Judulnya FUNRace, semua kelas kelas yang dibuka ramai peserta. Bahkan kelas Sport 250 cc bila tak dibatasi akan meluber. Itu pun kelas ini dibagai tiga. Yakni pemula A,Pemula B dan 250 Pro. Waw peserta setiap kelas tersebut mencapai 40. Itu peserta bukan starter, kalau peserta 1 motor satu orang satu kelas. Bila disebut starter, satu peserta terdaftar di beberapa kelas. Ditotal ada 360 peserta yang datang.
Seperti itulah seri 3 Indonesia Trackday Series (ITS) yang berlangsung di Sentul International Circuit atau Sentul Besar pada 20 Desember 2014. Balapannya memang Sabtu doang. Tak ada acara QTT apalagi scrutineering. Kelas dibagi seperti wujud motor. Kelihatan sport 250, ya itu patokannya. “Kan sifatnya
fun, nggak ada aturan yang mengikat,” jelas Eddy Saputra yang ikut terlibat sebagai pendamping panitia.
Di ITS cuma ada empat kelas. Yakni 150 2T (A&B). Lalu, kelas 150 cc 4Tyang boleh diikuti MX, R15, CBR150 dan FU150. Sedang kelas 250 cc 4T(A,B dan Pro). Ada juga 200 – 225 cc 4T dan 600 – 1000 cc. “Saya ikut di 150, motornya YamahaMX. Pembalapnya Doni,” jelas Jimmy dari UMA Racing Indonesia yang mengaku kapasitas motornya bermain 170 cc, tapi nggak masalah lantaran tak dilakukan pemeriksaan teknik walau pada aturan dikeluarkan panitia kelasnya 150 cc.
Pendaftaran Sabtu,latihan Sabtu dan balapannya Sabtu
Nggak ada QTT untuk grid pakai undian
Kan sifat balapannya senang-senang. Lha wong nggak punya KIS aliasKartu Izin Start sajaboleh ikut mendaftar. Dan pesertanya kebanyakan dari klub dan para hobi. Macam mana bila diberi regulasi ketat, kebanyakan yang datang perutnya lebih duluan maju, maksudnya memang bukan postur pembalap profesional. Nah itulah yang bikin rame, nggak ada beban,kalah atau menang.
Angga Kurniawan dari Anjany Racing alias AR1 sebelumnya kurang tertarik karena bersifat fun. Ia lebih suka balapan ada regulasi yang di bawah naungan IMI. Tapi katanya, justru pasar speed shopya bertalian dengan ITS. “Lihat saja pesertanya yang hobilebih banyak dari pada balapan prestasi. Mereka punya daya beli yang bagus. Sebagian besar kalangan mapan,” jelas Angga yang tetap membawa koleksi gadis payungnya yang bikin reporter terpaksa telan ludah,lheeer.
Langsung balap, bagiandari safety riding
YamahaR25 datang dengan klub lengkap
Dari cerita Angga dan sebagainya yang bercerita pada portal ini, bahwa terbukti yang bikin ramai peserta adalah yang hobi. Tidak semua yang ingin ngegas di sirkuit tujuannya untuk balap ke jenjang lebih tinggi. Padahal di Indonesia saja yang benar-benar balapan professional, kan bisa dihitung jari bro. Macam balap bebek pertama kali di luar Ancol awal 90-an yang ramai dan sebagian besar ikut balap hanya sebagaiolahraga untuk laki-laki. Di ITSini yang aki-aki juga ada, supaya kelihatan berjiwa muda.
Macam Yoshi, pengusaha industri metal dari Jepang. Ia mendaftar bukan bertujuan cari prestasi, tapi karena hobi. Ada juga Bang Mi'ing dari Bekasi yang mengaku ikut ITS hanya lari dari rutinitas. Atau juga Subur dari DennisMotor yang sudah tiga turunan ikut balap, kartena hobi. Lihat saja, “Motor yang saya bawa empat unit Yamaha Scorpio yang ikut kelas 200 cc 4T, hehe,” kata Subur yang badannya mulai tandus dan dulunya gondrong.
Pelajaran buat promotor, IMI dan mereka yang terkait tidak selamanya balapan melulu prestasi ke MotoGP, hahaha. Adr
Post a Comment
Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst