juga di luar sana sudah mempersiapkan dirinya sebaik mungkin, menjaga dirinya, untuk pada akhirnya dipertemukan dengan orang yang “se-kufu” dengannya.
Dan satu hal penting yang sangat perlu digarisbawahi, yaitu parameter baik. Yang tahu apakah diri ini sudah baik atau belum, bukanlah kita sebagai jurinya. Hanya Alloh juri mutlak yang keputusannya sudah tidak bisa diganggu gugat dan diragukan. Dia lah yang akan menilai apakah kita sudah baik atau belum. Dialah yang akan memantaskan kebaikan diri kita dengan kebaikan pendamping hidup kita. Maka dari itu, kita bukanlah peramal yang mampu menerawang siapakah jodoh kita, siapakah orang yang baik itu, sehingga jalan yang paling mungkin adalah perbaiki diri sendiri untuk menjemput jodoh yang baik yang sudah dipersiapkan itu. Jodohmu, jodohku, pasti tidak akan tertukar. Trust it!!
“Manusia Memilih, Tuhan menyetujui.”
Tuhanlah yang menyetujui. Tapi apakah Tuhan selalu menyetujui meskipun pilihan Anda itu buruk? Jawabannya TIDAK. Manusia memang yang memilih. Tahukah bahwa pilihan Anda itu yang terbaik diantara yang terbaik? Tidak, Anda tidak tahu karena kebaikan bukan sebatas mata memandang. Kebaikan bukan yang kasat mata, kebaikan adalah sesuatu yang abstrak dan konkrit sekaligus. Maka, pasrahkanlah pilihan Anda, dekatkan, serahkan semua kepada sang Pemilik Keputusan Mutlak, Alloh S.W.T.
Bagi para pejuang cinta, selamat berjuang demi mewujudkan pernikahan bersama jodoh terbaik!!!
Comments
saya g bs ngejelasin smpe sedetail ini.
bagus.. :)
klo sy seh suka sm penjelasanny..pas g kurang g jg lebih, krn sy termasuk sisi yg sependapat dgn pak MT ini jg.
yups..justru berbeda itu bkn indah
I like this ..
Sukses Selalu ya….
kalimat ini sangat benar menurut saya.. tidak ada daun jatuh kebumi kecuali atas persetujuan Allah.. seandainya kita mendapatkan jodoh yang dibawah dari seharusnya juga karena Allah menyetujui.. karena itu permintaan manusianya.. tidak ada di dunia ini yang tanpa persetujuan Allah..
bpk mario teguh itu ngerti agama lhoo…hehehe
Ternyata kepantasan diri itulah sebuah cermin kita
menyetujui meskipun pilihan Anda itu buruk? Jawabannya TIDAK. Manusia memang yang memilih.
Tahukah bahwa pilihan Anda itu yang terbaik diantara
yang terbaik? Tidak, Anda tidak tahu karena kebaikan
bukan sebatas mata memandang. Kebaikan bukan yang
kasat mata, kebaikan adalah sesuatu yang abstrak dan
konkrit sekaligus. Maka, pasrahkanlah pilihan Anda,
dekatkan, serahkan semua kepada sang Pemilik
Keputusan Mutlak, Alloh S.W.T.”
Jodoh kita sebenarnya ditetapkan atau disetujui ya? Benar ga kalau jodoh kita sudah ditetapkan, tapi ada proses yg harus melalui persetujuan Nya?
Baik buruk pilihan menurut Nya, kita gak tau, tapi sebelum menyerahkan pilihan ke Allah (fase bersyukur), parameter pilihan kita apa ya? Karena kadang ada saja benturan pendapat di keluarga, tentang ukuran kepantasan jodoh -_-
Trims sebelumnya.