Tokoh ini Kaisar Romawi pertama yang memeluk Agama Nasrani. Lewat masuk agama itu dan pelbagai cara pengembangan yang ditempuhnya, dia memegang peranan menonjol dalam hal mengubah Agama Nasrani dari agama yang diuber-uber dan diancam hukuman menjadi agama yang dominan di Eropa.
Constantine dilahirkan kira-kira tahun 280 di kota Naissus (sekarang bernama Nis) di negeri yang kini menjadi Yugoslavia. Ayahnya seorang perwira tinggi, dan Constantine menghabiskan masa mudanya di Nicomedia, tempat pengadilan Kaisar Diocletian berada.
Diocletian naik tahta tahun 305 dan ayah Constantine --Constantius--menjadi penguasa di paruh sebelah barat Kekaisaran Romawi. Tatkala Constantius meninggal dunia di tahun berikutnya, Constantine dinyatakan sebagai kaisar oleh para prajuritnya. Tetapi, jendral-jendral lainnya saling berselisih mengenai penobatan ini dan perang saudara pun tidak bisa dielakkan lagi. Peperangan ini baru berakhir tahun 312 tatkala Constantine dikalahkan oleh lawannya yang masih bertahan --Maxentius-- dalam suatu pertempuran di jembatan Milvian dekat kota Roma.
Tak bisa dipastikan kapan Constantine masuk Agama Nasrani. Cerita-cerita yang lazim terdengar bilang, pada saat-saat menjelang pertempuran di jembatan Milvian, Constantine melihat salib menyala di langit dan bertuliskan "Dengan tanda ini kau akan mampu menaklukkan." Tak peduli kapan dia masuk Nasrani, Constantine berbuat banyak buat kemajuan Agama Nasrani. Salah satu langkah pemulanya adalah membuat Undang-Undang Milan. Dengan undang-undang ini Agama Nasrani merupakan agama legal dan agama yang ditolerir. Undang-undang itu juga memungkinkan kembalinya kekayaan Gereja yang tadinya dirampas di masa penguberan dan diobrak-abrik di masa lampau. Juga dinyatakan hari Minggu sebagai hari beribadah.
Undang-undang Milan tidaklah didasarkan semata-mata oleh sikap toleransi terhadap agama. Sebaliknya, pemerintah Constantine dapat dianggap sebagai tanda bermulanya penindasan terhadap orang-orang Yahudi yang terus berlangsung di Eropa yang Kristen di abad-abad mendatang.
Constantine tidak pernah menjadikan agama Nasrani sebagai agama resmi negara. Tetapi, lewat peraturan dan langkah-langkah politiknya dia jelas pendorong perkembangan agama ini. Di masa pemerintahannya jelas sekali, barangsiapa yang masuk Nasrani berarti pintu terbuka baginya dalam hal kemudahan naik jenjang dalam karier pemerintahan. Dan keputusan-keputusan yang dikeluarkan Constantine juga memberikan kekebalan dan hak-hak istimewa bagi pihak gereja. Begitu pula dia membangun gereja-gereja yang termasyhur di dunia --seperti gereja kelahiran Isa di Bethlehem dan gereja Makam Isa di Darussalam. Kesemua gereja ini mulai dibangun pada saat pemerintahan Constantine.
Peranan Constantine selaku Kaisar Romawi yang beragama Nasrani dengan sendirinya membuat dia berhak tercantum di dalam daftar urutan buku ini. Tetapi, beberapa tindakannya mengandung akibat-akibat berjangka jauh. Misalnya, dia memugar dan memperluas kota Byzantium, dan diganti dengan nama Constantinople (sekarang bernama Istambul) merupakan salah satu kota terbesar di dunia dan tetap jadi ibukota Kekaisaran Romawi Timur sampai tahun 1453 dan beberapa abad kemudian menjadi ibukota kekaisaran Ottoman.
Constantine memainkan pula peranan penting dalam sejarah internal gereja. Melibatkan diri dalam sengketa antara pengikut-pengikut Arius dan Athonius (dua teolog Kristen yang mengajukan doktrin berbeda), Constantine memanggil rapat Dewan Nicola (di tahun 325), dewan persidangan gereja pertama. Dewan tempat Constantine ambil bagian dengan aktif, dapat memecahkan persengketaan itu dengan diterima Doktrin Nicene, yang kemudian menjadi doktrin gereja yang ortodoks.
Hal penting lain adalah peranannya dalam hubungan penyusunan peraturan-peraturan sipil. Constantine membuat perundang-undangan yang mengatur perusahaan-perusahaan turun-temurun (seperti Joqal, tukang roti). Dikeluarkannya pula dekrit yang isinya mengatur "coloni" (kelas petani penggarap) dilarang meninggalkan tanah garapannya. Dalam pengertian modern dekrit ini berarti merubah "coloni" (petani penggarap) menjadi budak, yang terikat dengan tanahnya. Dekrit ini dan lain-lain aturan merupakan peletak dasar dari seluruh struktur sosial di jaman pertengahan Eropa.
Constatine tidak dibaptis sampai ia terbaring di tempat tidur dalam keadaan sekarat, walaupun jelas dia sudah masuk Agama Nasrani jauh sebelum itu. Tetapi, berbarengan dengan itu juga benar bahwa jiwa kenasraniannya sudah luntur sepenuhnya. Walau dengan ukuran saat itu, dia begitu beringas dan kejam. Sikap ini bukan tertuju kepada lawan-lawannya semata. Oleh sebab-sebab yang kurang jelas, dia menghukum istri serta anak lelakinya pada tahun 326.
Bisa dipersoalkan, penerimaan Constantine terhadap Agama Nasrani sebelumnya tidaklah mengubah jalannya sejarah, tetapi sekedar mengabsahkan hal-hal yang memang tak bisa terelakkan. Selain itu, meski Kaisar Biocletian (memerintah dari tahun 284-305) telah melakukan gencetan yang hebat terhadap Agama Nasrani, usahanya membuat agama itu tidak berhasil karena saat itu Agama Nasrani jauh lebih kuat dari kekuatan yang akan menghantamnya walau dengan tindak kejam bagaimanapun. Tarolah orang menganggap kegagalan percobaan Biocletian menumpas habis Agama Nasrani dan agama itu bisa meraih kemenangan meskipun tanpa ikut campur Constantine samasekali. Anggapan dan spekulasi seperti itu memang menarik, tetapi tidak meyakinkan dan tidak pasti. Sulit sekali dibayangkan apa yang akan terjadi tanpa Constantine. Amatlah jelas, dengan dorongannya, Agama Nasrani menyebar luas baik dari ukuran jumlah maupun daerah berikut pengaruh. Dari sekelompok kecil yang tak berarti hanya dalam jangka waktu satu abad menjadi agama yang mapan dan punya pengaruh besar di dunia.
Teranglah sudah, Constantine merupakan tokoh poros dalam sejarah Eropa. Tempatnya dalam urutan daftar lebih tinggi ketimbang tokoh-tokoh Alexander Yang Agung, Napoleon dan Hitler karena pengaruhnya yang punya jangkauan panjang.
Constantine dilahirkan kira-kira tahun 280 di kota Naissus (sekarang bernama Nis) di negeri yang kini menjadi Yugoslavia. Ayahnya seorang perwira tinggi, dan Constantine menghabiskan masa mudanya di Nicomedia, tempat pengadilan Kaisar Diocletian berada.
Diocletian naik tahta tahun 305 dan ayah Constantine --Constantius--menjadi penguasa di paruh sebelah barat Kekaisaran Romawi. Tatkala Constantius meninggal dunia di tahun berikutnya, Constantine dinyatakan sebagai kaisar oleh para prajuritnya. Tetapi, jendral-jendral lainnya saling berselisih mengenai penobatan ini dan perang saudara pun tidak bisa dielakkan lagi. Peperangan ini baru berakhir tahun 312 tatkala Constantine dikalahkan oleh lawannya yang masih bertahan --Maxentius-- dalam suatu pertempuran di jembatan Milvian dekat kota Roma.
Tak bisa dipastikan kapan Constantine masuk Agama Nasrani. Cerita-cerita yang lazim terdengar bilang, pada saat-saat menjelang pertempuran di jembatan Milvian, Constantine melihat salib menyala di langit dan bertuliskan "Dengan tanda ini kau akan mampu menaklukkan." Tak peduli kapan dia masuk Nasrani, Constantine berbuat banyak buat kemajuan Agama Nasrani. Salah satu langkah pemulanya adalah membuat Undang-Undang Milan. Dengan undang-undang ini Agama Nasrani merupakan agama legal dan agama yang ditolerir. Undang-undang itu juga memungkinkan kembalinya kekayaan Gereja yang tadinya dirampas di masa penguberan dan diobrak-abrik di masa lampau. Juga dinyatakan hari Minggu sebagai hari beribadah.
Undang-undang Milan tidaklah didasarkan semata-mata oleh sikap toleransi terhadap agama. Sebaliknya, pemerintah Constantine dapat dianggap sebagai tanda bermulanya penindasan terhadap orang-orang Yahudi yang terus berlangsung di Eropa yang Kristen di abad-abad mendatang.
Constantine tidak pernah menjadikan agama Nasrani sebagai agama resmi negara. Tetapi, lewat peraturan dan langkah-langkah politiknya dia jelas pendorong perkembangan agama ini. Di masa pemerintahannya jelas sekali, barangsiapa yang masuk Nasrani berarti pintu terbuka baginya dalam hal kemudahan naik jenjang dalam karier pemerintahan. Dan keputusan-keputusan yang dikeluarkan Constantine juga memberikan kekebalan dan hak-hak istimewa bagi pihak gereja. Begitu pula dia membangun gereja-gereja yang termasyhur di dunia --seperti gereja kelahiran Isa di Bethlehem dan gereja Makam Isa di Darussalam. Kesemua gereja ini mulai dibangun pada saat pemerintahan Constantine.
Peranan Constantine selaku Kaisar Romawi yang beragama Nasrani dengan sendirinya membuat dia berhak tercantum di dalam daftar urutan buku ini. Tetapi, beberapa tindakannya mengandung akibat-akibat berjangka jauh. Misalnya, dia memugar dan memperluas kota Byzantium, dan diganti dengan nama Constantinople (sekarang bernama Istambul) merupakan salah satu kota terbesar di dunia dan tetap jadi ibukota Kekaisaran Romawi Timur sampai tahun 1453 dan beberapa abad kemudian menjadi ibukota kekaisaran Ottoman.
Constantine memainkan pula peranan penting dalam sejarah internal gereja. Melibatkan diri dalam sengketa antara pengikut-pengikut Arius dan Athonius (dua teolog Kristen yang mengajukan doktrin berbeda), Constantine memanggil rapat Dewan Nicola (di tahun 325), dewan persidangan gereja pertama. Dewan tempat Constantine ambil bagian dengan aktif, dapat memecahkan persengketaan itu dengan diterima Doktrin Nicene, yang kemudian menjadi doktrin gereja yang ortodoks.
Hal penting lain adalah peranannya dalam hubungan penyusunan peraturan-peraturan sipil. Constantine membuat perundang-undangan yang mengatur perusahaan-perusahaan turun-temurun (seperti Joqal, tukang roti). Dikeluarkannya pula dekrit yang isinya mengatur "coloni" (kelas petani penggarap) dilarang meninggalkan tanah garapannya. Dalam pengertian modern dekrit ini berarti merubah "coloni" (petani penggarap) menjadi budak, yang terikat dengan tanahnya. Dekrit ini dan lain-lain aturan merupakan peletak dasar dari seluruh struktur sosial di jaman pertengahan Eropa.
Constatine tidak dibaptis sampai ia terbaring di tempat tidur dalam keadaan sekarat, walaupun jelas dia sudah masuk Agama Nasrani jauh sebelum itu. Tetapi, berbarengan dengan itu juga benar bahwa jiwa kenasraniannya sudah luntur sepenuhnya. Walau dengan ukuran saat itu, dia begitu beringas dan kejam. Sikap ini bukan tertuju kepada lawan-lawannya semata. Oleh sebab-sebab yang kurang jelas, dia menghukum istri serta anak lelakinya pada tahun 326.
Bisa dipersoalkan, penerimaan Constantine terhadap Agama Nasrani sebelumnya tidaklah mengubah jalannya sejarah, tetapi sekedar mengabsahkan hal-hal yang memang tak bisa terelakkan. Selain itu, meski Kaisar Biocletian (memerintah dari tahun 284-305) telah melakukan gencetan yang hebat terhadap Agama Nasrani, usahanya membuat agama itu tidak berhasil karena saat itu Agama Nasrani jauh lebih kuat dari kekuatan yang akan menghantamnya walau dengan tindak kejam bagaimanapun. Tarolah orang menganggap kegagalan percobaan Biocletian menumpas habis Agama Nasrani dan agama itu bisa meraih kemenangan meskipun tanpa ikut campur Constantine samasekali. Anggapan dan spekulasi seperti itu memang menarik, tetapi tidak meyakinkan dan tidak pasti. Sulit sekali dibayangkan apa yang akan terjadi tanpa Constantine. Amatlah jelas, dengan dorongannya, Agama Nasrani menyebar luas baik dari ukuran jumlah maupun daerah berikut pengaruh. Dari sekelompok kecil yang tak berarti hanya dalam jangka waktu satu abad menjadi agama yang mapan dan punya pengaruh besar di dunia.
Teranglah sudah, Constantine merupakan tokoh poros dalam sejarah Eropa. Tempatnya dalam urutan daftar lebih tinggi ketimbang tokoh-tokoh Alexander Yang Agung, Napoleon dan Hitler karena pengaruhnya yang punya jangkauan panjang.
Post a Comment
Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst