Anugerah Wildan pertama kali makan bubur ayam Abah Odil bersama orang tuanya, beberapa tahun lalu. Setelah itu dia ketagihan lalu mengajak teman sebayanya untuk menyantap bubur khas Tasikmalaya itu.
"Rasanya enak apalagi kalau pakai telur setengah matang. Sering ke sini, selain itu enak suasananya dan ramah," kata mahasiswa Universitas Brawijaya asal Papua itu.
Hal serupa juga disampaikan Nita Etnita Kurnia Sari, mahasiswa jurusan seni tari Universitas Negeri Malang. Dia merasa cocok dengan ukuran menu yang disajikan. "Soalnya saya tidak suka kuah, cocok juga untuk diet," tegasnya.
Kepuasan pelanggan menjadi satu-satunya kebahagiaan Ate Rushandi sepanjang 11 tahun menekuni profesi sebagai tukang bubur ayam. Nama bubur ayam Abah Odil diambil dari nama anak bontotnya, Abdillah yang biasa disapa Odil.
Bicara soal perjalanan bisnisnya dari semula hanya beromzet Rp 15.000 hingga kini mengantongi Rp 1,3 miliar, tak lepas dari campur tangan Tuhan. Kesuksesannya meramu bisnis bubur ayam berkat keterlibatan Allah SWT.
"Bisnis ke-19 kali, sudah dalam keterpurukan, pasrah dengan melibatkan Allah," kata Abah Odil saat ditemui merdeka.com di salah satu rukonya di Jalan Soekarno - Hatta Kota Malang, Rabu (1/3).
Abah tak menyangka bisnisnya berkembang pesat dalam satu dekade terakhir, dari berjualan dengan gerobak di pingiran jalan sampai kini berjualan di ruko dan punya 4 cabang.
"Kita nikmati, kenikmatan dari bubur. Tidak menyangka, tukang bubur sudah punya kantor. Bayangin, dari tukang bubur di pingir jalan," ungkapnya.
Kenikmatan berjualan bubur tidak hanya dari sisi materi atau pundi-pundi uang yang dikumpulkan. Abah Odil justru merasakan kenikmatan lain yakni kedekatan dengan Tuhan. Dengan berjualan bubur, hidup keagamaannya lebih teratur. Dia tak pernah melewatkan waktu salat berjamaah bersama keluarga dan karyawannya.
Tidak hanya itu, dia juga punya waktu mengikuti pengajian. Menurutnya, ini penting. Apalagi setelah perjalanan hidup dan bisnisnya yang tak lepas dari campur tangan Allah. Ate merasa terlambat melibatkan Allah dalam menjalankan bisnisnya.
"Dulu rezeki berlimpah barangkali ya, kemudian lalai, baru lewat bubur ini lah diberi jalan. Barangkali lewat ini juga dibersihkan semua, menjadi rezeki yang barokah," tutupnya.
Post a Comment
Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst