Semarang (Espos) – Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmodjo menyatakan, kesiapannya untuk menjelaskan kebijakan yang diambil terkait permintaan untuk mengganti wasit. Yang jelas hal itu dilakukan untuk mengeleminasi terjadinya tindak kerusuhan suporter.
”Justru dengan penjelasan ini bisa memberikan pemahaman kepada semua pihak. Saya siap bertanggungjawab dihadapan tuhan dan hukum atas keputusan saya,” katanya kepada wartawan di Semarang, Selasa (3/8).
Menurut Kapolda, permintaan untuk mengganti wasit Jimmy Napitupulu pada laga final Piala Indonesia 2010 dari niat yang bersih.
”Nawaitu (niat) saya bersih, tak ada maksud jelek, karena saya cinta bola,” tandas Alex.
Pernyataan Kapolda ini menanggapi kritikan dari pelbagai kalangan atas kebijakannya meminta mengganti wasit Jimmy Napitupulu yang memimpin pertandingan Sriwijaya FC dan Arema Malang pada laga final Piala Indonesia 2010 di Stadion Manahan, Solo, Minggu (1/8).
Lebih lanjut Alex menyatakan, langkah yang diambil dalam rangka tindakan preventif dalam rangka mengeliminasi terjadinya kerusahan yang lebih besar. Pasalnya ia menilai wasit (Jimmy Napitupulu) terkesan tak fair dalam memimpin pertandingan pada babak pertama, sehingga bisa berpotensi terjadi kerusahan penonton.
Orang nomor satu di jajaran Polda Jateng ini mengibaratkan bila ada satu orang naik tower dan mau bunuh diri, maka polisi wajib menyelamatkan nyawanya. Apalagi dalam even pertandingan sepakbola yang melibatkan ribuan orang, maka pencegahan potensi terjadinya kerusuhan harus menjadi prioritas aparat keamanan.
”Jika terjadi kerusuhan maka Alex selaku Kapolda juga yang akan kena. Dengan risiko paling kecil, yakni dihujat, tapi kan berakhir dengan aman,” ujar Kapolda yang mengaku puas atas keputusan yang diambilnya.
Menurutnya keputusan untuk minta pergantian wasit, dilakukan dengan pertimbangan yang masak serta berlandaskan pada prinsip tidak melanggar aturan apapun. Karena jika sampai terjadi kerusuhan, Alex memperkirakan dirinya juga akan tetap dihujat, sebab dinilai telah gagal menyelamatkan kepentingan umum.
”Tak hanya dihujat, tapi juga akan diperiksa dan diaudit. Bisa-bisa saya terkena pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat karena tak mencegah kerusuhan. Kalau keputusan dinilai tak tepat saya mohon maaf. Tapi ini semua dalam rangka mencegah kerusuhan,” paparnya.
Jenderal polisi bintang dua ini menegaskan, pihaknya siap untuk menjelaskan kebijakan yang diambil terkait permintaan untuk mengganti wasit. Dalam kesempatan itu, Kapolda mengimbau agar orang yang tak mengatahui kondisi sesunggungnya lapangan tak perlu berkomentar macam-macam
Ke depan, Kapolda meminta kepada jajaran pengurus PSSI agar bisa terus menjalin kerjasama dengan aparat keamanan, supaya sepak bola di Tanah Air makin maju. ”Ini semua demi kepentingan bersama, demi kemajuan sepak bola Indonesia,” katanya.
”Justru dengan penjelasan ini bisa memberikan pemahaman kepada semua pihak. Saya siap bertanggungjawab dihadapan tuhan dan hukum atas keputusan saya,” katanya kepada wartawan di Semarang, Selasa (3/8).
Menurut Kapolda, permintaan untuk mengganti wasit Jimmy Napitupulu pada laga final Piala Indonesia 2010 dari niat yang bersih.
”Nawaitu (niat) saya bersih, tak ada maksud jelek, karena saya cinta bola,” tandas Alex.
Pernyataan Kapolda ini menanggapi kritikan dari pelbagai kalangan atas kebijakannya meminta mengganti wasit Jimmy Napitupulu yang memimpin pertandingan Sriwijaya FC dan Arema Malang pada laga final Piala Indonesia 2010 di Stadion Manahan, Solo, Minggu (1/8).
Lebih lanjut Alex menyatakan, langkah yang diambil dalam rangka tindakan preventif dalam rangka mengeliminasi terjadinya kerusahan yang lebih besar. Pasalnya ia menilai wasit (Jimmy Napitupulu) terkesan tak fair dalam memimpin pertandingan pada babak pertama, sehingga bisa berpotensi terjadi kerusahan penonton.
Orang nomor satu di jajaran Polda Jateng ini mengibaratkan bila ada satu orang naik tower dan mau bunuh diri, maka polisi wajib menyelamatkan nyawanya. Apalagi dalam even pertandingan sepakbola yang melibatkan ribuan orang, maka pencegahan potensi terjadinya kerusuhan harus menjadi prioritas aparat keamanan.
”Jika terjadi kerusuhan maka Alex selaku Kapolda juga yang akan kena. Dengan risiko paling kecil, yakni dihujat, tapi kan berakhir dengan aman,” ujar Kapolda yang mengaku puas atas keputusan yang diambilnya.
Menurutnya keputusan untuk minta pergantian wasit, dilakukan dengan pertimbangan yang masak serta berlandaskan pada prinsip tidak melanggar aturan apapun. Karena jika sampai terjadi kerusuhan, Alex memperkirakan dirinya juga akan tetap dihujat, sebab dinilai telah gagal menyelamatkan kepentingan umum.
”Tak hanya dihujat, tapi juga akan diperiksa dan diaudit. Bisa-bisa saya terkena pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat karena tak mencegah kerusuhan. Kalau keputusan dinilai tak tepat saya mohon maaf. Tapi ini semua dalam rangka mencegah kerusuhan,” paparnya.
Jenderal polisi bintang dua ini menegaskan, pihaknya siap untuk menjelaskan kebijakan yang diambil terkait permintaan untuk mengganti wasit. Dalam kesempatan itu, Kapolda mengimbau agar orang yang tak mengatahui kondisi sesunggungnya lapangan tak perlu berkomentar macam-macam
Ke depan, Kapolda meminta kepada jajaran pengurus PSSI agar bisa terus menjalin kerjasama dengan aparat keamanan, supaya sepak bola di Tanah Air makin maju. ”Ini semua demi kepentingan bersama, demi kemajuan sepak bola Indonesia,” katanya.
Post a Comment
Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst