Relawan RI Lanjutkan Misi ke Gaza

JAKARTA - Serangan Israel terhadap rombongan kapal Freedom Flotilla pada Senin lalu (31/5) tidak mengendurkan semangat relawan kemanusiaan untuk mengirimkan bantuan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza. Sebagian di antara sepuluh relawan asal Indonesia penumpang kapal Mavi Marmara (satu di antara enam kapal misi Freedom Flotilla) yang kini berada di KBRI Amman, Jordania, siap menembus blokade Israel di Jalur Gaza.

Setelah rapat maraton, 10 WNI yang masih sehat itu memutuskan untuk melanjutkan misi bantuan ke Gaza, Palestina. Mereka berencana menuju Palestina lewat Rafah, pintu perbatasan Jalur Gaza dan Mesir."Secara pribadi, kami merasa misi belum tuntas. Jadi, kami akan melanjutkan lewat Rafah," ujar Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa) H Ferry Nur ketika dihubungi dari Jakarta tadi malam (4/6).

Ferry mengatakan bahwa berbagai opsi telah dipertimbangkan oleh tim relawan. Mungkin mereka menuntaskan misi pengiriman bantuan kepada warga Gaza. Namun, keputusan kembali menembus blokade Israel akan dilaksanakan setelah adanya kepastian pemulangan dua rekan mereka yang tertembak, yakni Surya Fachrizal dan Okvianto Emil Baharudin. "Setelah berkumpul, tentu mereka adalah prioritas kami untuk kembali ke tanah air," kata dia.

Ferry menuturkan, kondisi Surya yang tertembak di bagian dada kanan sudah stabil. Tetapi, dia masih belum bisa dipindahkan dari Ramban Hospital, Haifa, Israel. Okvianto yang tertembak di bagian tangan saat ini masih dirawat di RS Bagcilardevlet, Hastanesi, Istanbul, Turki. Dia tidak paham kenapa dua aktivis senegara itu dirawat secara terpisah. "Mungkin itu akan-akalan mereka (Israel, Red) saja," tuturnya.

Peluru menembus dada kanan Surya ketika dia berupaya mendapatkan foto eksklusif. Okvianto ditembak karena berupaya menyemprotkan selang air pemadam kebakaran kepada tentara Israel. Surya adalah wartawan majalah Suara Hidayatullah dan situs Hidayatullah.com. Sementara itu, Okvianto merupakan relawan Kispa.

Mewakili tim relawan, Ferry mengucapkan terima kasih kepada publik di Indonesia atas tekanan yang diberikan terhadap Israel melalui aksi unjuk rasa dan protes. Namun, dia meminta agar masyarakat di tanah air membantu dengan salat gaib dan mendoakan para relawan yang meninggal maupun yang masih sehat agar bisa melanjutkan misi. "Kami memohon dukungan dengan doa dan restu," tuturnya.

Jawa Pos sempat meminta dokumentasi relawan ketika terjadi penyergapan di Kapal Mavi Marmara. Menurut Ferry, semua peralatan elektronik relawan asal Indonesia telah dirampas dan dipastikan rusak setelah kapal tersebut digeledah tentara Israel ketika dibawa merapat di Pelabuhan Ashdod. Arief Rahman, anggota tim medis dari Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), menyebut bahwa pihaknya terus memantau kondisi Surya dan Okvianto. "Alhamdulillah, kondisi Okvianto makin membaik," ujarnya saat dihubungi Jawa Pos melalui telepon tadi malam. "Meski berada di Jordania, saya selalu memantau melalui dokter yang merawat mereka," sambungnya.

Arief menambahkan, di antara 12 relawan Indonesia yang turut bersama dalam misi Freedom Flotilla, empat orang dipastikan tidak akan kembali ke tanah air. Yakni, Nur Fitri Taher, Abdillah Onim, Nur Ikhwan Abadi, dan Arief Rahman.

Arief menjelaskan, empat relawan akan bekerja sesuai tugas masing-masing. Abdillah Onim dan Nur Ikhwan Abadi akan meneruskan perjalanan melalui Rafah. Sementara itu, Ketua Tim Relawan Nur Fitri Taher mendapat tugas ke Turki untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di sana. Juga mencari jalur alternatif bila Rafah tiba-tiba tertutup. "Bisa juga masih dibuka, tapi kami tidak diizinkan masuk. Jadi, kami akan cari alternatif sebanyak-banyaknya," paparnya.

Arief akan bertahan di Amman, Jordania, untuk menunggu kedatangan Surya dan Okvianto setelah sembuh. Jika keduanya sudah kembali ke Indonesia, dia akan menyusul tiga relawan lainnya ke Palestina. "Itu rencana kami untuk sementara," ucapnya.

Sambil menunggu kedatangan Surya dan Ovianto ke Amman, kata Arief, KBRI telah menyiapkan visa untuk empat relawan ke tujuan masing-masing. Saat ini, mereka juga mengumpulkan data untuk laporan lengkap kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. "Kami akan menyampaikan informasi lengkap dan akurat setiba di Indonesia," terangnya. Para relawan yang akan pulang ke tanah air bertugas menyebarkan informasi tersebut.

Terpisah, Kemenlu siap memfasilitasi relawan asal Indonesia untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Palestina melalui Rafah, Mesir. Kemenlu berjanji mengoptimalkan diplomasi agar misi kemanusiaan itu terlaksana. "Tapi, perlu diingat bahwa pintu Rafah ada dua sisi. Sisi yang satu memang di Mesir, tapi sisi yang lain dijaga Israel," kata Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah.

Menurut Faizasyah, pemerintah akan berkoordinasi dengan pemerintah Mesir jika relawan Indonesia mencoba masuk Palestina lewat pintu Mesir. Namun, dia meminta pengadaan logistik di lapangan juga perlu dimatangkan. Pemerintah melalui KBRI untuk Kerajaan Jordania bakal terus memantau relawan, termasuk kesehatan dan rencana pemulangan atau kepergian mereka ke Palestina.

Faizasyah menuturkan, para relawan belum kembali ke Indonesia karena dalam proses pemulihan setelah mengalami trauma atas kejadian yang tidak menyenangkan. Selain itu, mereka diberi pilihan untuk pulang ke Indonesia bersama dua rekan mereka yang terluka saat penyerbuan tentara Israel.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas memberikan penghormatan kepada 12 relawan Indonesia yang diserang tentara Israel di kapal Mavi Marmara. Dubes Palestina untuk Indonesia Fariz Al Mehdawi mengatakan, Presiden Abbas memerintah dirinya untuk menawarkan status warga negara istimewa bagi para relawan tersebut. "Presiden memberikan penghormatan kepada 12 relawan Indonesia untuk menjadi warga negara Palestina kapan saja mereka mau," ujar Fariz.

Menurut Fariz, pemberian kewarganegaraan itu didasari keberanian relawan menembus Gaza untuk memberikan bantuan logistik bagi warga Palestina. Presiden Abbas juga mengundang warga Indonesia untuk salat di Masjidilaqsa jika Palestina merdeka. "Kami sangat menghormati Indonesia dan komitmen serta keberanian warganya untuk membantu kami," tuturnya.

Sementara itu, upaya relawan internasional menembus blokade Israel di Gaza juga berlanjut. Saat ini kapal pembawa bantuan asal Irlandia sedang menuju Gaza. Kapal MV Rachel Corrie diperkirakan tiba sekitar 25 mil (40 km) dari garis pantai wilayah Palestina Sabtu dini hari (5/6).

Mairead Maguire, peraih Nobel Perdamaian pada 1976 yang ikut naik kapal itu, menuturkan bahwa seluruh kru dan penumpang MV Rachel Corrie tidak takut menghadapi ancaman Israel.

"Kami tidak mengadakan kontak dengan Israel. Begitu pula, pihak Israel tidak mengontak seorang pun di kapal ini. Kami punya komitmen penuh untuk berlayar dan membawa bantuan ke Gaza," katanya via telepon satelit kepada radio pemerintah Irlandia, RTE, kemarin.

Dia menyatakan, kargo kapal telah diinspeksi oleh pejabat pemerintah Irlandia, serikat dagang Dundalk (pelabuhan di Irlandia), dan para pejabat Partai Hijau. "Selanjutnya, kargo distempel dan disegel. Tidak ada barang lain di dalam selain bantuan kemanusiaan," tegasnya.

Sebelumnya, kapal MV Rachel Corrie dijadwalkan memasuki 20 mil atau 32 km dari zona ekonomi eksklusif Israel Jumat sore atau malam (4/6). Greta Berlin, juru bicara kelompok Free Gaza, mengatakan bahwa kapal bebrbobot 1.200 ton itu langsung menuju Gaza dan tak berhenti di pelabuhan mana pun selama perjalanan. Kapal itu membawa ratusan ton bantuan bagi rakyat Gaza. Termasuk, kursi roda, peralatan medis, dan bahan bangunan. Selain Maguire, mantan Kepala program Oil for Food PBB di Iraq Denis Halliday termasuk di antara sebelas penumpang kapal itu. Kapal tersebut dinamai dengan nama mahasiswa Amerika yang tewas dibuldoser tentara Israel saat memprotes penghancuran rumah warga Palestina di Gaza.

Hingga kini, Israel tidak mengizinkan kapal bantuan untuk memasuki Gaza. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kepada para menteri kabinetnya pada Kamis malam menyampaikan bahwa Israel mengajukan penawaran. Misalnya, kapal bantuan bisa diarahkan ke pelabuhan Israel untuk bongkar di sana. Setelah diinspeksi, selanjutnya bantuan dapat dikirim ke Gaza lewat darat. Tetapi, tawaran itu ditolak para relawan kemanusiaan.

Netanyahu menolak seruan agar mencabut blokade terhadap Gaza. Dia beralasan, langkah itu dilakukan untuk mencegah serangan rudal terhadap Israel. Dia juga menginstruksi militer Israel untuk bertindak lebih sensitif demi mencegah KM Rachel Corrie berlabuh. Selain itu, dia meminta dihindari kerugian atau kerusakan di atas kapal tersebut.

Kebijakan itu diambil setelah insiden kapal Mavi Marmara dan penyerbuan terhadap rombongan kapal kemanusiaan Freedom Flotilla. Sebuah kelompok amal Prancis telah mengajukan gugatan atas insiden tersebut.CBSP (Committee for Charity and Support for the Palestinians) mengajukan gugatan lewat kantor jaksa di Marseille dan Evry, pinggiran Paris. Anggota CBSP dari dua kota itu termasuk yang ditangkap tentara Israel. Gugatannya terkait dengan penculikan, pemenjaraan para relawan kemanusiaan, kekerasan bersenjata, dan pembajakan kapal.

"Di antara korbannya juga ada warga (relawan) Prancis. Sistem hukum Prancis kompeten untuk menangani kasus itu," kata Liliane Glock, pengacara CBSP. Sebagian besar di antara sepuluh warga Prancis yang tergabung dalam misi Freedom Flotilla adalah anggota CBSP. Lembaga itu menyediakan bantuan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. (zul/nuq/AFP/AP/c4/dwi)

Post a Comment

Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst

Previous Post Next Post