4 Tips Musik Digital dari Eka Gustiwana


oik yusuf/ kompas.com
Eka Gustiwana mengerjakan proyek audio di studio musik sekaligus kediamannya di Jakarta, Senin (25/8/2014)
Jaringan internet memberikan medium baru bagi pemusik untuk menyalurkan karya-karyanya, termasuk Eka Gustiwana, penggubah lagu di belakang video speech composing Arya Wiguna, Syahrini dan lain-lain yang populer di YouTube itu.

Medium-medium online disebutnya mempermudah pekerjaan sebagai pencipta musik yang mengandalkan aneka instrumen digital dan komputer. Eka pun berbagi tips untuk para pemula yang sedang mencoba merambah ranah musik, terutama lewat pemanfaatan media internet.

Berikut ini rangkumannya, dari hasil wawancara KompasTekno dengan Eka di studio musiknya di Jakarta, Senin (25/8/2014) kemarin.

Tips 1: Jangan malu

Kadang seseorang merasa tidak percaya diri mengunggah karya yang dibuatnya. Ini menurut Eka merupakan tantangan yang pertama kali harus diatasi.

"Malu itu tidak ada obatnya, kamu harus sembuh saat ini juga dan mulai upload," kata Eka. Dia menyebutkan media-media semacam  Facebook, SoundCloud, dan YouTube yang bisa digunakan untuk memajang karya dan menuai respons dari pengguna internet lain.

Respon ini pun, baik bersifat positif atau negatif, bisa menjadi input yang berharga buat si pemilik karya. Sebuah karya yang bagus, menurut Eka, akan populer dengan sendirinya. Yang mendapat sambutan kurang baik pun selalu dapat manjadi bahan pembelajaran.

Eka sendiri tidak begitu saja berkiprah menjadi komposer lagu. Pada masa-masa awalnya dulu, Eka mengaku sering bekerja "gratisan" alias tanpa bayaran demi membangun reputasi dan mendapat pengalaman.

"Saya kebetulan tak ada latar belakang sarjana musik, tapi buktinya saya bisa. Intinya jangan berkecil hati karena selalu ada jalan," ujar Eka.

Tips 2: Harus konsisten

Setiap ada musisi pemula yang bertanya tentang karir kepadanya, Eka selalu berpesan agar menjaga konsistensi sebagai pemusik, meskipun sedang berada dalam keadaan tersulit sekalipun.

"Pada saat 'grafik' menyentuh titik terendah inilah, banyak  yang memutuskan untuk beralih, ada juga yang bertahan. Kalau berhasil melewati titik ini, biasanya 'grafik' karir itu akan kembali baik dan menjadi lebih baik dari sebelumnya," kata Eka mengibaratkan perjalanan karir seseorang.

Konsistensi ini, menurut Eka, penting agar orang lain mengetahui di mana letak fokus si pemusik. "Seandainya saya dulu tidak konsisten, mungkin orang akan bingung ketika ditanya Eka itu siapa. Apakah si Eka yang menjual bakmi, bisnis MLM, atau apa? Di sini lah letak perlunya konsistensi."

Konsistensi erat hubungannya dengan sikap pantang menyerah. Eka mengatakan bahwa seseorang harus melewati masa-masa ketika ia tidak dikenal sama sekali. "Saya pun juga memulai dari nol," kata Eka yang konsistensinya kini berbuah banjir proyek audio dari klien, mulai dari membuat jingle hingga mencipta lagu.

Daftar klien Eka mencakup perusahaan-perusahaan perbankan, rumah sakit, hingga semua stasiun televisi nasional Indonesia. "Jujur saja, saat ini pun saya masih berjuang dan belum menganggap diri sukses," ujar dia.

Tips 3: Terus berkembang

Hal selanjutnya yang menjadi kunci adalah kemauan untuk terus berinovasi, belajar dan berkembang tanpa henti.

"Jangan lewatkan satu hari pun tanpa ada hal baru yang kita pelajari, karena setiap hari ada ratusan orang lain yang belajar. Kalau kita berhenti belajar, kita akan segera tertinggal dari mereka," ucap Eka.

Soal inovasi mendapat penekanan darinya, karena, menurut Eka, seorang musisi harus berpikir secara "out of the box". "Jadi, jangan kaku, jangan itu-itu saja. Terus coba hal-hal baru."

Berkembang di sini termasuk memperluas jaringan pertemanan atau networking. Untuk profesi atau bidang apapun, tak terkecuali musik, membangun relasi adalah hal yang sangat penting.

"Relasi itu akan membantu kita untuk maju, jadi sebaiknya dibangun seluas-luasnya," imbuh Eka.

Tips 4: Diam dan buktikan

Tantangan lain yang mungkin dihadapi sesorang yang akan berkiprah di bidang musik atau seni adalah tentangan dari orang-orang terdekat yang kurang percaya dengan prospek masa depan profesi tersebut.

Eka mencontohkan saat-saat ketika orang tuanya kurang setuju dengan pilihannya bermusik. "Namun saya berhasil meyakinkan mereka agar memberi saya waktu selama 4 tahun, mulai dari ketika itu, tahun 2007," katanya.

Ketimbang mencoba mengubah pola pikir orang lain tentang sesuatu hal yang sudah terbentuk -misalnya pandangan mengenai profesi seni tadi-, Eka memiliki prinsip sendiri. "Buat saya, lebih baik diam dan buktikan saja."

Bonus: Pemerataan Internet

Di luar tips-tips di atas, Eka menitipkan pesan untuk pemerintah Indonesia. Dia menyoroti akses jaringan internet yang belum merata di seluruh wilayah Tanah Air.

"Video-video viral semacam speech composing Arya Wiguna atau Jeremy Teti itu hanya menyebar di kalangan  penduduk kota besar yang punya akses. Pernahkah terpikirkan masyarakat pedesaan yang tak bisa menjangkau internet, yang bahkan harus ke kantor kelurahan untuk sekedar menonton YouTube?" tanya Eka.

Padahal, akses internet bisa membantu menunjang dan mempermudah kehidupan banyak orang. Dia sendiri mengaku sangat terbantu dalam karirnya bermusik karena kini cukup mengirimkan file pesanan klien lewat layanan-layanan online macam Dropbox atau Google Drive, ketimbang melalui paket pos.

Kalau dulu proses pengiriman ke klien hingga memperoleh feedback sampai memakan waktu berhari-hari, kini berkat jaringan internet bisa diselesaikan dalam hitungan menit.

Masalah pemerataan inilah yang menurut Eka harus menjadi salah satu fokus pemerintah Indonesia di masa yang akan datang. "Di Indonesia masih banyak yang belum melek internet… saya harap pemerintah nanti bakal memikirkan itu," pungkasnya.

Sumber : Kompas.com

Post a Comment

Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst

Previous Post Next Post