Bogor - Laris manis bak kacang goreng, penjualan netbook di Indonesia khususnya di kota-kota besar. Termasuk di Bogor, beberapa mall dan pusat perbelanjaan memang banyak membuka gerai tetap dan beberapa membuka gerai temporer di serbu pengunjung, mengincar versi terbaru dari netbook yang penggunaannya sangat praktis karena berukuran mini lagi bergengsi.
Apalagi harga yang ditawarkan sangat kompetitif dan berani. Tak mau kalah dengan produsen elektronik netbook lain, berbagai teknologi ditambahkan dan dipatenkan sebagai teknologi pertama yang ada di produk mereka.
Jika ditilik dari fungsinya, netbook menekankan fungsi pada aplikasi internet dan wireless communication. Makanya, setiap netbook dipastikan wajib memiliki fasilitas wi-fi. Tak jarang, para pemakai netbook akan nongkrong di café-café bertanda Wi-fi atau kedai kopi ternama seperti J-Co atau Starbuck. Hal ini juga berdampak terhadap para pengelola café-café dan kedai kopi lain untuk memasang wi-fi di tempat mereka.
Netbook cenderung lebih cocok disegmentasi pada pengguna pemula. Seperti untuk anak-anak sekolah, atau pun ibu-ibu rumah tangga. Umumnya mereka tidak membutuhkan aplikasi lebih dari sebuah komputasi sederhana.
Namun, di masa sekarang anggap untuk men-kini-kan diri dan gengsi di antara komunitas mereka dirasa menjadi hal yang utama dipikirkan oleh mereka.
“Saya sendiri, memiliki netbook adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa tergantikan. Selain praktis dan bisa dibawa kemana-mana, harganya juga lebih murah untuk mahasiswi seperti saya daripada laptop atau notebook,” papar Arnita, mahasisiwi Komunikasi Diploma IPB semester tiga kepada Jurnal Bogor kemarin.
Tia, panggilan akrabnya juga mengamati komunitasnya di kampus, dimana kawan-kawannya lebih memilih netbook sebagai ajang mengadu gengsi. Itu sudah bagian dari lifestyle mereka, katanya.
“Kebanyakan mereka yang memiliki netbook di kalangan mahasiswa hanya membuka situs-situs pertemanan seperti facebook, Twitter atau untuk mengetik bahan kuliah. Ada lagi yang membeli netbook hanya untuk gengsi karena zaman sekarang kalau gak punya netbook, ‘Apa kata Dunia?’,” paparnya.
Doni Albar, Marketing IT Galery di Lantai Dasar Botani Square mengatakan bahwa penjualan netbook di gerainya lebih tinggi dibandingkan dengan notebook. Kepraktisan, harga, teknologi, kebutuhan dan gengsi adalah faktor-faktor yang dipikirkan dalam memutuskan komputer jenis apa yang akan dibeli dan itu semua ada di netbook.
“Dari semua kalangan yang membeli netbook disini, mahasiswa dan ibu-ibu paruh baya yang paling banyak membeli. Semua ibu-ibu itu membeli netbook yang bergengsi seperti netbook merk HP mini unlimited yang memang disediakan hanya 200 di seluruh Indonesia, sedangkan di gerai kami hanya ada dua buah dan langsung habis pada hari pertama pembukaan gerai,” jelasnya.
Tambahnya, mereka yang membeli dari kalangan ibu-ibu bukanlah orang yang memiliki pengetahuan luas tentang teknologi. Mereka memilih produk tersebut lebih kepada gengsi bukan fungi.
Apalagi harga yang ditawarkan sangat kompetitif dan berani. Tak mau kalah dengan produsen elektronik netbook lain, berbagai teknologi ditambahkan dan dipatenkan sebagai teknologi pertama yang ada di produk mereka.
Jika ditilik dari fungsinya, netbook menekankan fungsi pada aplikasi internet dan wireless communication. Makanya, setiap netbook dipastikan wajib memiliki fasilitas wi-fi. Tak jarang, para pemakai netbook akan nongkrong di café-café bertanda Wi-fi atau kedai kopi ternama seperti J-Co atau Starbuck. Hal ini juga berdampak terhadap para pengelola café-café dan kedai kopi lain untuk memasang wi-fi di tempat mereka.
Netbook cenderung lebih cocok disegmentasi pada pengguna pemula. Seperti untuk anak-anak sekolah, atau pun ibu-ibu rumah tangga. Umumnya mereka tidak membutuhkan aplikasi lebih dari sebuah komputasi sederhana.
Namun, di masa sekarang anggap untuk men-kini-kan diri dan gengsi di antara komunitas mereka dirasa menjadi hal yang utama dipikirkan oleh mereka.
“Saya sendiri, memiliki netbook adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa tergantikan. Selain praktis dan bisa dibawa kemana-mana, harganya juga lebih murah untuk mahasiswi seperti saya daripada laptop atau notebook,” papar Arnita, mahasisiwi Komunikasi Diploma IPB semester tiga kepada Jurnal Bogor kemarin.
Tia, panggilan akrabnya juga mengamati komunitasnya di kampus, dimana kawan-kawannya lebih memilih netbook sebagai ajang mengadu gengsi. Itu sudah bagian dari lifestyle mereka, katanya.
“Kebanyakan mereka yang memiliki netbook di kalangan mahasiswa hanya membuka situs-situs pertemanan seperti facebook, Twitter atau untuk mengetik bahan kuliah. Ada lagi yang membeli netbook hanya untuk gengsi karena zaman sekarang kalau gak punya netbook, ‘Apa kata Dunia?’,” paparnya.
Doni Albar, Marketing IT Galery di Lantai Dasar Botani Square mengatakan bahwa penjualan netbook di gerainya lebih tinggi dibandingkan dengan notebook. Kepraktisan, harga, teknologi, kebutuhan dan gengsi adalah faktor-faktor yang dipikirkan dalam memutuskan komputer jenis apa yang akan dibeli dan itu semua ada di netbook.
“Dari semua kalangan yang membeli netbook disini, mahasiswa dan ibu-ibu paruh baya yang paling banyak membeli. Semua ibu-ibu itu membeli netbook yang bergengsi seperti netbook merk HP mini unlimited yang memang disediakan hanya 200 di seluruh Indonesia, sedangkan di gerai kami hanya ada dua buah dan langsung habis pada hari pertama pembukaan gerai,” jelasnya.
Tambahnya, mereka yang membeli dari kalangan ibu-ibu bukanlah orang yang memiliki pengetahuan luas tentang teknologi. Mereka memilih produk tersebut lebih kepada gengsi bukan fungi.
Post a Comment
Jangan Lupa untuk selalu komen di blog yunusst